کمالوندی
11 Kewajiban Seorang Muslim Dihadapan Rasulullah saw
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab 56)
Rasulullah saw telah memberikan segala yang beliau miliki untuk umatnya. Jiwanya, hartanya dan sepanjang hidupnya beliau habiskan untuk menyelamatkan umat. Pasti akan terbesit dibenak kita, dengan melihat jasa Rasulullah saw yang begitu besar, apa tugas dan kewajiban kita dihadapan beliau? Walaupun mustahil kita bisa membalas jasa Rasulullah saw namun Al-Qur’an dengan jelas mengabarkan kewajiban kita dihadapan beliau. Berikut ini adalah kewajiban seorang muslim dihadapan Nabi Muhammad saw.
1. Beriman kepadanya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ آمِنُواْ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ -١٣٦-
“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” (An-Nisa’ 136)
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِـي وَيُمِيتُ فَآمِنُواْ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ -١٥٨-
Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang Memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Menghidupkan dan Mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk.”
(Al-A’raf 158)
2. Taat dan mengikutinya.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ -٦٤-
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah.” (An-Nisa’ 64)
قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ -٣٢-
Katakanlah (Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul.” (Ali Imran 32)
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا -٧-
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr 7)
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ -٣١-
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah Mencintaimu dan Mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Ali Imran 31)
*Saat membicarakan hubungan antara Rasul dan pengikutnya, Allah selalu menggunakan kata Ittaba’a yang artinya mengikuti.
قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي -١٠٨-
Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin.” (Yusuf 108)
فَإنْ حَآجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ -٢٠-
Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad) katakanlah, “Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.” (Ali Imran 20)
يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ -٢٠-
(Yasiin 20)
3. Mencintainya Melebihi Segala Sesuatu.
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ -٢٤-
Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah Memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah 24)
“Belum beriman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dicintainya melebihi dirinya, hartanya, anaknya dan seluruh manusia.” (Rasulullah saw)
4. Mengutamakannya atas segala sesuatu.
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ -٦-
“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang Mukmin dibandingkan diri mereka sendiri.” (Al-Ahzab 6)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ -١-
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Hujurat 1)
5. Tidak memilih pilihan lain dihadapan pilihan dan ketentuannya.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ -٣٦-
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang Mukmin dan perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah Menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka.” (Al-Ahzab 36)
6. Hanya Ada 2 Kata untuk segala keputusannya.
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ -٥١-
“Hanya ucapan orang-orang Mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang- orang yang beruntung.” (An-Nur 51)
7. Menerima Ketentuannya dengan senang hati dan tidak terpaksa.
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً -٦٥-
Maka demi Tuhan-mu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An-Nisa’ 65)
8. Berlaku Sopan dihadapannya.
لَا تَجْعَلُوا دُعَاء الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاء بَعْضِكُم بَعْضاً -٦٣-
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain).” (An-Nur 63)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ -٢-
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari.” (Al-Hujurat 2)
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِداً وَمُبَشِّراً وَنَذِيراً -٨- لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً -٩-
“Sungguh, Kami Mengutus engkau (Muhammad) sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar kamu semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang.” (Al-Fath 8-9)
إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِن وَرَاء الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ -٤-
“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau (Muhammad) dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.” (Al-Hujurat 4)
9. Bersolawat Kepadanya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً -٥٦-
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab 56)
10. Membantu dan Membelanya.
فَالَّذِينَ آمَنُواْ بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُواْ النُّورَ الَّذِيَ أُنزِلَ مَعَهُ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ -١٥٧-
“Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka itulah orang-orang beruntung.” (Al-A’raf 157)
11. Mencintai Keluarganya.
قُل لَّا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْراً إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى -٢٣-
Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kecintaan kepada keluarga(ku).” (Asy-Syura 23)
Sayidah Zainab dan Ketegaran Sejati
Selain kefasihan dalam berbicara, Sayidah Zainab as juga menjaga kesuciannya sebagai seorang Muslimah. Salah satu perawi yang meriwayatkan pidato beliau mengatakan, "Aku bersumpah demi Allah, aku tidak melihat seorang perempuan pun yang lebih fasih dan lebih berilmu dari perempuan yang menjaga kesuciannya ini."
Sayidah Zainab as adalah sosok perempuan yang tegar dalam menghadapi semua musibah dan penderitaan. Sejak kecil, beliau telah menghiasi diri dengan kemuliaan dan kesempurnaan. Perkataan dan perilaku beliau telah menjadi hiasan bagi ayahnya. Dalam riwayat disebutkan bahwa martabat dan harga diri Sayidah Zainab as mirip dengan Sayidah Khadijah, kesucian dan kesederhanaan serta kesopanan beliau persis seperti Sayidah Fatimah as, kefasihan dan retorika beliau dalam berpidato mirip dengan Imam Ali as, kelembutan dan kesabaran beliau mirip Imam Hasan as, sedangkan keberanian dan kekuatan hati beliau mirip dengan Imam Husein as. Dapat dikatakan bahwa semua kebaikan Ahlul Bait as seakan-akan ada dalam diri beliau.
Sejak kecil, Sayidah Zainab as menghadapi beragam fitnah dan musibah. Meski demikian, beliau telah menyiapkan diri untuk menghadapi badai dahsyat yang dibuat oleh orang-orang zalim yang haus dengan kekuasaan. Di usia yang belum genap lima tahun, beliau telah kehilangan kakeknya, Rasulullah Saw, yang selalu memberikan kasih sayang. Wafatnya Rasulullah Saw adalah musibah pertama yang telah melukai jiwa lembut Sayidah Zainab as. Musibah ini bagi beliau, terutama bagi ibunya, Sayidah Fatimah as, adalah ujian yang sangat berat.
Dari masa kanak-kanak, Sayidah Zainab as telah menyaksikan penderitaan ibunya pasca wafatnya Rasulullah Saw, di mana kesedihan tersebut telah menyebabkan Sayidah Fatimah as jatuh sakit, dan beberapa bulan kemudian Putri Rasulullah Saw itu meninggal dunia. Dengan demikian, Sayidah Zainab as menikmati kecintaan ibunya tidak lebih dari lima tahun.
Kenangan-kenangan pahit dan manis di masa singkat tersebut telah menjadikan beliau siap untuk terus bergerak dan berjuang di jalan Allah Swt dan menyambut segala bentuk musibah dan persoalan kehidupan. Suatu hari, Sayidah Fatimah as menyampaikan pidato di masjid Rasulullah Saw untuk membela hak-hak Ahlul Bait as. Sayidah Zainab as hadir dalam pidato ibunya tersebut dan beliau mencatat semua perkataan ibundanya sehingga beliau terhitung sebagai salah satu perawi khutbah terkenal Sayidah Fatimah as.
Kesedihan Sayidah Fatimah as pasca wafat ayahandanya, Rasulullah Saw, sangat berat di hati mungil Sayidah Zainab as, namun semangat dan kemampuan beliau dengan cepat menempati hati Sayidah Fatimah as dan bahkan memulihkan hati ayahnya yang dipenuhi dengan kesedihan.
Meski lebih muda dari kedua saudaranya, namun Sayidah Zainab as mewarisi sifat-sifat ibundanya. Ikatan emosional antara beliau dengan Imam Hasan dan Husein as sulit untuk digambarkan. Hubungan emosional tersebut berlanjut hingga akhir usia beliau. Sedetikpun Sayidah Zainab as tidak dapat menjauh dari kedua saudaranya, beliau selalu memberikan cinta dan kasih sayang kepada kedua saudara itu seperti seperti halnya yang dilakukan ibunya.
Setelah wafatnya Sayidah Fatimah as, Sayidah Zainab as menyaksikan sikap diam ayahnya selama 25 tahun. Imam Ali as di masa itu terpaksa diam ketika hak-haknya dirampas demi kepentingan dan maslahat kaum Muslimin. Sayidah Zainab as juga melewati masa kekhalifahan ayahnya selama kurang lebih lima tahun hingga pada akhirnya Imam Ali as pada malam 19 Ramadhan 40 H meneguk cawan kesyahidan di mihrab masjid Kufah.
Pasca wafatnya Rasulullah Saw dan Sayidah Fatimah as, hati Sayidah Zainab as bergantung pada Imam Ali as. Kasih sayang ayahnya itu telah menjadi pelipur lara dalam kesedihan, namun setelah Imam Ali as tiada, maka tidak lagi seorang ayah yang menjadi tumpuannya, sehingga perpisahan dengan ayahnya itu sangat sulit bagi beliau.
Meski demikian, beliau tetap tegar dan sabar dalam menghadapi segala musibah. Beliau adalah teladan kesabaran dan ketegaran yang tidak akan runtuh hanya karena berpisah dengan orang-orang yang dicintainya. Beliau datang untuk membuat sebuah epik dan membuktikan hakikat dan kebenaran Ahlul Bait as. Beliau datang untuk memberikan pelajaran keteguhan dan ketegaran hingga mencapai kemuliaan dalam menghadapi semua fitnah dan musibah.
Setelah Imam Ali as wafat, Sayidah Zainab as menyaksikan kezaliman terhadap saudaranya, Imam Hasan as. Penindasan yang dialami Imam Hasan as sama seperti kezaliman yang menimpa ayahnya. Sayidah Zainab as menyaksikan pembelotan masyarakat dan konspirasi musuh serta propaganda luas Muawiyah bin Abu Sufyan terhadap saudaranya. Dalam kondisi tersebut, beliau selalu menyertai Imam Hasan as dan pada akhirnya menyaksikan kesyahidan saudaranya itu.
Sayidah Zainab as tetap bersabar dalam menghadapi musibah besar tersebut. Pasca wafatnya Imam Hasan as, beliau menyertai saudaranya, Imam Husein as, pergi ke Karbala pada tahun 60 H. Peristiwa Karbala adalah puncak dari musibah yang dihadapi oleh Sayidah Zainab as. Tidak lama setelah 18 orang dari keluarganya, termasuk anak-anak dan saudaranya, gugur syahid, beliau menyaksikan kesyahidan Imam Husein as, yaitu sebuah musibah yang langit dan bumi pun tidak mampu menahannya. Dalam kondisi tersebut dan bahkan ketika beliau dan keluarganya ditawan oleh musuh, Sayidah Zainab as tetap bersabar, dan meyakini bahwa beliau harus melaksanakan kewajiban agama, politik, dan sosial terbesar.
Setelah kesyahidan Imam Husein as di padang Karbala, Sayidah Zainab as memikul sejumlah tugas penting: pertama, merawat dan melindungi Imam Sajjad as, putra Imam Husein as, dari serangan musuh. Kedua, melindungi para wanita dan anak-anak yang ditawan musuh. Ketiga, menyampaikan berita kesyahidan Imam Husein as dan sahabat-sahabatnya, serta mengungkap skandal dan kezaliman Yazid di hadapan masyarakat.
Yazid dan pengikutnya menyebarkan propaganda luas supaya langkah Imam Husein as dianggap sebagai gerakan anti-agama dan bertentangan dengan kepentingan umat Islam. Yazid menyebarkan fitnah bahwa Imam Husein as sedang mengejar kekuasaan dan materi dalam revolusinya sehingga ia dengan mudah menumpas para penentangnya. Namun Sayidah Zainab telah menjadi penghalang propaganda itu, dan bahkan juga mengungkap kejahatan dan kebusukan Yazid dan pengikutnya.
Dalam pidatonya yang berapi-api, Sayidah Zainab telah mengguncang pemikiran keliru masyarakat di masa itu. Warga Kufah yang hampir 20 tahun tidak mendengar pidato Imam Ali as, mereka terhentak dengan suara Zainab as yang nadanya seperti perkataan Ali as. Perkataan Sayidah Zainab as yang begitu fasih dan keberanian beliau telah membuat takjub Hazlum Ibnu Katsir, seorang ahli balaghah. Ia mengatakan, "Seakan-akan Zainab berbicara dengan bahasa Ali."
Selain kefasihan dalam berbicara, Sayidah Zainab as juga menjaga kesuciannya sebagai seorang Muslimah. Salah satu perawi yang meriwayatkan pidato beliau mengatakan, "Aku bersumpah demi Allah, aku tidak melihat seorang perempuan pun yang lebih fasih dan lebih berilmu dari perempuan yang menjaga kesuciannya ini."
Dalam waktu yang singkat, Sayidah Zainab as mampu menyampaikan suara kebenaran dan anti-penindasan kepada masyarakat. Beliau juga menyampaikan ketertindasan Imam Husein as yang menuntut keadilan. Selain itu, tindakan beliau juga telah melindungi agama dari penyimpangan.
Dalam waktu singkat, kezaliman Yazid terungkap. Meski telah membantai Imam Husein as dan keluarganya serta menawan para wanita dan anak-anak Ahlul Bait as, Yazid tidak mampu mencapai tujuannya, bahkan sebaliknya kejahatannya terungkap. Setelah kejahatannya terungkap, Yazid berusaha melemparkan kesalahannya kepada Ubaidillah bin Ziyad, penguasa Kufah, dan berlepas tangan dari dosa-dosanya. Namun Ahlul Bait Rasulullah Saw telah mengungkap semua kebusukan Yazid dan antek-anteknya.
Fatimah Zahra as, Perwujudan Ayat Tathhir
Az-zahra as adalah lambang kesucian, sosok pribadi agung sepanjang zaman, tauladan bagi setiap insan. Cinta kepada Zahra as merupakan kecintaan kepada Rasul saww dan sekaligus kecintaan kepada Allah, sebuah mata rantai cinta yang tidak pernah terputus.
Dalam ayat 33 surat al-Ahzab,[1] Allah swt menjelaskan keutamaan Ahlul Bait as. Ayat Tathhir merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya yang menjelaskan tentang istri-istri Nabi saww. Namun, perlu diketahui bahwa ayat Tathhir tidak ditujukan kepada istri-istri Nabi saww. Ayat tersebut merupakan ayat yang independen dan tidak berhubungan dengan ayat sebelumnya. Hal ini dibuktikan oleh berbagai riwayat dalam kitab hadist dan tafsir, baik versi Syiah[2] maupun Sunnah.[3] Mereka sepakat bahwa ayat tersebut turun kepada Ahlul bait as dan demikian tidak meragukan lagi keabsahannya.
Mungkin saja, sebagian kalangan beranggapan bahwa gaya penukilan dan penulisan berbagai hadist tersebut di atas berbeda-beda sehingga tidak dapat dinisbatkan dan ditetapkan bahwa ayat tersebut memang ditujukan kepada Ahlul Bait as. Tapi anggapan ini tidak benar berdasarkan bukti sejarah tentang turunnya ayat Tathhir, seperti prilaku Nabi saww yang selalu mengulang-ulangi menyampaikan hal ini dalam berbagai kesempatan berbeda agar masyarakat faham bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait as adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi thalib, Sayyidah Zahra, Imam Hasan dan Imam Husein as. Sejarah meriwayatkan bahwa dalam kesempatan yang berbeda-beda, Nabi saw sering kali menjelaskan keutamaan Ali bin Abi thalib as sejak dari dakwah sembunyi-sembunyi beliau yang hanya terbatas pada keluarga, sampai penghujung hidup beliau. Apakah hal ini masih juga diragukan kebenarannya sekalipun disebutkan dalam kesempatan yang berbeda? Tentu tidak, karena dalam kondisi lainnya Nabi saw tidak pernah mengulang-ulang suatu hal dalam kesempatan yang berbeda-beda, maka ketika Nabi saw mengulangnya dalam berbagai kesempatan dapat difahami bahwa hal yang beliau sampaikan sangatlah penting sehingga perhatian masyarakat selalu tertuju kepadanya.
Ayat Tathhir ingin menyampaikan bahwa Ahlul Bait as memiliki maqam ismah yaitu terhindar dan terjaga dari dosa, kelalaian, kebodohan dan keraguan. Mungkin saja, sebagian kalangan menduga bahwa turunnya ayat Tathhir yang ditujukan kepada Ahlul Bait as sama sekali tidak memberikan nilai dan maqam ismah. Jika dugaan mereka benar, lalu bagaimana berbagai literatur yang menjelaskan kedudukan mereka di mata Nabi saww dan prilaku Nabi saw yang selalu mengulangnya di berbagai kesempatan? Bukankah dinukil dalam sejarah bahwa setiap kali Nabi melewati rumah az-Zahra as, beliau selalu berhenti sejenak seraya mengucapkan: ?Assalamu?alaikum ya ahlul bait? Mengapa Imam Ali as membuktikan kepemimpinanya dengan berlandaskan ayat Tathhir? Kenapa pula Imam Hasan as mengklaim dirinya sebagai salah satu orang yang termasuk dalam ayat tersebut? Oleh karena itu, jelaslah bahwa dugaan mereka itu tidak dapat dibenarkan.
Beberapa riwayat menjelaskan bahwa kemakshuman Ahlul Bait as tidak berarti bahwa mereka hanya terjaga dari dosa dan kesalahan saja, karena Imam Shodiq as bersabda: ?Arrijsu (dalam ayat tersebut) adalah keraguan. Demi Allah, selamanya kami (Ahlul Bait) tidak pernah ragu kepada-Nya.? Sedang dalam kesempatan lain, Imam Ali as bersabda: ?Aku tidak pernah ragu akan kebenaran sejak aku melihatnya.? ? Seandainya disingkap tabir bagiku maka tidak akan bertambah keimananku.? Sebagian dari Imam suci menyabdakan bahwa kalimat hendak menghilangkan dosa dari kamu berarti menjauhkan mereka dari kobaran api jahiliah. Ini berarti bahwa bahwa Allah swt tidak menginginkan para pendahulu Ahlul Bait as (datuk-datuk mereka) masuk dalam golongan orang-orang kafir, karena salah satu arti rijs dalam kamus bahasa adalah kekufuran dan keraguan.
Sepanjang sejarah, Sayyidah Zahra as adalah wanita menjadi panutan yang tidak mungkin bisa dilepaskan dari Ahlul Bait. Beliau adalah perwujudan dari ayat Tathhir, sosok pribadi yang disucikan Allah swt, dengannya risalah suci berlanjut dan langgeng sampai hari kiamat, wanita yang sampai kepada makam Ilahi di bawah didikan duta Ilahi, jiwanya selalu dikorbankan di jalan Allah swt, tutur katanya tidak lepas dari kebenaran jelmaan ayat: ?Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya, ucapan itu tiad alain hanyalah wahyu yang diwahyukan, yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Beliau adalah pribadi yang selalu memiliki kontak dengan alam gaib, berkomunikasi dengan Malaikat Jibril as sehingga nama lain az-Zahra as adalah almuhaddats yang berarti orang yang diajak berbicara. Diceritakan dalam sejarah bahwa sepeninggal Nabi saw, Malaikat Jibril diutus oleh Allah swt agar selalu mendatangi Sayyyidah Zahra as untuk menghiburnya dari kesedihan setelah kepergian ayahnya dan menceritakan kepadanya kejadian yang telah dan akan terjadi. Kejadian-kejadian yang disampaikan Malaikat Jibril itu dicatat sehingga menjadi sebuah buku yang dikenal dengan Mushaf Fathimah as. Mushaf ini merupakan salah satu perwujudan ilmu yang tak terbatas dalam diri Zahra as dan termasuk salah satu sumber asli ilmu para imam, sejak masa Imam Ali as sampai Imam Mahdi afs.
Imam Khomeini ra memberikan perhatian cukup besar tentang keutamaan pribadi az-Zahra as yang terlihat dalam pidato-pidatonya. Imam selalu menjelaskan bahwa dengan kepulangan nabi saww kehadirat ilahi Rabbi hubungan kontak nabi saww dengan malaikat Jibril melalui wahyu terputus, namun kontak malaikat Jibril as -walaupun bukan dengan istilah wahyu- dengan Az-zahra as tidak terputus. Dalam hal Imam berkata: "Masalah datangnya malaikat Jibril as ke Az-zahra as bukan masalah yang mudah, jangan pernah berkhayal selama belum memenuhi persyaratanya, malaikat akan mendatangi setiap orang". Datangnya Jibril as kehadirat Az-zahra atas perintah Allah swt merupakan keutamaan yang luar biasa yang dimiliki oleh Az-zahra as dan Imam Khomeini memandang itulah puncak keutamaan dan kedudukan Az-zahra as yang dimilikinya dimata Allah swt.
Maqam dan kedudukan yang begitu tinggi yang tidak dimiliki oleh semua para utusan Allah dan hanya dimiliki oleh para nabi pilihan dan kekasihNya, Az-zahra as dengan segala keutamaannya telah sampai kemaqam tersebut. Dialah as hakekat dari malam Al-qadr, Zahralah as batin dari ayat: ?Haa miim demi kitab (alquran) yang menjelaskan sesungguhnya Kami menurunkan pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah?. Imam Musa Al-khadzim dalam menjelaskan ayat tersebut berkata: ?Haa miim adalah Muhammad saww, kitab mubin (kitab yang mejelaskan) adalah Imam Ali as dan lailah (waktu malam) adalah S Fatimah as. Wujud suci Az-zahra as hakekatnya adalah Al-quran yang dapat berbicara (Al-quran natiq)- sementara para Imam suci juga sebagai penjelas Al-quran yang diam (Al-quran shomit).
Az-zahra as adalah lambang kesucian, sosok pribadi agung sepanjang zaman, tauladan bagi setiap insan. Cinta kepada Zahra as merupakan kecintaan kepada Rasul saww dan sekaligus kecintaan kepada Allah, sebuah mata rantai cinta yang tidak pernah terputus. Az-zahra as adalah paling mulianya manusia di sisi nabi serta cahaya mata dan buah hati Rasul sebagimana sabda beliau: ?Fatimah adalah paling mulianya manusia disisiku, putriku Fatimah, adalah wanita yang terbaik diseluruh jagat raya, sejak pertama kali wanita diciptakan hingga kelak pada akhir zaman, dialah cahaya mata dan buah hatiku.? Fatimah adalah Az-zahra yang namanya selalu harum dan dikenang sepanjang masa dalam kehidupan manusia.[] Wallahu a'lam
Oleh: Abdurrahman Arfan
Catatan Kaki:
[1] Disebut dengan ayat tathir yang artinya : ?Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Baith dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.?
[2] Terhitung sekitar 16 riwayat yang menukil langsung dari nabi saww.
[3] Dari 300 riwayat yang dibawakanya terhitung sekitar 5-6 yang menukil secara langsung.
USS Donald Cook Tiba di Perairan Suriah
Sebuah media Amerika mengatakan bahwa potensi serangan rudal AS ke Suriah menguat.
CNN pada hari Selasa (10/4/2018) melaporkan bahwa USS Donald Cook dengan 60 rudal Tomahawk telah berlabuh pada jarak 100 kilometer dari pelabuhan Tartus di barat Suriah.
Beberapa pejabat Washington mengatakan, pemerintah AS sedang mempertimbangkan respon militer multinasional terhadap dugaan serangan kimia di Suriah.
"Inggris dan Perancis serta beberapa negara sekutu AS di Timur Tengah akan menjadi mitra potensial pemerintahan Trump dalam serangan militer ke Suriah," kata mereka.
Presiden Donald Trump pada Senin malam mengatakan bahwa ia secepatnya akan membuat keputusan sebagai reaksi terhadap serangan kimia di Douma.
Menurut para pengamat, AS dan sekutunya akan menyerang instalasi yang dikaitkan dengan serangan kimia tersebut. Pangkalan udara al-Zamir di Damaskus yang menjadi rumah bagi helikopter Mi-8 Suriah, akan menjadi salah satu target serangan.
"Serangan potensial ke Suriah akan fokus pada target yang terkait dengan program senjata kimia negara itu," kata seorang pejabat Amerika.
Tentara Zionis Tembaki Warga Palestina untuk Hiburan
Media Zionis merilis rekaman video di mana militer Zionis dengan senang hati mengumumkan momen ketika pemuda Palestina di timur Gaza menjadi sasaran tembakannya.
Mehr News melaporkan, dalam rekaman video itu tampak pasukan Israel bergembira mendengar bahwa seorang tentara Zionis berhasil membidik pemuda Palestina, seolah tidak sedang menargetkan manusia tidak bersalah, serta sedang bermain dan bersenang-senang.
Dalam rekaman video itu juga dapat disaksikan tentara Israel yang gagal menarget pemuda yang berada di dekat tembok keamanan, hingga membuatnya marah marah dan mengucapkan cacian kepada pemuda Palestina tersebut.
Penembakan oleh pasukan Zionis terhadap para warga Palestina yang berpartisipasi dalam aksi "Pawai Hak untuk Kembali" serta penentangan rezim ini terhadap penyelidikan internasional terkait pembunuhan para demonstran, telah memicu kritik organisasi-organisasi hak asasi manusia internasional.
Melawan Ekstremisme dengan Peningkatan Pendidikan dan Kerukunan Beragama
Profesor Singapura yang menghadiri seminar ilmiah tentang "Pengaruh Ekstremisme di Asia" menyatakan bahwa meningkatkan sistem pendidikan dalam masyarakat Muslim harus dibarengi dengan peningkatan kerukunan beragama guna melawan arus ekstremisme.
Menurut laporan IRNA pada hari Selasa (10/4/2018), seminar ilmiah sehari tentang "Pengaruh Ekstremisme di Asia", yang juga dihadiri oleh Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Islam Iran untuk Kuala Lumpur, digelar di Selangor dengan kerjasama Institut Studi Penelitian Asia (ASIAWE), Pusat Studi Dunia di Universitas Nasional Malaysia (ikhmas) du Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM).
Profesor Fakultas Sosiologi di Universitas Nasional Singapura, Farid al-Attas, berbicara soal potensi ekstremisme di dunia Islam.
Profesor Singapura itu mengatakan bahwa sejumlah kebijakan sejumlah negara bagian melarang ide dan pemikiran yang beragam, menjadi landasan munculnya ekstremisme.
Rusia: AS Menolak Menerima Kenyataan di Suriah
Rusia mengatakan Amerika Serikat menolak menerima kenyataan atas dugaan serangan kimia di dekat ibu kota Suriah, Damaskus, di mana Moskow menyatakan tidak ada bukti dalam hal ini.
“Anda menyaksikan sikap tidak konstruktif yang diambil sejumlah negara termasuk AS. Mereka menolak menerima kenyataan,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan, Selasa (10/4/2018).
"Tidak satu pun di antara mereka yang berbicara tentang perlunya penyelidikan yang tidak bias," tambahnya.
Sebelumnya, Presiden Rusia memperingatkan agar tidak melakukan tindakan provokatif terhadap dugaan terjadinya serangan kimia, di tengah meningkatnya ancaman militer oleh AS dan sekutunya terhadap pemerintah Damaskus, yang mereka tuding bersalah atas insiden yang diklaim tersebut.
Dalam sebuah percakapan telepon pada hari Senin, antara Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Kanselir Jerman Angela Merkel membahas situasi di Suriah, termasuk tuduhan oleh sejumlah negara Barat terhadap Damaskus yang dituding menggunakan senjata kimia.
Pemerintah Harus Kontrol Media Sosial
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ma’ruf Amin menilai bahwa lembaga penyiaran dan media sangat penting dan strategis di tengah keberadaan media sosial (medsos) yang sudah menguasai kehidupan masyarakat sekarang ini.
Menurut Kantor Berita ABNA, Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ma’ruf Amin menilai bahwa lembaga penyiaran dan media sangat penting dan strategis di tengah keberadaan media sosial (medsos) yang sudah menguasai kehidupan masyarakat sekarang ini. Menurutnya, pemerintah harus punya kontrol terhadap medsos.
“Sekarang menjadi media strategis menyampaikan pesan dan mengedukasi masyarakat karena bisa mengkomunikasikan berbagai apa yang kita harapkan sampai ke masyarakat. Dan Sekarang ini masyarakat sudah sangat medsos minded,” katanya di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, pada Senin (2/4).
Kiai Ma’ruf mengingatkan para pengguna medsos agar mewaspadai setiap informasi yang ada di dunia maya. Apalagi informasi yang berisi konten merusak dan meresahkan masyarakat, seperti hoaks dan adu domba. Pemerintah juga perlu mengambil langkah tegas seperti melakukan pembatasan, penutupan situs, hingga menghukum pemilik akun yang menyebarkan informasi hoax dan berdampak luas bagi masyarakat.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri, lanjut dia, sudah mengeluarkan fatwa tentang bermuamalah melalui medsos supaya masyarakat tidak mudah percaya terhadap setiap berita yang datang. “laa yadkhulul jannata nammamun: tidak masuk surga (bagi orang yang) pengadu domba,” ucapnya.
Ulama dan pemerintah harus bersama-sama mengawal perilaku pengguna Medsos agar tidak mudah termakan hoaks, adu domba, dan fitnah. “Bahayanya luar biasa, orang tidak bersalah difitnah, dimaki-maki, kemudian dibuat berita bohong,” ujarnya.
“Kita (ulama) dari sisi pemahamannya, aspek moralitasnya, dan pemerintah menindak. Artinya mengambil hukuman,” tambah Kiai Ma’ruf.
Terkena Serangan Jantung, Ustad Hasan Abu Ammar Hembuskan Nafas Terakhir
Hasan Abu Ammar menuntut ilmu keislaman di kota Qom Iran sejak tahun 1981 dan sampai akhir hayatnya masih tetap berstatus sebagai santri di Hauzah Ilmiah Qom dan telah mendapat gelar Hujjatul Islam wa Muslimin.
Menurut Kantor Berita ABNA, umat Islam khususnya pengikut Ahlulbait Indonesia diliputi suasana duka dengan tersiarnya berita telah wafatnya Santono bin Aswi yang lebih dikenal dengan panggilan Ustad Hasan Abu Ammar di kota Qom Republik Islam Iran. Disebutkan almarhum meninggal dunia pada Sabtu (7/4) di rumah sakit Hurami Qom pukul 11.35 waktu setempat di usia 56 tahun.
Hasan Abu Ammar menuntut ilmu keislaman di kota Qom Iran sejak tahun 1981 dan sampai akhir hayatnya masih tetap berstatus sebagai santri di Hauzah Ilmiah Qom dan telah mendapat gelar Hujjatul Islam wa Muslimin. Lebih dari separuh usianya ia baktikan untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu-ilmu Ahlulbait as. Sejumlah karya ilmiahnya telah diterbitkan dan mengalami cetak ulang berkali-kali diantaranya, buku "Rasionalisme dan Alam Pemikiran Filsafat dalam Islam" terbit pertama kali tahun 1993, Ringkasan Logika Muslim, Imam Mahdi menurut Ahlusunah wal Jamaah dan ratusan artikel ilmiah lainnya. Ratusan rekaman ceramahnya dalam berbagai bidang ilmu keislaman telah beredar dalam tiga dekade.
Memanfaatkan kemajuan tekhnologi informasi, dengan menggunakan akun Sinar Agama di Facebook, ia melayani diskusi dengan netizen untuk menjawab persoalan-persoalan dalam masalah agama. Materi diskusi dan tanya jawab yang berlangsung di media sosial tersebut dibukukan dan telah terbit dalam 13 jilid buku dengan judul, "Tanyalah kalau Mau, Barangkali Aku dapat Membantu." Dibantu murid-muridnya, ia mengelola
Menurut diagnosa dokter, almarhum terkena serangan jantung, dan telah menghembuskan nafas yang terakhir sebelum sempat mengalami perawatan medis. Jenazah rencana dimakamkan di Pemakaman Beheste Ma'sumah kota Qom setelah sebelumnya disemayamkan di Masjid Imam Hasan Askari dan disalati di Haram Sayidah Maksumah sa pada Ahad (8/4) pukul. 15.00 waktu setempat.
Ucapan belasungkawa mengalir dari sejumlah ulama Iran, lembaga-lembaga pendidikan Iran, pejabat KBRI Tehran, tokoh-tokoh Islam Indonesia, organisasi-organisasi Ahlulbait di Indonesia, termasuk ucapan belasungkawa dari Najaf Irak. Himpunan Pelajar Islam (HPI) Iran dalam selebaran yang dimuat di site http://www.hpiiran.com/ turut mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya ulama kharismatik tersebut. Sejumlah organisasi dan yayasan Ahlulbait di Indonesia mengadakan majelis tarhim dan doa bersama untuk almarhum, tidak terkecuali HPI-Iran yang mengadakan majelis tarhim tiga malam berturut-turut, yang diikuti seratusan pelajar Indonesia di kota Qom.
Musuh Khawatirkan Peningkatan Kekuatan Iran
Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei menilai penyebab terjadinya peningkatan serangan musuh, karena mereka merasa terancam dengan kekuatan Iran yang semakin besar.
Menurut Kantor Berita ABNA, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei menilai penyebab terjadinya peningkatan serangan musuh, karena mereka merasa terancam dengan kekuatan Iran yang semakin besar.
Rahbar dalam pertemuan dengan sejumlah komandan senior angkatan bersenjata Iran hari Minggu (8/4) menjelaskan mengenai otoritas, keamanan, kewibawaan dan kekuatan yang memadai dalam waktu yang dibutuhkan sebagai tujuan utama angkatan bersenjata.
"Hasil dari aktivitas dan aksi yang dilakukan angkatan bersenjata demi meraih tujuan yang telah ditetapkan," ujar Ayatullah Khamenei.
Pemimpin Besar Revolusi Islam juga menekankan urgensi kaderisasi dan peningkatan sumber daya manusia.
Beliau menilai saat ini sebagai periode kebanggaan bagi Republik Islam Iran.
"Serangan terus-menerus saat ini terhadap pemerintahan [Republik] Islam disebabkan terjadinya peningkatan kekuatan negara ini. Kini musuh merasa terancam, sehingga mereka terus meningkatkan serangan," papar Ayatullah Khamenei.
"Meskipun musuh melancarkan berbagai konspirasi, tapi pemerintahan Islam kian hari semakin kuat," tegas Rahbar.
Di awal pidatonya, Rahbar dalam pertemuan dengan sejumlah komandan angkatan bersenjata menyampaikan selamat atas masuknya bulan Rajab yang dilanjutkan dengan Sa'ban dan Ramadhan. Menurut beliau, ketiga bulan mulia ini sebagai bulan penuh berkah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas spiritual.
Sebelum Pemimpin Besar Revolusi Islam menyampaikan pidatonya, Kepala Staf Gabungan Angkatan bersenjata Iran, Mohammad Bagheri memberikan laporan mengenai aktivitas angkatan bersenjata negara ini selama setahun terakhhir.
"Di tahun lalu, kami meningkatkan segenap daya dan perjuangan untuk mewujudkan tujuan [nasional]," tegas Bagheri.



























