کمالوندی
Dosa yang Menghapuskan Amal Saleh
Pada salah satu perjalanan umrah bulan Ramadhan, aku berjumpa dengan seorang koruptor besar. Ia sadar betul bahwa ia telah melakukan korupsi yang merugikan rakyat. Sambil lesehan di halaman Masjidil Haram, menunggu waktu buka, ia bertanya kepadaku, “Ustadz, betulkah hadis yang menyatakan bahwa orang yang kembali dari Umrah atau Haji kembali bersih seperti bayi yang baru dilahirkan dari perut ibunya?”
Aku menjawab: Betul.
“Betulkah hadis yang menyatakan bahwa barangsiapa melakukan Shalat Tarawih dan Puasa dengan iman dan ikhlas ia akan diampuni dari dosa-dosanya yang lalu dan yang kemudian.”
Aku menjawab: Betul.
“Alhamdulillah, Ustadz, betapa besarnya kasih sayang Allah. Saya berharap karena sekarang saya taraweh dan berpuasa sambil umrah, Tuhan akan memutihkan semua dosa saya. Pengadilan mungkin masih akan menuntut saya, tapi Tuhan sudah mengampuni. Itu yang penting bagi saya.”
Aku melaporkan percakapan ini verbatim. Aku hanya menyampaikan maknanya. Hal yang sama mungkin diyakini oleh banyak koruptor dalam hatinya; tapi ia tidak menyampaikannya pada orang lain. Mereka yakin bahwa semua kemaksiatan mereka, termasuk merampas hak rakyat atau berbuat zalim akan dibersihkan dengan ibadah-ibadah ritual seperti Shalat, puasa, haji dan umrah.
Tiba-tiba aku tersentak. Seperti sebuah epifani. Mungkin hadis-hadis seperti itulah yang membuat kita menjadi sangat mudah berbuat dosa. Sebarkan fitnah tentang orang yang kita benci karena iri hati. Sakiti hati orang dengan sumpah serapah kita. Atur pengadilan supaya kita bisa mengambil milik orang lain. Buat kerjasama dengan berbagai pihak untuk memperoleh keuntungan besar, walaupun menyengsarakan rakyat banyak. Lakukan “mark up” dalam anggaran dan “mark down” dalam pelaksanaan. Sesudah itu semua, setahun sekali kerjakan puasa dan taraweh, haji dan umrah. Anda kembali suci!
Enak betul, aku pikir. Koruptor bisa membersihkan uang kotornya dengan cara murah meriah; yakni, umrah di bulan Ramadhan bersama Ustadz yang menghapal puluhan hadis fadhilah atau hadis-hadis penghapus dosa. Tetangga yang menyebarkan gosip dapat mensucikan dirinya dengan shalat lima waktu dan setelah shalat membaca wirid tertentu. “Allah akan mengampuni dosa-dosanya walaupun banyaknya seperti buih di lautan”.
Aku terkejut. Aku juga bingung. Mungkinkah agama yang missi utama Nabinya adalah menyempurnakan kemuliaan akhlak memberikan peluang tindakan imoral dengan pembersihan ritual? Shalat tidak lagi menjadi kekuatan untuk mencegah kekejian dan kemungkaran. Shalat malah menjadi teknik pembenaran. Puasa bukan lagi latihan mengendalikan hawa nafsu. Puasa bahkan menjadi strategi sementara untuk mengerem nafsu sebelum meluncurkannya dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Aku gelisah. Untungnya segera aku ketahui bahwa sandaran para pelaku dosa “laundering” hanyalah hadis-hadis, kebanyakan lemah. Al-Quran tidak pernah menyebut ritus tertentu sebagai penebusan dosa. Al-Quran menerangkan penghapusan dosa sebagai “pahala” dari perjuangan panjang menegakkan ketakwaan. Sebagai misal, “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalanKu, yang berperang dan diperangi pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala…” (Ali Imran 195).
Selanjutnya Al-Quran bahkan menyebutkan perbuatan dosa yang dapat menghapuskan dan menghilangkan pahala amal saleh, termasuk sedekah dan haji. Perbuatan ini juga menyebabkan pelakunya dilaknat Allah di dunia dan di akhirat. Perbuatan itu ialah menyakiti manusia. “Janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahkamu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti…” (Al-Baqarah 264); “Barangsiapa berniat melakukan haji di dalamnya maka janganlah ia berkata kotor, berbuat fasik, dan bertengkar pada waktu melakukan haji” (Al-Baqarah 197); “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat dan menyediakan bagi mereka siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (Al-Ahzab 57-58).
Walhasil, bukan umrah bulan Ramadhan yang menghapuskan dosa korupsi, tapi korupsi itu menghapuskan semua pahala umrahnya. Bukan shalat yang menghilangkan dosa gosip, tapi dosa gosiplah yang menghilangkan pahala shalatnya. Bukan puasa yang menebus dosa perbuatan menyakiti hati, tapi perbuatan menyakiti itulah yang meniadakan semua pahala puasa.[]
KH DR Jalaluddin Rakhmat; Ketua Dewan Syura IJABI
Mengenal Pemimpin Mazhab Ja'fariyah
Imam Ja'far Shadiq adalah Imam Keenam dalam hierarki dua belas Imam Maksum. Panggilannya adalah Abu Abdillah dan gelarnya yang masyhur adalah as-Shadiq, al-Fadil dan at-Tahir. Imam Shadiq adalah putra Imam Baqir, Imam Kelima, dan ibunya adalah putri dari Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar.
Imam Ja'far Shadiq dibesarkan oleh datuknya, Imam Zainal Abidin di Madinah selama dua belas tahun dan dilanjutkan oleh lindungan kasih ayahandanya Imam Muhammad Baqir selama sembilan belas tahun.
Setelah syahadah ayahandanya pada tahun 114 H, Imam Ja'far Shadiq menjadi Imam Keenam menggantikan ayahandanya, dan misi suci Islam dan bimbingan ruhani dilimpahkan ke atas pundaknya dari Rasulullah Saw melalui suksesi para Imam sebelumnya.
Keadaan Politik
Masa Imâmah Imam Shadiq bertepatan dengan masa-masa revolusi dan bersejarah dalam sejarah Islam yang menyaksikan kejatuhan Dinasti Bani Umayyah dan kebangkitan Dinasti Bani Abbasiyah. Perang saudara dan gejolak politik menyebabkan terjadinya perombakan secara cepat dalam pemerintahan. Dengan demikian, Imam Shadiq menyaksikan raja-raja rezim yang berkuasa mulai dari Abdul Malik hingga penguasa Dinasti Bani Umayyah, Marwan al-Himar. Ia masih hidup hingga masa Abul Abbas as-Saffah dan Mansur dari Dinasti Bani Abbasiyah. Karena perebutan kekuasan politik antara dua kelompok, Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah maka gerakan Imam menjadi tidak terkontrol untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dan misi-misinya dalam menyampaikan Islam dan menyebarkan ajaran-ajaran Rasulullah Saw.
Pada masa-masa terakhir kekuasan Bani Umayyah, Dinasti mereka berada di ambang kejatuhan. Keadaan kacau-balau dan pemerintahan yang tak-terurus terjadi di seluruh negara-negara Islam. Bani Abbasiyah memanfaatkan kesempatan emas dari ketidakstabilan politik ini. Mereka mengklaim diri mereka sebagai "Penuntut Balas Bani Hasyim". Mereka berprentensi dengan dalih menuntut balas terhadap Bani Umayyah karena telah menumpahkan darah Imam Husain As.
Orang-orang awam yang sudah muak dan kesal dengan kekejaman Bani Umayyah dan secara diam-diam merindukan Ahlulbait Nabi Saw untuk berkuasa. Mereka menyadari bahwa jika kepemimpinan dikuasai oleh Ahlulbait, yang merupakan pewaris sah, wibawa Islam akan bertambah dan misi Nabi Saw yang asli dapat disebarkan. Bagaimanapun, sekelompok Bani Abbasiyah dengan diam-diam mengadakan kampanye untuk merebut kekuasaan dari tangan Bani Umayyah dengan dalih bahwa mereka merebutnya untuk diserahkan kepada Bani Hasyim. Sebenarnya, mereka sedang berkomplot untuk kepentingan mereka sendiri. Kemudian, orang-orang awam ini terkecoh dengan membantu mereka dan ketika Bani Abbasiyah berhasil merebut kekuasaan dari Bani Umayyah, mereka berbalik menentang Ahlulbait.
Keadaan Agama
Kejatuhan Bani Umayyah dan kebangkitan Bani Abbasiyah telah membentuk dua plot utama dalam drama sejarah Islam. Masa-masa kacau dan revolusioner ini terjadi ketika ajaran-ajaran moral Islam telah ditinggalkan dan ajaran-ajaran Nabi Saw dilupakan, sebuah keadaan anarki yang merajalela. Di tengah-tengah keadaan kacau seperti ini, Imam Ja'far Shadiq tampil ibarat mercusuar yang menyebarkan cahaya untuk menerangi samudra kegelapan dan gelimang dosa di sekelilingnya. Dunia cenderung terhadap pesona dan keutamaannya. Abu Salamah Khallal juga menawarkan mahkota khalifah kepadanya.
Akan tetapi, Imam melanjutkan tradisi temurun dari moyangnya menolak dengan tegas tawaran ini, dan lebih memilih untuk menyibukkan dirinya dengan penyebaran ilmu dan khidmat terhadap Islam.
Ajaran-ajaran Imam Ja'far As
Kecakapan Imam Ja'far dalam seluruh cabang ilmu pengetahuan diakui oleh seluruh dunia Islam, yang menarik pelajar-pelajar dari berbagai penjuru, dekat dan jauh, datang kepadanya sehingga murid-murid Imam Ja'far mencapai sekitar empat ribu. Para 'ulama dan fuqaha dalam bidang hukum banyak menukil hadis-hadis dari Imam Ja'far Shadiq. Murid-muridnya mengadakan kompilasi ratusan kitab dalam berbagai disiplin ilmu dan sastra. Selain ilmu fiqh, hadis, tafsir, dan sebagainya, Imam juga mengajarkan matematika dan kimia kepada beberapa orang muridnya. Jabir bin Hayyan Tusi, seorang ilmuwan matematika ternama, merupakan salah seorang murid Imam yang dapat mengambil manfaat dari ilmu dan bimbingan Imam dan mampu menulis empat ratus kitab dalam subjek yang beragam.
Kenyataan ini adalah sebuah fakta sejarah yang tidak dapat diingkari kebenarannya sehingga seluruh ulama-ulama besar Islam berhutang budi atas kehadiran Ahlulbait yang merupakan mata-air ilmu dan pelajaran.
Allamah Sibli menulis dalam kitabnya, Sirâtun 'Nu'man: "Abu Hanifah beberapa lama hadir (menuntut ilmu, penj.) di hadapan Imam Ja'far Shadiq, mendapatkan penelitian berharga darinya dalam bidang ilmu fiqh dan hadis. Kedua mazhab – Sunni dan Syiah – meyakini bahwa sumber ilmu Abu Hanifah kebanyakan bersumber dari pergaulannya bersama Imam Ja'far Shadiq."
Imam mempersembahkan seluruh hidupnya semata untuk menyebarkan ajaran agama dan mendakwahkan ajaran-ajaran Nabi Saw dan tidak pernah bermaksud untuk berkuasa. Karena keluasan ilmunya dan kebaikan ajarannya, orang-orang berkumpul di sekelilingnya, memberikan penghormatan dan perhatian kepadanya. Karena takut popularitas Imam Ja'far semakin luas, hasud dan dengki menguasai diri penguasa Abbasiyah Mansur Dawaniqi sehingga memutuskan untuk mengenyahkannya.
Allamah Tabataba'i menulis:
Imam Ja'far bin Muhammad, putra Imam Kelima, lahir pada tahun 83 H/ 702 M. Ia syahid pada tahun 148 H/ 765 M. Menurut sumber-sumber Syiah, diracun melalui intrik Khalifah Abbasiyah Mansur. Setelah syahadah ayahnya, Imam Ja'far menjabat Imam melalui perintah Allah Swt dan keputusan para Imam sebelumnya.
Selama masa Imâmah Imam Keenam, kesempatan dan iklim yang lebih bersahabat datang kepadanya untuk lebih leluasa menyebarkan ajaran-ajaran agama. Kesempatan ini muncul sebagai akibat pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di berbagai wilayah Islam, khususnya bangkitnya Muswaddah yang menggoyang khalifah Bani Umayyah, perang berdarah terjadi yang akhirnya menuntun kepada kejatuhan dan pengasingan Bani Umayyah. Kesempatan emas ini juga adalah hasil dari pembukaan lahan yang dilakukan oleh Imam Kelima yang telah dipersiapkan sebelumnya selama masa imâmahnya yang mencakup dua puluh tahun melalui tabligh ajaran-ajaran asli Islam dan ilmu Ahlulbait Nabi As.
Imam Shadiq mengambil kesempatan emas ini untuk mendakwahkan ilmu agama hingga akhir masa Imâmahnya, seiring dengan masa-masa akhir kekuasaan Bani Umayyah dan awal kemunculan Bani Abbasiyah. Imam mengajar banyak ulama dalam berbagai bidang disiplin ilmu dan ilmu periwayatan, seperti Zurarah bin A'yan, Muhammad bin Muslim, Mu'minut Taq, Hisyam bin Hakam, Aban bin Taghlib, Hisyam bin Salim, Huraiz, Hisyam Kalbi an-Nassabah dan Jabir bin Hayyan (Ahli Kimia). Bahkan beberapa ulama Sunni ternama seperti: Sufyan ats-Tsauri, Abu Hanifah, pendiri Mazhab Fiqh Hanafi, al-Qadi as-Sukuni, al-Qadi Abul Bakhtari, dan yang lainnya, mendapatkan kehormatan untuk menjadi murid-murid Imam Ja'far. Disebutkan bahwa kelas-kelas dan tahapan-tahapan instruksinya menghasilkan ribuan ulama hadis dan ilmu-ilmu lainnya. Jumlah hadis-hadis yang bersumber dari Imam Kelima dan Keenam lebih banyak dibandingkan dengan hadis-hadis yang bersumber dari Nabi Saw dan para Imam yang lain.
Akan tetapi, pada akhir hayatnya, Imam dikenai pencekalan secara ketat oleh Khalifah Abbasiyah, Mansur, yang memerintahkan seperti penyiksaan dan pembunuhan berdarah dingin terhadap keturunan Nabi Saw yang merupakan penganut Syiah sehingga perbuatannya melebihi kekejaman dan kebiadaban Bani Umayyah. Atas perintah Mansur, mereka ditangkap secara berkelompok, beberapa dilemparkan ke penjara gelap dan pengap kemudian disiksa hingga mati, sementara yang lainnya dipancung atau dikubur hidup-hidup di bawah tanah atau di antara dinding-dinding bangunan, dan dinding dibangun di atas mereka.
Hisyam, Khalifah Umayyah, memerintahkan agar Imam Keenam ditangkap dan dibawa ke Damaskus. Kemudian, Imam ditangkap oleh Saffah, Khalifah Abbasiyah, dan dibawa ke Irak. Akhirnya, Mansur menangkap Imam dan membawanya ke Samarra di mana Imam disekap, diperlakukan secara kasar dan beberapa kali berusaha untuk membunuh Imam. Kemudian, Imam diperbolehkan untuk kembali ke Madinah di mana Imam menghabiskan sisa-sisa umurnya dalam persembunyian, hingga ia diracun dan syahid melalui intrik licik Mansur.
Setelah mendengar syahadah Imam, Mansur menulis surat kepada gubernur Madinah yang memerintahkan sang gubernur untuk pergi melayat ke rumah Imam dengan dalih menyampaikan ucapan bela-sungkawa kepada keluarganya, untuk mencari wasiat Imam dan membacakannya. Siapa pun yang dipilih oleh Imam sebagai pewaris dan penggantinya harus dipancung di tempat. Tentu saja, maksud Mansur ini adalah untuk mengakhiri seluruh masalah Imâmah dan hasrat-hasrat Syiah. Ketika gubernur Madinah mengikuti perintah Makmun, untuk membaca wasiat terakhir, dia melihat bahwa Imam, alih-alih memilih satu orang, ia telah memilih empat orang sebagai pelaksana wasiat terakhirnya; khalifah sendiri, gubernur Madinah, 'Abdullah Aftah, putra sulung Imam, dan Musa, putra bungsu Imam. Dengan cara seperti ini, siasat licik Mansur dapat dipatahkan. (Shiite Islam)
Syahadah
Pada tanggal 25 Syawal 148 H. Imam syahid karena diracun oleh Gubernur Madinah atas perintah Mansur. Shalat jenazah dilakukan oleh putra Imam, Musa Kazhim, Imam Ketujuh, dan jasadnya dikebumikan di pemakaman Jannatul Baqi Madinah. Salam padamu Wahai Aba Abdillah…..
Imam Ridho di Mata Syi`ah dan Sunnah
Nama lengkapnya adalah Ali bin Musa bin Ja`far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Tholib . Lahir di Madinah al-Munawarah (tahuh 148 H), meninggal (tahun 203 H) dan dikuburkan di kota Thus (Masyhad) Iran. Menurut Syiah Imamiyah, beliau adalah Imam yang ke delapan dari Ahlul Bayt Rasulullah saw.
Secara nasab, beliau adalalah keturunan Rasulullah saw. Hal itu ditegaskan pula oleh Al-Hakim An-Naisaburi As-Syafi`I; “Salah satu kebesaran nasab Ali bin Musa Ar-ridlo adalah beliau keturunan sebaik-baik manusia Muhammad al-Mustofa saw. Ini adalah pandangan Ahlussunnah waljama`ah dan ijmak para ulama Hijaj. Barangsiapa menolak pendapat ini, maka berarti telah menolak al-Kitab dan as-Sunnah, memerangi kebenaran dan melakukan permusuhan terhadap pemimpin dua pemuda penghuni surga (Hasan dan Husain) serta keturunananya hingga hari kiamat” . Penegasan ini seakan jawaban terhadap aliran-aliran yang memusuhi Ahlul Bayt Nabi saw yang berusaha memisahkan mereka dari garis keturunan Rasulullah saw sepanjang sejarah.
Nama aslinya adalah Ali, dan Ar-Ridlo adalah nama panggilannya. Sebagian Ahlussunnah menduga bahwa orang pertama yang memberi gelar Ar-Rdlo adalah Kholifah Abbasiyah. Hal itu terjadi pada tahun 201 H, tatkala beliau rela diangkat sebagai putra mahkota Khilafah Abbasiyah. Berbeda dengan Ahmad bin Muhammad bin Abi Nashr al-Bizinthi yang menukil dari Imam al-Jawad as, bahwa dugaan tersebut dianggap tidak beralsan. Ibnu Abi Nashr al-Bizinhti pernah bertanya kepada Imam al-Jawad as: Ada sekelompok kaum yang menduga bahwa ayahmu diberi gelar Ar-ridlo oleh al-Makmun (kholifah Abbasiyah) karena menerima jabatan sebagai putra mahkota. Imam Jawad as menjawab: “Sungguh, demi Allah mereka telah berbohong. Allahlah yang memberinya gelar Ar-ridlo, sebab beliau adalah kekasih Allah di langit dan kekasih Rasul-Nya serta para Imam setelahnya di muka bumi”. Lalu aku bertanya: Tidakkah masing-masing dari ayah-ayahmu terdahulu adalah kekasih-kekasih Allah, Rasul dan para Imam as? Beliau menjawab: “Benar”. Lalu kenapa hanya Ayahmu yang mendapat gelar Ar-Ridlo? Imam al-Jawad as menjawab: “…sebab para penentang dari musuhnya telah ridlo kepadanya, sebagaimana para kekasih dan pendukungnya…”
Pendapat ini diperkuat pula oleh sebagian tokoh Ahlussunnah, seperti al-Juwaini as-Syafi`I dan Abdurrahman al-Jami al-Hanaf. Di antara mereka ada yang sempat menyusun syair sebagai berikut:
Imam Ali pemilik nasab tinggi nan agung
Penghulu para `Ajam dan pemimpin para Arab
Sungguh ridlo sang Pencipta Alam kepadanya
Dan karenanya dia diberi gelar Ar-Ridlo.
Imam Ridho as di Zaman Harun Ar-Rasyid
Imam Ridlo menggantikan posisi ayahnya sebagai imam pada tahun 183 H, tepat pada saat beliau berusia 35. Yaitu setelah ayahnya, Imam al-Kazdim, meninggal di dalam penjara Harun Ar-Rasyid. Dalam kepemimpinan, beliau as sezaman dengan Kholifah Harun Ar-Rasyid dan kedua putranya, Al-Amin dan Al-Makmun. Sepuluh tahun berada di bawah kekuasaan Harun Ar-Rasyid, lima tahun di bawah pemerintahan Al-Amin dan lima tahun berikutnya di bawah pemerintahan Al-Makmun.
Setelah ayahnya Syahid, secara tegas dan terang-terangan beliau as menyatakan diri sebagai Imam, pemimpin umat, menggantikan ayahnya. Tanpa ragu dan takut, hal tersebut terus beliau dengungkan. Padahal secara politik, masyarakat di zaman pemerintahan Harun Ar-Rasyid berada dalam tekanan, sehingga nyaris tidak seorangpun bisa lepas dari hukumannya. Sikap berani dan tegas ini, membuat para sahabat dan kawan dekat khawatir akan keselamata beliau as. Sebab, hampir tidak ada beda antara kekuasaan Abbasiyah dan Umaiyah dalam visi dan misi. Hanya metode dan strategi yang membedakannya. Mereka sama-sama berusaha menyingkirkan peran Ahlul Bayt dari umat. Tapi Umaiyah lebih cenderung brutal dan sadis, sedang Abbasiyah lebih lembut, tapi licik dan agama sebagai bentengnya.
Shofwan bin Yahya menceritakan; setelah ayahnya syahid, secara lantang dan tegas Imam Ridlo berbicara yang membuat kami khawatir akan keselamatan jiwanya. Kami katakan kepadanya: “Sungguh engkau telah menampakkan sesuatu yang sangat besar dan kami khawatir atas keselamatanmu dari penguasa zalim (Harun) ini. Dengan tenang Imam Ridho menjawab: “Apapun yang dia inginkan, silahkan dia berusaha. Sungguh tiada jalan baginya untuk mencelakai diriku”. Beliau menngatakan: “Sesungguhnya yang membawa aku melakukan ini adalah sabda Rasulullah saw; “Andaikata Abu Jahal bisa memotong sehelai rambut dari kepalaku, maka saksikanlah oleh kalian bahwa aku pasti bukanlah nabi”. Dan kemudian beliau menegaskan kembali; “Andaikata Harun bisa memotong sehelai rambut dari kepalaku, maka saksikanlah oleh kalian bahwa aku pasti bukanlah Imam”.
Apa yang dipredeksikan Imam, benar-benar terjadi. Selama berkuasa, Harun Ar-Rasyid tidak pernah bisa menyentuh kehidupan Imam sama sekali. Berbagai gejolak politik telah menyibukkan Harun Ar-Rasyid, sehingga kesempatan untuk mengancam Imam pun tidak ada. Di Iran Timur telah terjadi pemberontakan besar-besaran yang akhirnya memaksa Harun Ar-Rasyid pergi memimpin pasukan sendiri menuju Khurasan. Di tengah perjalanan, Harun Ar-rasyid terkena penyakit dan kemudian meninggal di daerah Thus pada tahun 193 H. Dengan demikian, Imam terbebas dari kekejaman Harun Rasyid dan aman dari pembunuhan.
Imam di Zaman Al-Amin
Setelah kematian Harun, terjadi perebutan kekuasaan antara Al-Amin dan Al-Makmun yang mengakibatkan gejolak besar. Sebelum meninggal, Harun Arrasyid telah menunjuk Al-Amin sebagai kholifah, menggantikan posisinya. Harun Ar-Rasyid telah membuat perjanjian dan kesepakatan-kesepakatan dengan Al-Amin. Di antaranya; setelah kekuasaan Al-Amin berakhir, maka kekuasaan harus diberikan sepenuhnya kepada Al-Makmun dan diangkat sebagai kholifah. Dan di saat Al-Amin berkuasa, hendaknya pemerintahan wilayah Khurasan diserahkan kepada Al-Makmun. Namun setelah kematian Harun, Al-Amin justru mengisolasi Makmun dari jabatan putra mahkota dan mencalonkan putranya sendiri, Musa.
Pergolakan akhirnya tidak bisa dihindarkan. Perang dahsyat dan berdarah di antara dua saudara tidak bisa dihentikan. Sehingga pada tahun 198 H, Al-Amin terbunuh dan jabatan khilafah diambil alih sepenuhnya oleh Al-Makmun.
Di saat terjadi perebutan kekuasaan, Imam Ridlo as justru memanfaatkan kondisi ini untuk membina, menggembleng dan mendidik para pengikutnya agar tetap kuat dan solid. Beliau tidak ingin masuk dalam percaturan politik praktis penguasa yang justru akan melemahkan posisi beliau di tengah umat dan memecah soliditas para pengikutnya. Dan inilah strategi seorang Imam yang layak dikaji lebih jauh.
Imam di Zaman Al-Makmun
Di antara sekian Kholifah Abbasiyah, yang paling berbobot dan berilmu adalah Al-Makmun. Menguasai berbagai bidang ilmu, terutama agama, fikih dan kalam (theologi). Sering terlibat dalam berbagai pertemuan dan kajian ilmiah dengan para ulama. Namun di balik ini semua, Makmun juga dikenal sebagai orang yang cerdik, licik, banyak makar dan tipu muslihat. Kemampuannya dalam menguasai ilmu modern menjadi modal terbesar dalam menjalankan arah politiknya. Meskipun telah terjadi pemberontakan di beberapa daerah, namun kekuasaan Al-Makmun tetap kuat. Pendekatan persuasive terhadap para tokoh dan ulama secara intensif dilakukan, syiar agama terus didengungkan guna memperkokoh kekuasaannya. Bahkan tak jarang Makmun mengundang para ulama dari berbagai madhab ke pusat kerajaan untuk berdialog.
Ad-Dumairi As-Syafi`I mengatakan: “Tidak seorang pun dari Bani Abbas yang lebih alim daripada Makmun…menguasai ilmu, cerdas dan pandai berpolitik”
Ibnu Nadim: “Sungguh dia adalah penguasa Abbasiyah yang paling menguasai fikih dan ilmu thiologi”
As-Suyuthi As-Syafi`i: “Dia adalah sebaik-baik pemimpin Bani Abbas, tegas, tegar, berilmu, cerdas, berwibawa dan pemberani..”
Imam Ali bin Abi Tolib pernah mempredeksi tentang kejadian gaib, beliau mengatakan: “Celaka bagi umat ini dari para pemimpinnya! Mereka adalah pohon terkutuk yang disebutkan Tuhanmu, yang pertama berwarna hiaju dan yang terakhir adalah berlesung pipit, berikutnya urusan umat mahamma ini akan dikuasai oleh orang-orang, yang pertma….dan yang ketujuh adalah yang paling alim di antara mereka…"
Meskipun menguasai ilmu agama dan fikih, namun Al-Makmun seakan merasa tidak terikat dengan Islam sama sekali. Kedekatan Al-Makmun dengan Al-Qodli Yahya bin Aktam, seorang manusian rendah, adalah bukti nyata akan kefasikan dan kemunafikannya. Di tengah masyarakat, Yahya dikenal sebagai orang yang paling jahat, bahkan pena pun malu untuk menceritakannya. Orang seperti ini dijadikan Makmun sebagai sahabat karibnya, baik di dalam masjid, di kamar mandi bahkan di kebun sekali pun. Lebih daripada itu, orang seperti ini diangkatnya sebagai Hakim Agung bagi umat Islam dan dijadikan tempat rujukan dalam urusan penting pemerintahan.
Tidak dipungkiri bahwa pada masa kekuasaan Makmun, secara lahiriyah, ilmu dan pengetahuan semakin berkembang. Banyak ulama di undang ke pusat pemerintahan dan didorong untuk melakukan penelitian dan kajian. Hal itu dilakukan sebagai langkah mulus untuk mencari simpati dan dukungan.
Makmun juga berusaha menarik hati para pecinta Ahlul Bait dan pengikut Imam Ridho as dengan berbagai tindakan. Misalnya, dia berbicara bahwa Ali adalah orang yang layak menjadi kholifah Nabi saw. Bahkan secara resmi dia mengeluarkan maklumat yang mengutuk tindakan Muawiyah dan mencaci-maki perbuatannya. Mengembalikan Fadak kepada Alawiyin dan bersikap simpatik terhadap mereka.. Semua ini dilakukan sebagai upaya membersihkan diri dari warisan kejahatan yang diterima dari para leluhur sebelumnya.
Rekayasa di Balik Jabatan Putra Mahkota
Meskipun Makmun sudah berkuasa dan bahaya Al-Amin, saudaranya, telah dilenyapkan, akan tetapi pengikut Al-Amin masih belum bisa menerimanya. Mereka menilai bahwa pemerintah yang berkuasa dianggap tidak berpihak kepada mereka. Di sisi lain, perlawanan Alawiyin telah menjadi ancaman serius bagi pemerintahan Al-makmun. Sebab, pada tahun 199 H, Muhammad bin Ibrahim, salah satu tokoh Alawiyin yang disegani, telah bangkit dan membantu Abu Saraya melakukan perlawanan. Perselisihan antara Al-Amin dan Makmun dalam perebutan kekuasan, dimanfatkan oleh para pemberontak untuk memperluas gerakan. Akibatnya, kekacauan terjadi di mana-mana, di Hijaj, Irak dan tempat-tempat lain. Bahkan diperkirakan, orang-orang Iran juga akan bangkit membantu kelompok Alawiyin, karena meraka meyakini bahwa hak syar`I kepemimpinan berada di tangan Ahlul Bayt. Dan ini adalah ancaman tersendiri bagi kekuasaan Al-Makmun.
Melihat situasi seperti ini, Makmun merasa lumpuh dan tidak akan bisa mengusai keadaan. Untuk antisipasi, langkah setrategis dan praktis harus segera diambil. Di mata Makmun, tokoh utama yang bisa meredam kelompok Alawiyin adalah Imam Ridho as. Di samping sebagai ulama yang disegani, beliau juga keturunan Nabi yang sangt dicintai semua orang. Akhirnya, surat pernyataan Makmun untuk meletakkan jabatan khilafah dan rencana menyerahkannya kepada Imam Ridho as segera di layangkan ke Madinah. Diharapkan langkah antisipatif ini dapat meredam emosi kelompok Alawiyin dan orang-orang Iran yang setia kepada Ahlu Bayt as. Namun, dengan tegas Imam Ridho as menolaknya. Dalam surat yang kedua, Makmun menulis: ..”ketika kamu menolak permohonanku yang pertama, maka kini kamu harus menerima jabatan sebagai putra mahkotaku”. Permohonan yang kedua ini pun ditolak oleh Imam Rho as.
Tidak ada jalan lain bagi Makmun selain memaksa Imam Ridho as. Akhirnya, dari Madinah beliau didatangkan ke Marwa (pusat pemerintahan) untuk melakukan pertemuan khusus. Dalam pertemuan terbatas ini, hadir pula Fadl bin Sahal Dzirriyasatain. Makmun berkata: “Pendapatku tidak berubah, khilafah dan urusan kaum muslimin aku serahkan kepadamu”. Pendirian Imam pun tidak berobah, beliau tetap menolak.
Ketika, Makmun mengulangi permohonannya yang ke sekian kalinya dan Imam as tetap menolak, maka dengan tegas Makmun mengatakan: “Umar bin Khottob telah menentukan khalifah sesudahnya dengan membentuk dewan syura yang anggotanya terdirti dari enam orang, salah satunya adalah kakekmu, Ali bin Abi Talib. Umar mengeluarkan perintah agar membunuh setiap orang yang melawannya. Sekarang, tidak ada jalan lain bagimu kecuali menerima apa yang aku inginkan. Sebab, tidak ada jalan dan alternative lain yang bisa aku temukan”
Di bawah ancaman, Imam terpaksa menerima jabatan tersebut, dengan syarat. Dalam jawabannya, Imam as berkata: “Aku siap menerima jabatan sebagai putra mahkota dengan syarat; aku tidak akan mengeluarkan perintah dan tidak mengelaurkan larangan, tidak mengelaurakan fatwa, tidak mengelaurakan keputusan, tidak melakukan pemecatan atau mengangkat seseorang, tidak mengubah orang dan atau menggantinya”. Makmun menyetujui persyaratan ini.
Ini adalah taktik dan rekayasa politik yang sangat matang. Jabatan penting ditawarkan, tanpa perduli dampak negative di internal Bani Abbasiyah. Kalau bukan karena perhitungan matang dengan keuntungan politik yang besar, maka langkah ini sulit dilakukan olah Makmun. Resiko perpecahan di internal Abbasiyah adalah taruhannya. Sulit dipercaya, orang yang membunuh saudaranya sendiri untuk merebut kekuasaan dan hidup dalam kezaliman, tiba-tiba berubah darstis menjadi agamis, zuhud dan menjauhi kekuasaan. Oleh sebab itu, wajar jika Imam Ridho menolak tawaran tersebut karena di dalamnya terselubung makar, tipu muslihat dan konspirasi.
Bukti bahwa langkah tersebut adalah makar, dapat dilihat dari pernyataan Al-Makmun sendiri yang termuat dalam surat yang disampaikan kepada Hamid bin Mahram salah satu pejabat tinggi kerajaan:
“….pria ini bersembunyi dan jauh dari kita. Dia berdakwah untuk dirinya sendiri. Kita angkat sebagai putra mahkota karena kita menginginkan agar dia berdakwah untuk kepentingan kita, mengakui kerajaan dan kekhilafahan kita. Dengan demikian, maka para pengagumnya akan memahami bahwa apa yang diklaimnya sebagai miliknya adalah kosong. Khilafah adalah khusus milik kita dan tiada bagian apapun untuknya. Kita khawatir, apabila kita biarkan dalam posisinya yang semestinya, akan terjadi gejolak di dalam negeri yang kita tidak akan mampu menghadapinya. Jika itu terjadi, akan ada kondisi yang membuat kita lumpuh untuk menghadapinya…”.
Muhammad bin Arafah bertanya kepada Imam: “Wahai putra Rasulullah, apa alasan kamu menerima jabatan putra mahkota? Imam menjawab: “Karena alasan yang sama seperti alasan yang mendorong kakekku, Ali, bergabung dalam dewan syura”.
Yasir, salah seorang pembentu Imam, bercerita; Setelah penyerahan jabatan putra mahkota, dia mengunjungi Imam ke rumahnya. Yasir menemukan Imam dalam keadaan mengangkat tangan ke langit, dan berkata:
“Tuhanku, sungguh Engkau mengetahui bahwa aku menerimanya karena terpaksa, maka jangan Engkau siksa aku sebagaimana Engkau tidka menyiksa hamba-Mu dan Nabi-Mu, Yusuf, ketika menerima kekuasan Mesir”
Imam pernah menegur salah satu sahabat khususnya karena terlihat bergembira atas penerimaan Imam sebagai putra mahkota: “Kamu jangan bergembira, masalah ini tidak akan pernah selesai, dan keadaannya tidak akan pernah tetap seperti ini”.
Jalan Pintas yang Harus Diambil Makmun
Segala macam cara telah dilakukan Makmun untuk meredam gerakan Imam Ridlo dan pengikut-pengikutnya, namun tidak memberikan hasil. Dari sisi lain, Bani Abbas yang lain terus mengkritik dan mengolok-olok sepak terjang Makmun karena memberikan posisi jabatan putra mahkota kepada Imam Ali Ridlo as. Itu artinya, masa depan mereka terancam. Tidak ada pilihan bagi Makmun, kecuali mengakhiri hidup sang Imam. Akhirnya, racun yang maha dahsyat ditaburkan dalam makanan dan diberikan kepada Imam yang mengakibatkan kesyahidannya.
Dengan cara ini, Makmun merasa aman dan terbebas dari ancaman. Dengan senang dan bangga, dia menulis surat kepada Bani Abbas: “Kalian telah mengkritik aku karena menyerahkan jabatan putra mahkota kepada Ali bin Musa Ar-Ridlo. Ketahuilah bahwa kini ia telah mati. Dengan demikian, kalian harus tunduk dan patuh kepadaku".
Komentar Seputar Penyerahan Jabatan Putra Mahkota?
Secara umum, pandangan tentang penyerahan jabatan putra mahkota oleh Makmun kepada Imam Ali Ar-Ridho as, dapat disimpulkan dalam tiga katagori:
1- Makmun menyerahkan jabatan putra mahkota secara jujur dan tulus, tanpa tendensi politik, makar maupun rekayasa.
Di antara yang mendukung pandangan ini adalah At-Tobari dan Ibnu Astir serta lainnya: “Sesungguhnya, makmun melihat Bani Abbas dan Bani Ali secara keseluruhan,namun tidak menemukan seseorang yang lebih baik, lebih bertakwa dan lebih alim daripada Imam Ar-Ridho”. Abu al-Faraj al-Isfahani: “Selama Makmun berperang melawan saudaranya Al-Amin, dia telah bersumpah kepada Allah untuk memindahkan kekhilafahn ini kepada keluarga Abu talib yang terbaik, sementara Ali Ar-Ridho adalah yang terbaik dari kelompok Alawiyin… Suyuthi As-Syafi`I: Makmun melakukan hal itu karena kecintaannya yang berlebihan, hingga dikatakan: dia hendak melepaskan dirinya dan menyerahkan jabatan khilafah kepada (Ali Ar-Ridho)”. Ibnu Toq-toqi mengatakan: “Makmun berpikir tentang masa depan khilafah setelah dia wafat. Dia ingin agar khilafah berada di tangan orang yang layak untuk menghapus dosanya. Dia melihat di kalangan Bani Abbas dan bani Ali, namun tidak menemukan orang yang lebih baik dan lebih bertakwa serta lebih Alim daripada Ali Ar-Ridho”
2 - Makmun tidak jujur dalam menyerahkan jabtan, tapi ada tujuan tertentu. Dan di antara yang berpendapat seperti ini adalah:
Dr Ali Sami Bassyar: “Makmun paham betul bahaya dakwah yang dilakukan kelompok Ismailiyah, maka dia berusaha menghabisinya. Sementara Imam Abdullah Arrodi telah melakukan aktifitasnya secara luas. Oleh sebab itu, Makmun mendekati Ali Ar-Ridho dan dibai`at untuk dijadikan sebagai putra mahkota)Dr Kamil Mustafa As-Syaibi: “Makmun menjadikan Ali Ar-Ridho sebagai putra mahkota adalah langkah untuk meredam gejolak para pendukung saudaranya yang melawan Bani Abbas dari”
3- Pada awalnya penyerahan jabatan itu dilakukan secara jujur dan tulus. Namun dalam perjalanannya, Makmun berubah arah dan membunuh Imam Ridho. Hal itu dijelaskan oleh Al-Khonaji al-Isfahani al-Hanafi: “Sebagian berpendapat bahwa Makmun adalah orang alim yang ingin mengembalikan khilafah dari Abbasiyah kepada putra-putra Ali, bukan karena makar atau rekayasa atau tendensi politik lain. Hal itu dilakukan semata-mata menyampaikan amanat kepada ahlinya. Sayangnya, setelah Ali Ar-Ridho memegang jabatan, Bani Abbas tidak senang, lalu mereka keluar dari pemerintahan. Mereka menuduh bahwa Makmun adalah anak zina…. Ketika Makmun melihat kondisi yang kacau balau ini, dia lebih memilih kekuasaan dunia fana dan meracuni Imam Ridho”. Wallahu A`lam bisshowab
Mengenal Imam Ali Zainal Abidin
Imam Ali bin Husein a.s. yang lebih dikenal dengan julukan as-sajjad dan zauinal abidin dilahirkan di Madinah pada tanggal 15 Jumadil Ula 38 H. atau 5 Sya’ban 38 H. Dan pada tanggal 12 atau 25 Muharam 95 H. ia diracun oleh Hisyam bin Abdul Malik dan meneguk cawan syahadah pada usia 56 tahun. Ia dikuburkan di Baqi’, Madinah.
Ibu Imam Ali As-Sajjad adalah Ghazalah yang berasal dari kota Sanad atau Sajistan. Dan ia juga dikenal dengan nama Salafah atau Salamah. Akan tetapi, sebagian sumber sejarah menyatakan bahwa namanya adalah Shahr-banuweh, Shah-zanan, Shahr-naz, Jahan-Banuweh dan Khuleh.
Imam Ali Zainal Abidin a.s. hidup pada masa paling kritis yang pernah dialami oleh Ahlul Bayt a.s. Ia hidup sezaman dengan memuncaknya penyelewengan setelah Rasulullah SAWW wafat.
Imam Ali Zainal Abidin a.s. dilahirkan tiga tahun sebelum syahadah Imam Ali a.s. Ketika ia lahir, kakeknya sedang sibuk menghadapi perang Jamal. Setelah itu ia selalu menemani ayah tercintanya dalam setiap pergolakan negara.
Imam Sajjad a.s. memainkan peran yang sangat menentukan dalam menggalangkan kekuatan masyarakat untuk membenci Bani Umaiyah dan memberontak melawan mereka. Setiap kali mendapatkan kesempatan untuk itu, ia tidak pernah membuang-buang kesempatan. Dengan penuh hati-hati, ia selalu mengawasi semua program pemerintahan masa itu. Untuk mengenalkan masyarakat (dengan segala problema yang terjadi di masyarakat) ia memilih metode doa. Di dalam doa-doanya ia mengungkapkan dan menafsirkan segala problema yang sedang menimpa masyarakat kala itu. Shahifah Sajjadiah yang dikenal dengan Zabur Ahlul Bayt a.s. adalah sebuah peninggalan berharga dunia Islam yang sangat mendapat perhatian seluruh ulama setelah Al Quran dan Nahjul Balaghah.
Salah satu peninggalan berharga Imam Sajjad a.s. lainnya adalah buku kecil yang berisi masalah-masalah pendidikan dan etika. Peninggalan ini dikenal dengan nama Risalatul Huquq. Dalam buku kecil ini yang memuat lima puluh satu hak, ia menerangkan tugas-tugas manusia, baik di hadapan Tuhannya, dirinya dan orang lain.
b. Imam Sajjad a.s. dan Pemerintahan yang Berkuasa Saat itu
Imam Sajjad a.s. mengakui bahwa tanpa adanya dukungan masyarakat umum, kekuasaan tidak akan dapat banyak membantu dalam merombak kehidupan masyarakat Islam kala itu. Masyarakat umum juga harus tahu tujuan-tujuan negara, percaya penuh kepada teori-teorinya berkenaan pemerintahan dan membelanya lahir dan batin. Imam Sajjad a.s. merasa harus menjelaskan semua itu kepada mereka sehingga mereka tetap tegar dalam menghadapi setiap gejolak yang terjadi.
Akan tetapi, ia tidak memiliki semua itu, dan karena ketidaktahuan mereka ia pernah mengeluh: “Ya Allah, dalam setiap problema yang terjadi aku telah melihat kelemahanku, aku telah menyadari ketidakmampuanku untuk mencari bantuan masyarakat dalam menghadapi orang-orang yang memerangiku, dan kuakui kesendirianku dalam menghadapi banyaknya orang yang memusuhiku”.
Secara global dapat dikatakan bahwa situasi sosial masyarakat yang dialami oleh setiap imam ma’shum a.s. pasti membatasi ruang gerak politiknya.
Dengan adanya segala bentuk teror yang dijalankan oleh para musuh Islam demi menjauhkan mereka dari lingkaran pemerintahan, para imam ma’shum a.s. telah menjalankan segala tugas mereka dengan baik dalam menjaga risalah Islam dari terjerumus ke dalam jurang penyelewengan dari nilai-nilai murninya. Setiap kali mereka melihat penyelewengan beranjak makin parah, mereka selalu sigap mengambil sebuah solusi yang jitu.
c. Kepedulian Imam Sajjad a.s. terhadap Fakir dan Miskin
Salah satu khidmat besar kepada masyarakat yang pernah dilakukan oleh Imam Ali Zainal Abidin a.s. adalah kepeduliannya terhadap anak yatim, fakir dan miskin serta hamba sahaya. Diriwayatkan bahwa ia membiayai kehidupan seratus keluarga miskin. Sebagian penduduk Madinah selalu menerima bahan pangan pada malam hari dan mereka pergunakan untuk menjalankan kehidupan mereka. Akan tetapi, mereka tidak tahu bahan pangan tersebut berasal dari mana. Setelah Imam Sajjad a.s. meninggal dunia, baru mereka mengetahui siapa yang memberi bahan pangan kepada mereka setiap malam.
Imam Ali Zainal Abidin a.s. setiap malam memikul goni-goni yang penuh dengan bahan pangan dan roti lalu ia membagikannya kepada para fakir dan miskin seraya berbisik kepada dirinya: “Bersedekah secara diam-diam akan memadamkan api murka Allah”. Setelah ia meninggal dunia, penduduk Madinah berkata: “kami telah kehilangan sedekah secara diam-diam, karena Ali bin Husein telah meninggal dunia”.
Di sepanjang tahun karena seringnya ia memikul bahan-bahan pangan, bahunya mengapal. Ketika ia dimandikan, bahunya yang mengapal itu menarik perhatian khalayak ramai.
Ali bin Thawus dalam kitab Iqbaalul A’maal ketika menjelaskan amalan-amalan bulan Ramadhan berkata: “Ali bin Husein a.s. di malam terakhir bulan Ramadhan membebaskan dua puluh orang budak seraya berkata: “Aku ingin Allah melihatku membebaskan budak-budakku sehingga Ia akan membebaskanku dari api neraka kelak di hari kebangkitan “.
Ia tidak pernah menahan budak lebih dari satu tahun. Ketika ia membawa seorang budak ke rumahnya di awal atau pertengahan tahun, ia pasti membebaskannya pada malam hari raya Idul Fitri. Ia sering membeli budak-budak berkulit hitam. Ketika musim haji tiba, ia membawa mereka bersamanya ke padang Arafah. Setelah itu, ia membebaskan mereka di tanah padang Masy’ar dan membekali mereka dengan hadiah uang. Dengan demikian, sangat banyak budak-budak di kota Madinah yang telah dibebaskan oleh Imam Sajjad a.s. Dan setelah bebas, mereka tidak memutuskan hubungan spiritual dengannya.
Pada kesempatan ini, kami akan mengajak para pembaca yang budiman untuk menelaah hadis-hadis yang pernah diucapkannya selama ia hidup.
1. Jiwa yang mulia
“Barang siapa memiliki jiwa yang mulia, maka dunia akan hina dalam pandangannya”.
2. Dunia bukan tolak ukur nilai
“Sangat berbahaya bagi seseorang ketika ia tidak melihat dunia sebagai suatu bahaya bagi dirinya”.
3. Menghindari berkata bohong
“Jauhilah berkata bohong, baik untuk hal sepele maupun untuk hal yang besar, baik serius maupun bergurau. Karena seseorang jika ia telah berani berbohong untuk hal-hal kecil, ia akan berani untuk berbohong untuk hal yang besar”.
4. Sahabat tidak baik
“Hati-hatilah, jangan kau bersahabat dengan orang pembohong, karena ia akan mendekatkan kepadamu suatu yang jauh dan menjauhkan dalam pandanganmu sesuatu yang dekat. Hati-hatilah, jangan kau bersahabat dengan orang fasik, karena ia akan memperjual-belikanmu dengan sesuap nasi atau lebih sedikit dari itu. Hati-hatilah, jangan kau bersahabat dengan orang kikir, karena ia akan meninggalkanmu ketika engkau merasa membutuhkan bantuannya. Hati-hatilah, jangan kau bersahabat dengan orang tolol, karena –menurut kata hatinya– ia ingin membantumu, akan tetapi malahan ia melakukan sesuatu yang membahayakanmu. Hati-hatilah, jangan kau bersahabat dengan orang memutus tali silaturahmi, karena aku melihatnya terlaknat di dalam kitab Allah”.
5. Jangan berbicara kecuali diperlukan
“Sesungguhnya pengetahuan dan kesempurnaan agama seorang muslim (dapat dilihat ketika) ia meninggalkan setiap ucapan yang tidak penting, jarang berdebat, sabar dan berakhlak yang terpuji”.
6. Introspeksi diri dan mengingat hari kiamat
“Wahai anak Adam, kebaikan akan selalu bersamamu selama engkau memiliki penasihat dari dalam dirimu, mengintrospeksi diri, rasa takut (kepada Allah) menjadi syiarmu dan bertindak hati-hati menjadi bagian dari hidupmu. Wahai anak Adam, engkau akan mati, dibangkitkan dan disidang di hadapan Allah azza wa jalla. Oleh karena itu, persiapkanlah jawaban untuk-Nya”.
7. Hasil doa
“Seorang mukmin ketika berdoa akan mendapatkan salah satu dari tiga hal ini: doa itu akan disimpan untuknya di akhirat, dikabulkan saat itu juga atau satu bala` yang akan menimpanya dijauhkan darinya”.
8. Faktor-faktor keselamatan
“Tiga hal yang dapat menyelamatkan seorang mukmin: menutup mulut untuk tidak mengghibah orang lain, menyibukkan diri dengan segala sesuatu yang bermanfaat bagi akhirat dan dunianya, dan banyak menangis karena mengenang kesalahan-kesalahannya”.
9. Rindu surga
“Barang siapa yang rindu kepada surga, ia akan bergegas mengerjakan kebajikan dan mengekang hawa nafsunya, dan barang siapa yang takut siksa neraka, ia akan bergegas untuk bertaubat kepada Allah dari dosa-dosanya dan tidak mengerjakan kembali hal-hal yang haram”.
10. Pahala melihat
“Seorang mukmin yang melihat wajah saudara seimannya karena ia mencintainya adalah ibadah”.
11. Harga diri dan doa
“Sesuatu yang paling disukai oleh Allah setelah mengenal-Nya adalah menjaga perut dan kemaluan, dan sesuatu yang paling dicintainya adalah doa seorang hamba kepada-Nya”.
12. Menerima permintaan maaf orang lain
“Jika seseorang mencelamu dari sebelah kananmu, lalu ia berpindah mencela dari samping kirimu, kemudian ia meminta maaf kepadamu, maka terimalah permintaan maafnya”.
13. Hak Allah atas hamba-Nya
“Hak Allah yang paling besar adalah hendaknya engkau menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan selain-Nya. Jika engkau telah melaksanakannya dengan penuh ikhlas, Dia telah berjanji kepada diri-Nya untuk mencukupi segala urusan dunia dan akhiratmu serta menjaga segala yang kau cintai”.
14. Hak ayah atas anak
“Hak seorang ayah adalah hendaknya engkau tahu bahwa ia adalah asal-muasalmu dan engkau adalah cabangnya (baca : keturunannya). Jika ia tidak ada, niscaya engkau pun tidak akan pernah ada. Oleh karena itu, jika engkau melihat dalam dirimu sesuatu yang membuatmu bahagia, ketahuilah bahwa ayahmu adalah asal nikmat tersebut, bersyukurlah kepada Allah dan berterima kasihlah kepada ayahmu karena itu”.
15. Taat kepada Allah adalah segalanya
“Dahulukanlah menaati Allah dan orang-orang yang diwajibkan oleh-Nya untuk menaati mereka atas segala urusan”.
16. Hak ibu atas anak
“Hak ibumu adalah hendaknya engkau tahu bahwa ia telah:
- mengandungmu,
- memberimu makan dari buah hatinya ketika tidak seorang pun siap untuk melakukan hal itu, dan
- menjagamu dengan telinga, mata, tangan, kaki, rambut, kulit dan seluruh anggota badannya.
Ia melakukan itu semua dengan penuh bahagia, gembira, dan rela menanggung segala derita dan susah-payah yang ada di dalamnya sehingga engkau lahir di dunia. Ia rela engkau kenyang meskipun ia sendiri kelaparan, engkau berpakaian meskipun ia sendiri telanjang, engkau tidak kehausan meskipun ia sendiri menahan dahaga, dan engkau bernaung meskipun ia sendiri kepanasan. Ia rela menyediakan kehidupan berlimpah nikmat bagimu dengan segala kesusahan yang dideritanya dan menidurkanmu meskipun ia harus berjaga sepanjang malam. Perutnya adalah tempat wujudmu, buiannya adalah tempatmu bermanja-manja, susunya adalah penebus dahagamu, dan jiwanya adalah tempat kamu berlindung. Ia rela menahan panas dan dinginnya dunia demi kamu dan untukmu. Dengan demikian, bersyukurlah kepadanya atas semua itu, dan engkau tidak akan dapat melakukan itu kecuali dengan pertolongan dan taufik dari Allah”.
17. Anjuran mencari ilmu
“Jika seluruh manusia mengetahui keistimewaan yang tersembunyi di balik mencari ilmu, niscaya mereka akan mencarinya meskipun dengan mencurahkan darah dan menantang ombak”.
18. Nilai duduk bersama orang-orang saleh
“Duduk bersama orang-orang saleh akan mengajak kepada kebajikan dan tata krama ulama dapat menambah akal”.
19. Dosa penghambat doa
“Dosa-dosa yang menghambat terkabulnya doa adalah jeleknya niat, kotornya hati, bersikap munafik terhadap saudara seiman, tidak yakin dengan diterimanya doa, mengakhirkan shalat wajib hingga waktunya habis, tidak mendekatkan diri kepada Allah dengan perbuatan baik dan sedekah, mencela dan mempergunakan kata-kata yang tidak senonoh dalam ucapan”.
20. Lebih mementingkan yang fana
“Sangatlah aneh seseorang yang beramal untuk dunia yang fana ini dan tidak memperdulikan dunia yang kekal”.
21. Akibat menuduh
“Barang siapa yang menuduh orang lain dengan aib yang dimilikinya, maka ia akan dituduh dengan aib yang tidak pernah dimilikinya”.
22. Dunia adalah perantara, bukan tujuan
“Para wali Allah tidak pernah melelahkan diri di dunia untuk kepentingan dunia. Akan tetapi, mereka melakukan itu untuk kepentingan akhirat”.
23. Aku berlindung kepada Allah!
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tamak, kemarahan, kedengkian, … dan kebejatan memimpin atas orang-orang yang berada di bawah wilayah kami”.
24. Menjauhlah dari mereka!
“Hati-hatilah, jangan bersahabat dengan orang-orang yang berlumuran maksiat, jangan membantu orang-orang zalim, dan jangan mendekati orang-orang fasik. Hati-hatilah akan fitnah mereka dan menjauhlah dari mereka”.
25. Akibat menentang wali Allah
“Ketahuilah bahwa barang siapa yang menentang wali-wali Allah, memeluk selain agama-Nya dan ingin pendapatnya selalu diikuti, bukan perintah wali-Nya, maka ia akan masuk ke dalam neraka yang membara”.
26. Takut dan malulah!
“Takutlah kepada Allah karena kekuasaan-Nya atas dirimu dan malulah kepada-Nya karena ia dekat darimu”.
27. Buah terbaik
“Setiap sesuatu memiliki buah, dan buah untuk telinga adalah ucapan yang baik”.
28. Faedah diam
“Tidak mengganggu orang lain dapat dilakukan dengan meninggalkan ucapan yang tidak senonoh. Cegahlah ucapanmu dengan diam, karena setiap ucapan memiliki intonasi beraneka ragam yang membahayakan. Oleh karena itu, waspadalah terhadap orang yang tolol”.
29. Jujur dan menepati janji
“Kunci yang terbaik bagi setiap urusan adalah kejujuran, dan amalan penutup yang terbaik baginya adalah menepati janji”.
30. Ghibah
“Jauhilah hibah, karena ghibah adalah makanan anjing neraka”.
31. Si mulia dan si hina
“Orang yang mulia akan bahagia dengan derma yang diberikannya dan orang yang hina akan berbangga dengan hartanya”
32. Pahala berbuat baik
“Barang siapa yang memberi pakaian kepada seorang mukmin, maka Allah akan memberikan kepadanya pakaian dari surga”.
33. Akhlak seorang mukmin
“Di antara akhlak seorang mukmin adalah ia akan berinfak sesuai dengan kadar kemiskinannya, memperbanyak (infak) sesuai kekayaan yang dimilikinya, memahami orang lain dan mengucapkan salam terlebih dahulu kepadanya”.
34. Tentang afiat
“Sesungguhnya aku tidak suka seseorang selalu nyaman hidup di dunia dan tidak pernah ditimpa satu musibah pun”.
35. Pahala dan azab yang paling cepat tiba
“Pahala kebaikan yang paling cepat diberikan adalah berbuat kebajikan dan azab yang paling cepat tiba adalah bertindak lalim”.
36. Doa adalah pencegah bala`
“Sesungguhnya doa dapat mencegah bala` meskipun bala` itu sudah ditentukan dengan pasti, dan doa dapat mencegah bala`, baik yang sudah turun maupun belum turun”.
Islamophobia di Barat (55)
Islamophobia dan sentimen anti-Islam di Barat menyentuh berbagai aspek kehidupan. Kelompok-kelompok anti-Islam memanfaatkan semua sarana untuk menampilkan gambaran bias, tidak rasional, dan ekstrem tentang Islam.
Salah satu instrumen penting mereka adalah menggunakan seni khususnya sinema, animasi, dan game komputer. Pop Culture Collaborative di Amerika Serikat dalam sebuah laporan tentang 100 tahun praktik Islamophobia di Hollywood menemukan bahwa film-film yang diproduksi Hollywood memuat konten orientalisme, anti-kulit hitam, rasisme, anti-Muslim, patriarki, dan imperialisme.
Seorang seniman dan cendekiawan Muslim, Dr. Maytha Alhassen menilai pencitraan negatif tentang Islam dan orang-orang Muslim ada hubungannya dengan kebijakan represif AS terhadap komunitas Muslim domestik dan negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Dia juga menyoroti kemajuan terbaru dalam reklamasi naratif komunitas Muslim Amerika di Hollywood dan yakin bahwa industri perfilman dapat membuat perubahan.
Peneliti Muslim ini menganggap salah satu cara untuk mengubah pendekatan bias dalam produk-produk Hollywood adalah mendukung para sutradara Muslim. Program dan proyek-proyek untuk mendukung para seniman dan penulis naskah Muslim dapat efektif dalam mengubah keadaan sekarang. Tentu saja, saran Dr. Alhassen kepada Hollywood sangat menjanjikan untuk mengubah pendekatan saat ini.
Menyudutkan ajaran Islam di Hollywood merupakan sebuah program dan aksi terencana. Para seniman anti-Islam di Hollywood tidak bergerak sendiri dalam memproduksi film-film anti-Islam dan Muslim.
Industri perfilman Amerika dan secara khusus korporasi-korporasi seperti, Walt Disney – yang punya catatan panjang dalam memusuhi Muslim dan dunia Islam – secara sengaja memperkenalkan kaum Muslim sebagai kaku, berwatak keras, terbelakang, haus perang, lemah, dan penindas perempuan.
Sangat sedikit warga Amerika dan Eropa yang memiliki penilaian yang objektif dan bebas fanatisme tentang komunitas Muslim. Persepsi mereka tentang Muslim biasanya bersumber dari penggambaran yang salah, yang disajikan oleh media-media arus utama di negara mereka.
Penggambaran bias ini sudah tentu sejalan dengan kepentingan internasional Amerika dan sekutunya. Industri perfilman Amerika memiliki catatan panjang dalam merusak citra Islam dan mereka memakai cara yang paling halus untuk menyerang Islam. Mereka memperkenalkan Muslim sebagai komunitas terbelakang dan berbahaya.
Gelombang Islamophobia meningkat tajam di Amerika sejak Donald Trump berkuasa.
Ketua Komisi Hak Asasi Manusia Islam di London, Massoud Shadjareh mengatakan, "Faktanya situasi sedang bergerak ke arah yang lebih buruk. Kebijakan menyatukan dan memberikan identitas yang kuat kepada mayoritas dengan cara menargetkan minoritas merupakan sebuah pekerjaan yang sama persis seperti yang dilakukan Adolf Hitler dan Nazi. Kebijakan ini tentu kontraproduktif dan dampaknya tidak hanya terhadap minoritas yang menjadi target, tetapi juga bagi seluruh masyarakat."
Anggota Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR), Ibrahim Hooper menuturkan, "Bahkan setelah 11 September kita tidak menyaksikan peningkatan gelombang Islamohobia dan sentimen anti-Islam di media-media massa dan masyarakat Barat seperti hari ini."
Di film-film Hollywood, orang-orang Muslim diperkenalkan sebagai sosok yang kejam, bengis, pendukung kekerasan, agresif, penyebar kebencian, fanatik, ekstrem, nasionalis, penindas perempuan, miskin, dan tidak punya harga diri. Di film-film itu, sama sekali tidak ditemukan nilai-nilai kemanusiaan atau rasa empati di tengah masyarakat Muslim.
Mantan pemimpin rezim Zionis, Shimon Peres dalam kunjungannya ke studio DreamWork Animation's Valley mengatakan, "Hubungan vital antara Hollywood dan dunia pendidikan tidak boleh diabaikan. Anak-anak lebih percaya pada aktor daripada politisi. Anda mungkin berpikir bahwa ini adalah pekerjaan Anda, tetapi anak-anak menganggap ini adalah tugas Anda. Anda menghadirkan mimpi, harapan, sebuah dunia yang asing, dan sebuah janji."
Oleh karena itu, para investor utama Hollywood terutama Zionis adalah pemilik korporasi besar animasi, mereka mengucurkan dana besar-besaran di dunia animasi.
Hollywood telah memproduksi ratusan film anti-Islam sehingga sentimen anti-Muslim tumbuh sejak dini di benak anak-anak Amerika. Di samping animasi, serangan besar-besaran juga sedang terjadi terhadap Islam.
Film Zero Dark Thirty yang bercerita tentang pelacakan dan penangkapan Pemimpin Al Qaeda Osama Bin Laden, mungkin dapat dianggap sebagai film Hollywood yang habis-habisan menyerang Islam. Orang Muslim dicitrakan sebagai penjahat dan teroris yang membawa misi menghancurkan AS dan menyembunyikan Bin Laden. Tentu saja tentara Amerika selalu menjadi pemenang di setiap film setelah melakukan cara-cara brutal.
Zero Dark Thirty membawa dua pesan penting: pertama, terorisme harus diselesaikan dengan cara kekerasan dan penyiksaan. Dan kedua, Barat mengarahkan opini publik dalam memandang Islam dan Arab sesuai dengan kepentingannya.
Dari film ini dapat dipahami sejauh mana kampanye Islamophobia telah meracuni pikiran masyarakat Amerika dan seberapa besar peran Hollywood di dalamnya. Dalam film Zero Dark Thirty, kebencian terhadap Muslim, penyiksaan, dan operasi militer terhadap lokasi persembunyian Bin Laden, bukan hanya sesuatu yang harus dilakukan, tetapi juga pantas mendapat penghargaan.
Islam adalah agama penyeru keadilan dan perdamaian. Gambaran Hollywood tentang kaum Muslim benar-benar bertentangan dengan realitas ajaran Islam. Di dunia Islam, pihak yang menyebarkan kekerasan dan ekstremisme adalah Al Saud yang berkuasa di Arab Saudi dan mereka memiliki kedekatan khusus dengan negara-negara Barat. Al Saud kerap mendapat pujian dari AS dan negara-negara Eropa.
Pembunuhan wartawan, Jamal Khashoggi merupakan satu contoh dari ratusan kasus tindakan anti-kemanusiaan yang dilakukan Al Saud. 1,5 miliar warga Muslim dunia sama sekali tidak ada hubungannya dengan Wahabi yang berkuasa di Arab Saudi.
Ilustrasi surat Rahbar untuk para pemuda Eropa dan Amerika Utara.
Propaganda dan pendekatan bias Barat telah mendorong Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei untuk berbicara dengan para pemuda Eropa dan Amerika Utara melalui surat terbuka.
Rahbar menulis, "Saya berbicara kepada kalian (para pemuda), bukan berarti saya mengabaikan orang tua kalian, melainkan karena masa depan bangsa dan negara kalian berada di tangan kalian sendiri; dan juga saya menemukan bahwa rasa untuk mencari kebenaran di hati kalian lebih hidup, kuat dan waspada. Saya juga tidak berbicara kepada para politisi dan negarawan kalian dalam pesan ini, karena saya yakin mereka telah dengan sadar memisahkan jalur politik dari jalan kejujuran dan kebenaran.
Pembicaraan saya dengan kalian adalah tentang Islam, khususnya gambaran dan wajah yang ditampilkan kepada kalian tentang Islam. Sejak dua dekade lalu, kira-kira setelah kehancuran Uni Soviet, banyak upaya telah dilakukan untuk menempatkan agama besar ini di posisi sebagai musuh yang menyeramkan. Provokasi rasa takut, kebencian dan pemanfaatannya, sayangnya memiliki catatan panjang dalam sejarah politik Barat.
Di sini, saya tidak akan membahas mengenai berbagai phobia yang hingga kini diindoktrinasi kepada bangsa-bangsa Barat. Dengan tinjauan sepintas studi kritis terbaru tentang sejarah, kalian akan melihat fakta bahwa dalam penulisan sejarah baru, perilaku-perilaku tidak jujur dan munafik pemerintah-pemerintah Barat terhadap bangsa-bangsa dan budaya lain di dunia telah dikecam."
Di bagian lain, Ayatullah Khamenei menambahkan, "Kalian mengetahui dengan baik bahwa penghinaan, dan penyebaran kebencian dan ketakutan ilusi dari “orang lain” telah menjadi dasar umum bagi semua pencari keuntungan dan penindas. Sekarang, saya ingin kalian bertanya pada diri kalian sendiri, mengapa kebijakan lama dari penyebaran “phobia” dan kebencian menargetkan Islam dan Muslim dengan intensitas belum pernah terjadi sebelumnya?"
"Saya tidak memaksa bahwa kalian harus menerima penafsiran saya atau interpretasi lain tentang Islam. Namun yang ingin saya katakan adalah jangan biarkan realitas-realitas yang dinamis dan efektif di dunia saat ini diperkenalkan kepada kalian dengan kepentingan dan tujuan-tujuan yang telah terkontaminasi. Kalian jangan biarkan orang-orang munafik menggunakan para teroris yang mereka rekrut sebagai wakil Islam untuk memperkenalkan agama ini kepada kalian," imbuhnya.
Islamophobia di Barat (54)
Gelombang baru sentimen anti-Islam di Amerika Serikat dimulai sejak Donald Trump berkuasa di Gedung Putih. Dengan janjinya melarang warga Muslim memasuki Amerika, Trump menjadikan isu Islamophobia sebagai jargon utama kampanye pemilunya pada 2016.
Setelah menduduki kursi kepresidenan, ia memberlakukan larangan perjalanan terhadap warga enam negara dengan mayoritas Muslim, termasuk Iran. Trump mencampuradukkan Islamophobia dengan Iranophobia. Dengan kebijakannya ini, ia telah menciptakan sebuah tantangan besar dalam sistem internasional.
Setiap kali menemui kegagalan, Trump selalu berusaha untuk menutupi kegagalan ini dengan mengintensifkan perang psikologis terhadap Iran dan menjatuhkan sanksi ekonomi, termasuk menarik diri dari perjanjian nuklir JCPOA.
Sebagai bagian dari kebijakan itu, Trump mengangkat Mike Pompeo sebagai menteri luar negeri dan John Bolton sebagai penasihat keamanan nasional AS, untuk menyempurnakan poros anti-Iran di Gedung Putih.
Sejauh ini Trump gagal memaksakan kehendaknya pada Eropa, Rusia, dan Cina, serta sekutu-sekutu utama Washington. Dengan mengesankan Iran sebagai ancaman terbesar bagi AS dan menjatuhkan sanksi berat terhadapnya, ia ingin menegaskan hegemoni AS kepada dunia.
Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton kemudian memperkenalkan sebuah program kontra-terorisme yang berfokus pada Iran. Surat kabar Spanyol, El Pais dan kantor berita Europress Spanyol dalam laporan terpisah mengatakan bahwa strategi baru kontraterorisme AS menekankan Iran sebagai salah satu musuh utamanya.
"Pemerintahan Trump berkata bahwa adidaya dunia tetap terganggu oleh ancaman Iran melalui jaringan globalnya dan dukungan berkelanjutan mereka kepada kelompok-kelompok teroris," tulis El Pais.
Menurut Europress, laporan strategi keamanan nasional AS tahun 2011 menyebut nama Iran hanya sekali dan negara itu dicap sebagai negara sponsor terorisme. Namun, pemerintahan Trump sekarang menempatkan Iran sebagai sumber utama kekhawatiran AS.
Warga Amerika memprotes kebijakan larangan perjalanan yang diterapkan oleh Trump.
Tetapi ada perbedaan antara peristiwa-peristiwa setelah 2011 dan 2018. Pada saat itu, pemerintahan Obama berhasil menyesatkan komunitas internasional tentang esensi program nuklir Iran dan membawa kasus nuklir negara ini ke Dewan Keamanan PBB, yang berujung keluarnya enam resolusi terhadap Tehran. Semua negara dunia berkewajiban untuk mematuhi resolusi-resolusi tersebut.
Keteguhan Iran pada pendiriannya telah mengubah pendekatan Kelompok 5+1 dalam negosiasi dengan Republik Islam. Perundingan ini akhirnya menghasilkan perjanjian nuklir JCPOA yang ditandatangani pada 2015. Berdasarkan JCPOA, Iran menerima pembatasan sementara terhadap program nuklir damainya dengan imbalan penghapusan sanksi.
Perjanjian nuklir JCPOA kemudian diperkuat melalui resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB dan membuatnya mengikat semua negara. Namun, Trump selama kampanye pilpres AS dan setelah terpilih, berulang kali menyebut JCPOA sebagai kesepakatan terburuk bagi Amerika. Pada Mei 2018, ia secara sepihak menarik diri dari JCPOA dan mengembalikan sanksi ekonomi terhadap Iran.
Tapi kali ini tidak ada negara yang mau mengikuti dikte Amerika. Pendukung Washington hanyalah rezim Zionis Israel dan beberapa negara Arab, yang bersekutu dengan AS.
Para pejabat AS telah melakukan kunjungan ke sejumlah negara untuk membujuk mereka agar mengikuti sanksi sepihak Washington, namun mereka tidak bersedia melakukan itu. Para pejabat Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam 12 laporannya, memverifikasi kepatuhan Iran terhadap JCPOA meskipun adanya tekanan dari AS.
Hanya beberapa bulan setelah Trump keluar dari JCPOA, pemerintah AS harus menerima kegagalannya dalam merangkul sekutunya bahkan negara-negara Eropa supaya mengikuti kebijakan sanksi terhadap Iran. Trump juga gagal meyakinkan IAEA bahwa Tehran telah melanggar perjanjian nuklir. Dia kemudian memanfaatkan pertemuan tahunan Majelis Umum PBB untuk melancarkan propaganda terhadap Iran.
Trump dibanjiri kritik dan protes dari para pemimpin dunia baik di Majelis Umum PBB maupun di Dewan Keamanan. Dia justru terkucil alih-alih berupaya mengucilkan Republik Islam Iran.
Sekarang, sekutu Amerika di Eropa memperkenalkan sebuah mekanisme untuk menangkal dampak sanksi AS dan mempertahankan kerja sama dengan Iran.
Di ranah hukum, pemerintah AS menelan kekalahan lain setelah Mahkamah Internasional mengeluarkan putusan yang memenangkan gugatan Iran dan memerintahkan AS untuk tetap mematuhi Perjanjian Amity.
Penarikan AS dari JCPOA adalah pelanggaran terhadap hukum internasional dan resolusi 2231 Dewan Keamanan. Republik Islam Iran memprotes keras tindakan itu dan kemudian mengadukan AS atas pelanggaran komitmen internasionalnya dan Treaty of Amity 1955.
Iran memandang penerapan kembali sanksi melanggar Perjanjian Persahabatan, Hubungan Ekonomi, dan Hak Konsuler (Treaty of Amity), yang ditandatangani antara Tehran-Washington pada 15 Agustus 1955 di Tehran.
Republik Islam secara resmi mendaftarkan gugatan hukum terhadap AS di Mahkamah Internasional (ICJ) pada 16 Juli 2018. Setelah mempelajari materi gugatan Iran, ICJ pada 3 Oktober 2018 dengan suara bulat memutuskan bahwa AS harus mencabut sanksi terhadap pasokan obat-obatan dan peralatan medis, makanan dan komoditas pertanian, serta suku cadang pesawat.
Putusan Mahkamah Internasional disambut positif oleh Republik Islam Iran. Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif via akun Twitter-nya menulis, "Mahkamah Internasional memerintahkan AS untuk mematuhi kewajiban yang dilanggar dengan memberlakukan kembali sanksi terhadap rakyat Iran ketika keluar dari JCPOA. Ini adalah kegagalan lain bagi pemerintah AS yang kecanduan sanksi dan kemenangan bagi sumpremasi hukum. Sangat penting bagi komunitas internasional untuk secara kolektif melawan unilateralisme AS."
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menuturkan Amerika menerima tamparan dari Islam dalam 40 tahun terakhir.
Kebijakan anti-Iran Donald Trump dan semangat Iranophobia di pemerintahan AS, merupakan sebuah permusuhan terhadap Islam yang anti-kezaliman dan anti-imperialisme Amerika. Secara prinsip, Islam dan Republik Islam Iran menentang arogansi dan kebijakan hegemonik Amerika Serikat.
Islamophobia di Barat (53)
Artikel ini menyoroti kontroversi penerbitan buku Islamophobia di Jerman, dan meningkatnya serangan terhadap komunitas Muslim, terutama perempuan Muslim di Belgia dan Swiss.
Pertumbuhan gerakan ekstrem kanan menyeret Jerman ke arah Islamophobia dan sentimen anti-Islam. Padahal, warga Muslim Jerman termasuk di antara minoritas agama yang paling sopan.
Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa insiden di Jerman menyebabkan imigran Muslim menjadi sasaran kelompok ekstrem kanan dan anti-Islam, seperti PEGIDA. Gerakan anti-Islam juga sudah merebak di tingkat elit dan media-media Jerman.
Seorang mantan pegawai senior di Kementerian Keuangan Negara Bagian Berlin dan mantan Direktur Bundesbank, Thilo Sarrazin menerbitkan sebuah buku dengan judul, “Hostile Takeover: How Islam Hinders Progress and Threatens Society.” Ini adalah buku terlaris dan memberikan angin segar bagi gerakan anti-imigran dan anti-Islam di Jerman.
Sarrazin bukanlah seorang pakar Islam atau pun seorang teolog. Dia tidak mengerti bahasa Arab dan membaca al-Quran dalam terjemahan Jerman. Namun, ini tidak menghentikannya untuk menerbitkan buku setebal 495 halaman untuk melawan Islam dan penganutnya.
Dia menggambarkan masyarakat Islam sebagai terbelakang, tidak demokratis, penghasut perang, dan kurangnya rasa ingin tahu. Menurutnya, semua karakter ini akan menuju ke arah fundamentalisme.
Pendekatan reduktif yang sama juga diterapkan pada kondisi imigran Muslim di Jerman. Dalam serangkaian generalisasi, Sarrazin mengklaim bahwa mereka tidak belajar bahasa Jerman dengan baik atau berintegrasi secara sosial, tidak tertarik pada budaya tuan rumah, cenderung radikal, dan berperilaku jahat.
Berdasarkan argumen tendensius yang dibangunnya, Sarrazin memperingatkan bahwa jika tidak ada perubahan pada kebijakan imigrasi, kaum Islam akan membentuk mayoritas populasi Jerman dalam dua hingga tiga generasi mendatang dan kemudian mengatur tentang Islamisasi lembaga-lembaga sekuler.
Untuk mencegah hal ini, ia berkesimpulan bahwa Jerman harus melarang imigrasi Muslim, mengubah Konvensi Jenewa, dan mendeportasi semua pencari suaka yang ditolak.
Aksi protes menentang gerakan Islamophobia di Eropa.
Di tengah protes anti-imigran oleh kelompok ekstrem kanan di Jerman Timur, buku anti-Islam lainnya diterbitkan untuk memperingatkan "bahaya Islam dan Muslim" terhadap budaya, identitas, dan ekonomi Eropa dan Jerman.
Gerakan sentimen anti-imigran dan anti-Muslim sekarang meningkat di semua negara Eropa. Partai-partai sayap kanan sedang memperluas basis sosial mereka dan sekaligus berusaha agar tidak dituduh sebagai kelompok anti-imigran dan rasisme.
Partai-partai sayap kiri juga mengadopsi kebijakan konservatif agar tidak kehilangan basis massa dalam menghadapi isu-isu seperti, imigran dan xenophobia.
Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer, menyebut imigran sebagai akar dari semua masalah di Jerman. Ia adalah anggota senior Partai Uni Sosial Kristen Bayern dan termasuk deretan orang yang paling gencar menentang kebijakan imigrasi Kanselir Angela Merkel. Menurut Seehofer, pemerintah Jerman harus memberikan batasan untuk imigran yang akan memasuki negara itu.
Pernyataan Seehofer tentang imigran telah memicu banyak kritikan di Jerman. Ketua fraksi kelompok kiri di Parlemen Jerman, mengatakan pemerintah Jerman harus menunjukkan reaksi terhadap komentar Seehofer dan menyampaikan bahwa sikap dia berbeda dengan kebijakan resmi pemerintah.
Gerakan xenofobia dan Islamphobia telah menyatu di Eropa, karena sebagian besar pengungsi yang datang ke benua itu berasal dari negara-negara Muslim di Timur Tengah. Warga Muslim terutama wanita, lebih sering menjadi sasaran tindakan rasis dan tidak manusiawi daripada imigran.
Partai-partai ekstrem kanan tidak berbicara tentang pengusiran imigran dari negara mereka, tapi menuntut penutupan masjid dan mengusir warga Muslim dari Eropa. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk mempersempit ruang kehidupan warga Muslim melalui diskriminasi rasial dan perilaku rasis.
Asosiasi Belgia untuk Pencegahan Islamophobia (CCIB) menerbitkan sebuah laporan yang mendokumentasikan pernyataan dari para korban Islamophobia. Laporan itu menyatakan bahwa serangan yang dipicu oleh sentimen anti-Islam meningkat secara dramatis dengan menargetkan tempat-tempat ibadah, kekerasan fisik, dan memposting ujaran kebencian di media sosial.
Mereka mencatat bahwa sekitar 76 persen serangan Islamophobia di Belgia pada 2017 menargetkan wanita Muslim. "Ada serangan Islamophobia di Belgia setiap dua hari," kata laporan itu.
Sekitar 29 persen serangan Islamophobia terjadi di dunia maya. Dunia maya adalah area yang paling rentan terhadap serangan seperti ini. Ruang publik (17 persen), lembaga pendidikan (16 persen), tempat kerja (14 persen), dan kancah politik (8 persen).
CCIB mengatakan laporan tersebut didasarkan pada informasi yang dikumpulkan dari orang-orang yang diserang. Wanita Muslim diserang lebih karena jilbab mereka. Laporan ini mencatat sebagian besar penyerang adalah laki-laki.
Uni Eropa menyaksikan meningkatnya sentimen anti-Islam dan kebencian terhadap imigran dalam beberapa tahun terakhir, yang dipicu oleh propaganda dari kubu sayap kanan dan populis. Mereka telah mengeksploitasi kekhawatiran mengenai krisis pengungsi dan terorisme.
Di Swiss, sebagian besar artikel di surat kabar negara itu menyampaikan narasi negatif tentang warga Muslim. Sejak 2015, lebih dari setengah (54%) dari semua artikel di surat kabar utama Swiss tentang kelompok minoritas agama, menyajikan laporan mengenai radikalisasi dan terorisme.
Sebaliknya, topik seperti integrasi yang sukses dan kehidupan sehari-hari warga Muslim hanya mendapat sorotan kurang dari 2 persen di semua artikel, yang terbit di media-media Swiss.
Studi ini dilakukan oleh Universitas Zurich, dan menganalisis artikel cetak dan online tentang warga Muslim dari 18 surat kabar di seluruh negeri antara tahun 2009 dan pertengahan 2017.
Kebanyakan artikel itu fokus pada keretakan antara warga Muslim dan masyarakat umum di Swiss. Mereka bahkan tidak memberikan peluang kepada perwakilan Muslim untuk melakukan pembelaan.
Kelompok anti-Islam bahkan menanamkan kebencian terhadap Islam sejak usia dini melalui game komputer. Mereka mendorong anak-anak untuk berburuk sangka dan membenci Islam sejak kecil. Dalam game ini, kaum Muslim digambarkan sebagai teroris yang harus diperangi.
Sebulan sebelum invasi Amerika Serikat ke Afghanistan, sebuah game komputer bernama "Delta Force" diluncurkan, di mana menceritakan tentang invasi AS ke Afghanistan dan mengesankan Afghanistan sebagai negara teroris. Akhirnya, publik Amerika memandang invasi seperti ini perlu dilakukan.
Islamophobia di Barat (52)
Penghinaan mantan Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson terhadap perempuan Muslim pada Agustus 2018 telah meningkatkan gelombang Islamophobia dan sentimen anti-Muslim di Inggris.
Menurut laporan surat kabar The Independent, kelompok pemantau kejahatan rasial, Tell Mama menyatakan sentimen anti-Muslim meningkat tajam setelah Johnson menyamakan wanita Muslim yang mengenakan burqa dan niqab seperti “perampok bank” atau “kotak surat.”
Mereka mencatat ada hubungan langsung antara komentar mantan menlu Inggris dan peningkatan serangan terhadap wanita Muslim yang mengenakan niqab. Setidaknya empat wanita disebut "kotak surat" di depan umum sejak Johnson menulis artikel kontroversialnya di surat kabar Daily Telegraph pada 5 Agustus 2018.
Pendiri Tell Mama, Fiyaz Mughal menutukan wanita yang mengenakan niqab dikenal jarang melaporkan kasus kebencian anti-Muslim. Oleh karena itu, jumlah kasus serangan rasial terhadap mereka sebenarnya lebih besar dari laporan resmi.
Surat kabar The Guardian mencatat bahwa Islamophobia kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kredibilitas politik arus utama Inggris. Johnson bisa saja berkata "Islam adalah masalahnya" dan ia hanya menghadapi sedikit dampak politik, sementara wanita Muslim harus menanggung lonjakan kasus serangan verbal dan fisik terhadap mereka di ruang publik.
Islamophobia dan sentimen anti-Muslim di Inggris merupakan sebuah masalah serius dan serangan terhadap warga Muslim secara rutin terjadi, namun serangan itu sekarang telah memasuki babak baru. Dewan Muslim Inggris meminta Perdana Menteri Theresa May untuk membuka penyelidikan disiplin setelah Boris Johnson menghina wanita Muslim.
Dewan Muslim Inggris mengatakan kasus Islamophobia telah meningkat sejak artikel kontroversial Johnson diterbitkan. Oleh sebab itu, Partai Konservatif perlu memulai langkah yang lebih serius terhadap Johnson. “Kami berharap partai ini tidak membiarkan penyelidikan ini berhenti di tengah jalan. Tidak seorang pun berhak mengorbankan minoritas dengan membiarkan pelaku kebal dari hukuman,” tulis Dewan kepada PM Inggris.
Britain First, organisasi politik fasis Inggris.
Theresa May menyerukan Johnson untuk meminta maaf karena membandingkan wanita yang mengenakan burqa dan cadar dengan perampok bank dan kotak surat. Namun, dia belum meminta maaf atas komentarnya itu dan mengatakan kepada wartawan yang meliput di luar rumahnya, "Saya tidak punya sesuatu untuk disampaikan tentang kasus ini, kecuali menawarkan secangkir teh kepada Anda.”
Johnson akhirnya tunduk pada penyelidikan disipliner oleh Partai Konservatif, setelah menerima puluhan pengaduan terkait komentar rasisnya terhadap wanita Muslim. Seorang penilai independen sedang memeriksa pengaduan untuk memutuskan apakah sebuah panel – yang terdiri dari tiga orang – perlu dibentuk untuk membuka penyelidikan secara formal.
Abdel Bari Atwan, seorang analis terkenal Arab dalam artikelnya di surat kabar Rai al-Youm, menyoroti pelecehan yang dilakukan Johnson terhadap kaum Muslim dan menulis, “Ini adalah mata rantai baru dari Islamophobia yang melanda sebagian dari negara Eropa dan (sentimen anti-Muslim) ini meningkat drastis setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS serta keputusannya melarang warga dari tujuh negara Muslim datang ke Amerika.”
“Wanita Muslim yang mengenakan niqab bukanlah kotak pos dan mereka bukan perampok bank, seperti yang dikatakan oleh Johnson. Kita menghargai perempuan untuk memilih pakaian yang sesuai dengannya, dan keyakinannya adalah sebuah hak yang sah, di mana dijamin oleh konstitusi Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, sebagaimana konstitusi ini menjamin penggunaan pakaian yang mendekati telanjang di pantai-pantai,” tegasnya.
Menurut Atwan, pernyataan rasis ini akan menguntungkan kelompok-kelompok ekstrem dan memudahkan mereka untuk merekrut pemuda Muslim untuk tujuan merusak stabilitas di negara-negara tempat mereka tinggal.
Anggota Parlemen Inggris, David Lammy termasuk salah satu politisi yang mengkritik keras komentar rasis Johnson. Dia mengatakan, “Johnson berharap dengan pernyataan provokatif ini dapat mencapai posisi ketua Partai Konservatif dan kemudian kursi perdana menteri.”
“Di jalan-jalan negara kita, sekelompok orang sedang memaksa mencopot burqa dari wajah wanita Muslim, tapi respon Johnson justru menghina mereka dan menyamakan mereka seperti kotak surat,” ujarnya.
Di Amerika, gerakan Islamophobia dan sentimen anti-Muslim juga semakin membara setelah Donald Trump berkuasa. Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mencatat bahwa kasus sentimen anti-Muslim di California naik 82 persen pada 2017 atau selama tahun pertama Trump menjabat.
Cabang CAIR di California mengatakan mereka menerima 2.259 pengaduan terkait serangan anti-Muslim pada 2017, di mana sebagian besar pengaduan terkait dengan masalah larangan perjalanan atau hak-hak imigran, menyusul keluarnya perintah kontroversial Trump.
Jumlah pengaduan meningkat drastis setelah Trump melarang warga dari beberapa negara dengan mayoritas Muslim memasuki wilayah Amerika.
CAIR mengatakan bahwa insiden bias anti-Muslim dan kejahatan rasial secara nasional telah melonjak masing-masing 83 persen dan 21 persen pada kuartal kedua tahun 2018 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Warga Amerika memprotes kebijakan larangan perjalanan yang dikeluarkan Trump.
Di Kanada, masyarakat Muslim diperlakukan tidak adil dan diskriminatif hanya karena mereka seorang Muslim. Dalam sebuah kasus, seorang mahasiswa Muslim di Kanada meninggal dunia karena tidak mendapatkan pertolongan medis pada waktunya.
Seorang mahasiswa jurusan kedokteran, Yosif al-Hasnawi (19 tahun) ditembak di luar Islamic Center al-Moustafa di Kanada setelah ia berusaha menolong seorang pria tua, yang sedang diancam dibunuh oleh dua orang pria. Namun al-Hasnawi ditembak oleh salah satu pria tersebut.
Menurut para saksi mata, mahasiswa Muslim itu meninggal dunia karena tidak mendapatkan pertolongan pertama yang cukup dari tim paramedis. Mereka mengulur waktu dan tidak segera membawa korban ke rumah sakit.
Penyelidikan diluncurkan terhadap dua paramedis yaitu Christopher Marchant dan Steve Snively. Mereka didakwa tidak memberikan pertolongan yang cukup kepada al-Hasnawi. Kasus ini menunjukkan bahwa kedua paramedis ini menolak menyelamatkan korban dari warga Muslim di kota Hamilton, Kanada.
Sayangnya, Islamophobia di Barat sedang mengakar di dalam tatanan sosial negara-negara tersebut. Ini merupakan perkembangan yang buruk dan suram bagi negara-negara yang mengaku dirinya mendukung pluralisme dan hidup rukun serta menghormati kebebasan beragama.
Islamophobia di Barat (51)
Pada Agustus 2018, Menteri Luar Negeri Inggris waktu itu, Boris Johnson menyebut perempuan Muslim yang mengenakan burqa yang menutupi wajah mereka, terlihat seperti “perampok bank” atau “kotak surat.”
Johnson dalam artikelnya di surat kabar Daily Telegraph, meminta agar pemakaian burqa dan niqab dilarang di tempat-tempat umum dan menyebut model pakaian yang dikenakan minoritas Muslim itu sebagai “aneh.”
“Saya merasa berhak sepenuhnya untuk mengharapkan wanita mengangkat penutup wajahnya ketika berbicara dengannya. Sekolah dan universitas harus bisa mengambil pendekatan yang sama jika seorang siswa terlihat seperti perampok bank,” tulisnya.
Penghinaan ini memicu reaksi luas di dalam Inggris dan luar negeri termasuk dari masyarakat Muslim Inggris. Dewan Muslim Inggris menyatakan bahwa pandangan Johnson memiliki dampak yang mengkhawatirkan terhadap komunitas Muslim. Komentarnya merupakan narasi kelompok sayap kanan bahwa Muslim tidak termasuk bagian dari negara ini.
Menurut Dewan Muslim Inggris, harapan yang paling kecil dalam hal ini adalah meminta maaf dan Partai Konservatif harus memulai penyelidikan independen terhadap dugaan Islamophobia di partai ini.
“Sekarang secara luas diakui bahwa Partai Konservatif memiliki hubungan yang buruk dengan komunitas Muslim Inggris," kata pernyataan Dewan Muslim Inggris.
Pendiri Forum Muslim Konservatif Inggris, Mohamed Sheikh mengatakan tulisan Boris Johnson benar-benar bermasalah. David Lammy, anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh, menyebut Johnson sebagai Donald Trump yang kurang bernilai dan ia sengaja mengobarkan Islamophobia demi kepentingan politik.
Lammy via akun Twitter-nya mengatakan, “Di jalan-jalan negara kita, sekelompok orang sedang memaksa mencopot burqa dari wajah wanita Muslim, tapi respon Johnson justru menghina mereka dan menyamakan mereka seperti kotak surat.”
Sebagian analis percaya bahwa komentar-komentar Johnson tentang burqa wanita Muslim bertujuan menarik dukungan kubu sayap kanan di Partai Konservatif Inggris.
Perdana Menteri Inggris waktu itu, Theresa May menyerukan Johnson untuk meminta maaf karena membandingkan wanita yang mengenakan burqa dan cadar dengan perampok bank dan kotak surat. “Beberapa istilah yang digunakan Johnson untuk menggambarkan penampilan orang, jelas membuat mereka tersinggung,” tegasnya.
Komentar Johnson bahkan membangkitkan gelombang kemarahan dari para senior Partai Konservatif, di mana mereka mengecam pernyataan Johnson sebagai Islamophobia dan menuduhnya mengambil bagian dalam politik peluit anjing untuk memicu upaya kepemimpinan populis di masa depan.
May menegaskan, “Kita perlu berhati-hati dalam menggunakan istilah dan kata-kata. Apakah kita meyakini bahwa masyarakat memiliki hak untuk memilih pakaiannya berdasarkan keyakinan agama mereka?”
Ketua Partai Konservatif Inggris, Brandon Lewis mengatakan bahwa ia telah meminta Johnson untuk menyampaikan permintaan resmi atas komentarnya. Namun, sebuah sumber yang dekat dengan Johnson bersikeras bahwa dia tidak akan meminta maaf.
Menteri Penasihat untuk Urusan Luar Negeri Inggris, Alistair Burt mengkritik mantan bosnya itu dengan mengatakan, "Saya tidak akan pernah membuat komentar seperti itu, saya pikir ada tingkat pelanggaran dalam hal ini.”
Namun, Johnson menolak meminta maaf dan bersikeras pada pendiriannya. Dia menyampaikan penentangannya setelah Denmark mengeluarkan larangan terhadap penggunaan niqab dan burqa, mengikuti keputusan yang sama oleh pemerintah Prancis, Jerman, Austria, dan Belgia.
Johnson dalam artikelnya di Daily Telegraph, mengatakan bahwa burqa dan niqab tentu tidak selalu menjadi bagian dari Islam. Di Inggris saat ini hanya ada sebagian kecil dari perempuan yang mengenakan ini.
Di sini, Johnson ada baiknya berkonsultasi dengan salah satu pemuka agama Islam tentang hijab dan aurat sebelum melecehkan perempuan yang mengenakan burqa dan niqab.
Pada dasarnya, al-Quran turun untuk menjelaskan prinsip-prinsip hukum secara global. Ia tidak menjelaskan perkara hukum dan contoh kasus secara detail, karena sumber-sumber hukum dalam Islam bukan hanya al-Quran.
Al-Quran adalah yang pertama dan utama sebagai sumber untuk mengeluarkan pedoman hidup dan panduan moral Islami. Sunnah Rasulullah dan Ahlul Baitnya serta ijma’ ulama juga termasuk salah satu dari sumber-sumber hukum Islam.
Masalah hijab telah disinggung dalam al-Quran sebagai sebuah prinsip umum. Ada dua ayat yang secara tegas berbicara tentang masalah hijab yaitu ayat 31 surat an-Nur dan ayat 59 surat al-Ahzab.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur, ayat 31)
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab, ayat 59)
Perempuan dan wanita Muslim yang mematuhi ajaran agamanya, memilih mengenakan hijab. Sebagian dari mereka memilih memakai burqa dan niqab. Bukankah pemikiran liberal demokrasi Barat menghormati kebebasan dan keyakinan masing-masing. Sebagian wanita Muslim ingin menutupi wajahnya berdasarkan ajaran agamanya.
Sejauh ini belum ada laporan bahwa burqa dan niqab telah disalahgunakan untuk tindakan kriminal dan kejahatan, yang mengancam keamanan masyarakat Barat. Pelecehan dan larangan penggunaan burqa di negara-negara Barat dikampanyekan oleh kelompok pro-Islamophobia dan anti-Islam.
Sikap anti-Islam yang ditunjukkan Boris Johnson, dapat memicu keretakan lebih dalam di tengah masyarakat Inggris yang memiliki lebih dari tiga juta populasi Muslim.
Mulla Mohsen Fayz Kashani
Mulla Mohsen Fayz Kashani, hakim, filsuf dan pakar hadis terkenal abad ke-11 dan sekaligus murid dari tiga filsuf besar Islam, Sheikh Bahai, Mirdamad dan Mulla Sadra.
Mulla Mohsen Fayz Kashani lahir tahun 1007 H di kota bersejarah dan budaya Kashan. Keluarga Fayz terkenal akan ketinggian ilmu dan takwanya. Ayahnya Radiuddin Shah Morteza adalah seorang ahli fikih, kalam, pakar tafsir dan sastra di kota Kashan. Sementara ibunya, Zahra Khatun adalah seorang wanita berilmu dan penyair, putri Dhiyaul Urafa Razi, salah satu ulama besar kota Ray.
Mohammad Mohsen hanya dua tahun di bawah bimbingan ayahnya dan kemudian ia diasuh dan dididik oleh pamannya. Ia mempelajari dasar-dasar ilmu agama di bawah bimbingan pamannya. Di usia 20 tahun ia bersama kakaknya pergi ke Isfahan untuk melanjutkan pendidikannya. Isfahan saat itu adalah ibu kota dan pusat berkumpulnya ulama besar serta guru terkenal di berbagai cabang ilmu Islam. Sheikh Bahai, Mulla Sadra dan Mirdamad mengubah Isfahan menjadi kutub ilmu dunia Islam. Mulla Mohsen memanfaatkan kondisi ini dengan maksimal.
Patung Fayz Kashani
Dengan upaya dan keseriusannya dalam menimbal ilmu, Allamah Fayz Kashani mampu menyelesaikan setiap jenjang pendidikannya serta mendapat ijin periwayatan hadis dari Sheikh Bahai. Ijin ini sama halnya dengan seorang murid telah sampai pada jenjang pemahaman hadis dan diijinkan untuk menukil hadis serta memberi pandangan tentang keabsahan dan sahih sebuah hadis. Ia kemudian memulai perjalanannya ke kota-kota lain untuk belajar dari berbagai ulama kota tersebut. Fayz Kashani di masa mudanya telah meraih derajat ijtihad dan ia di bidang fikih seorang yang dapat memberi pendapat dan para ahli fikih besar dan terkenal telah mengesahkan ijtihadnya.
Feyz telah menjadi cendekiawan dan ilmuwan yang produktif dan komprehensif dalam berbagai ilmu agama yang telah meninggalkan banyak karyanya sendiri. Cendekiawan besar ini mulai menulis buku dan risalah pada usia delapan belas tahun, dan selama 65 tahun ia menulis sekitar seratus empat puluh buku dan risalah, yang masing-masing memiliki dampak signifikan pada promosi budaya dan pengetahuan masyarakat Islam. Salah satu karya Feyz Kashani berjudul "Tafsir Safi" yang merupakan salah satu kitab otoritatif dalam tafsir Al-Qur'an. Untuk menulis karya ini, Feyz mempelajari dan mempelajari sebagian besar komentar yang ditulis oleh ulama Syiah dan Sunni tentang Al-Qur'an hingga saat itu, dan kemudian menulis komentar ini berdasarkan narasi Syiah yang otentik dan didokumentasikan.
Buku lain dari ulama besar ini disebut Al-Wafi, yang ditulis tentang masalah hadits. Untuk menulis buku Wafi, Feyz Kashani memeriksa dan mempertimbangkan dengan cermat empat buku otoritatif hadits Syi'ah (Kafi, Tahzib, Istibsar, Man La Yahdhra al-Faqih) dan dengan menghapus pengulangan hadits dan menambahkan bagian tambahan dalam deskripsi hadits, yang berguna koleksi Telah mengumpulkan hadits. Al-Wafi telah diterbitkan dalam beberapa volume. Feyz juga memiliki banyak karya teologis, irfan, akhlak, dan sastra yang tidak dapat ia perkenalkan dalam kesempatan yang singkat ini.
Meskipun Allamah Feyz adalah seorang mujtahid yang cakap dan master dalam ilmu-ilmu Islam, dia masih memiliki rasa haus akan ilmu pengetahuan. Fayz tidak memenuhi jiwanya yang masih haus ilmiu dan menganggap ilmu yang diperolehnya tidak berguna untuk mencapai kesempurnaan dan kedekatan dengan Tuhan. Dia mencari pengetahuan tentang ilmu-ilmu lain. Pengetahuan yang dapat digunakan untuk memperluas keberadaan seseorang agar layak mendekati Pencipta dunia. Ilmu ini seharusnya dari jenis yang berbeda, dari jenis tindakan, bukan dari jenis diskusi dan pelajaran sekolah.
Ini haus ini akhirnya membawanya ke ahli irfan besar dan orang bijak, Sadruddin Mohammad Shirazi di kota Qom. Saat itu, Mullah Sadra yang tengah mengasingkan diri, berhenti menulis dan mengajar serta ia sibuk mencari ketenangan batin dan cahaya kebenaran di sebuah desa di sekitar kota suci Qom.
Mulla Mohsen bersama sahabatnya Mulla Abdul Razaq Lahiji, selama delapan tahun menimbah ilmu dan hikmah ilahi dari Mulla Sadra serta membersihkan diri. Fayz Kashani kini bukan saja seorang ahli fikih yang kuat dan guru mumpuni di bidang ilmu-ilmu Islam, tapi seorang arif yang tercerahkan hatinya dan jiwanya yang haus disirami dengan cahaya kebenaran.
Feyz Kashani memberikan perhatian khusus pada shalat Jumat dan percaya bahwa salat Jumat adalah wajib bagi umat Islam selama tidak adanya Imam Maksum (as) dan bahwa mereka yang salat Jumat tidak perlu lagi shalat dzuhur, yaitu salat Jumat mengambil tempat dari sholat dzuhur. Penguasa Shiraz meminta Feyz untuk mengadakan salat Jumat di kota ini. Dia menerima undangan itu dan tinggal di Shiraz selama dua tahun. Namun sedikit demi sedikit banyak terjadi diskusi dan peristiwa tentang shalat Jum'at, sehingga bidangnya menyempit ke Feyz dan ia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Kashan dan mulai mengajar, mengajar, berdakwah dan menulis. Ulama besar ini terkadang melakukan salat Jumat di Kashan bersama sekelompok teman.
Allameh Feyz Kashani memiliki sifat moral yang sangat baik dan terpuji dan menolak untuk mendapatkan ketenaran dan kekuasaan. Dia lebih suka memperoleh pengetahuan esoteris, pengetahuan dan pemikiran yang berguna daripada pekerjaan lain, dan menghindari pesta dan persahabatan dengan para penatua pemerintah. Dalam pencarian ilmu pengetahuan dan kesempurnaan indriawi, ia menanggung banyak kesulitan dan meringankan penderitaan dari perjalanan yang sering dan panjang. Dia blak-blakan dan berani dalam mengungkapkan pandangan dan pendapatnya, dan menghindari kemunafikan, kepura-puraan, dan sanjungan.
Sama seperti Mulla Mohsen secara terbuka mengungkapkan ketidakpuasannya dengan segala jenis sekularisme dan keduniawian, dia juga sangat menentang pikiran kering dan prasangka yang tidak beralasan dan tidak ilmiah dan membebaskan dirinya dari pandangan duniawi. Dia adalah pengikut Ahlulbait as dan sementara dia adalah seorang ilmuwan terkenal, dia hanya menganggap cinta Ahlulbait as dan mengikuti mereka bermanfaat baginya.
Feyz Kashani memiliki perhatian khusus dan pengabdian yang mendalam kepada Imam Mahdi (as). Sebuah buku berjudul Shouq Al-Mahdi (as) telah ditinggalkan olehnya, yang berisi puisi-puisi penuh konten tentang Imam Mahdi. Dalam pengantar buku ini, Feyz menulis: "Pada awal masa muda, saya memiliki hasrat dan cinta kepada Imam Zaman (as) dan Imam Maksum lainnya, saya memiliki keinginan besar untuk bertemu dengan Imam Suci itu di rumah saya. "Saya tidak menemukan cara untuk mengunjungi, saya juga tidak memiliki kesabaran dan daya tahan dalam jarak ini ... saya ingin membisikkan kepada diri saya sendiri dengan puisi yang menyenangkan kesedihan perpisahan dan antusiasme pertemuan dengan Imam Mahdi, sehingga aku dapat menenangkan hatiku ."
Feyz memiliki enam anak, tiga putri dan tiga putra, semuanya ulama dan saleh pada masanya. Allamah Mohammad Alam al-Huda, putra sulungnya, adalah seorang ulama, ahli hukum dan muhaddith yang, dari keturunanya sampai sekarang, telah menjadi ulama, penulis dan ahli hukum di kota-kota Kashan, Qom, Tehran, Kermanshah dan Shiraz. Dua putranya yang lain, Noor al-Huda dan Mo'in al-Din, juga merupakan ulama dan tetua pada masanya.
Hal indah yang kita jumpai dalam kehidupan ulama Syi'ah adalah bahwa dalam keluarga mereka, perempuan dan anak perempuan, bersama dengan laki-laki, melewati derajat pengetahuan dan kesempurnaan dan mencapai posisi yang mengagumkan. Mereka biasanya memiliki guru dan ilmuwan yang baik, dan mereka sendiri setelah mencapai derajat ilmu tertentu, mengadakan kelas dan diskusi untuk wanita. Salah satu putri Feyz Kashani bernama Ilyah adalah seorang jenius dan penyair, dan Umm Salma, penghafal Al-Qur'an dan seorang wanita terpelajar dan saleh.
Mulla Mohsen Fayz Kashani menghembuskan nafas di usia 84 tahun di Kashan dan dikebumikan di tanah pemakaman yang sebelumnya ia beli dan wakafkan. Mengingat sifat tawadhu'nya, ia berwasiat supaya makamnya tidak diberi hiasan atau atap. Namun hal ini tidak menutupi kebesarannya di mata masyarakat. Kini setelah 300 tahun, makam ulama besar ini tetap dihormati masyarakat, bahkan di setiap hari Jumat digelar ziarah khusus di makamnya oleh warga Kashan. Semoga Allah Swt mengumpulkannya dengan Rasulullah Saw dan Ahlulbait as.



























