کمالوندی

کمالوندی

 

Sehari pasca pelantikan Joe Biden sebagai Presiden baru Amerika Serikat, Cina mengajukan permintaan untuk menjalin kerja sama dengan Biden demi memulihkan hubungan dua negara.

Menurut Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, di tengah perbedaan pandangan yang ada, Beijing dan Washington memiliki banyak kepentingan yang sama, dan peluang kerja sama yang luas. Cina berharap pemerintah baru Amerika bisa berjalan beriringan dengan Beijing.
 
Hubungan Cina dan Amerika selama empat tahun terakhir yaitu sejak Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika, jatuh ke level terendah disebabkan kebijakan ketat Washington terhadap Beijing, termasuk kebijakan penambahan tarif dan sanksi perusahaan-perusahaan teknologi canggih Cina yang dikaitkan dengan masalah Hong Kong, Taiwan dan Laut Cina Selatan.
 
Pada kenyataannya, Cina berharap setelah terlewatinya masa konflik dengan Trump, di masa Joe Biden ia bisa mencapai sejumlah kesepakatan dengan Washington. Tapi bukan dari pihak Cina saja yang ingin memulai kembali hubungan bersahabat dengan Amerika, korporasi-korporasi Amerika juga menuntut pemulihan hubungan negaranya dengan Cina.
 
Menurut keyakinan Dewan Bisnis AS-Cina, USCBC, peningkatan hubungan bilateral Cina dan Amerika sangat penting, dan menghidupkan hubungan dua negara dalam kondisi wabah virus Corona yang telah melumpuhkan perekonomian global, lebih urgen dari sebelumnya. Para pelaku industri dan pengusaha Amerika juga menyambut baik dimulainya hubungan bilateral dengan Cina.
 
Penekanan perusahaan-perusahaan Amerika untuk memulai hubungan dengan Cina muncul disebabkan prediksi para pengamat bahwa perang dagang Amerika dan Cina dapat membawa dampak dan masalah ekonomi luas jangka panjang bagi kedua negara.
 
Menurut data yang ada, perang dagang dua negara menyebabkan hilangnya lebih dari 300.000 lapangan kerja dan sekitar 30 persen Produk Domestik Bruto, PDB Amerika. Di sisi lain, penurunan neraca perdagangan komoditas produk Amerika dengan Cina mengalami peningkatan akibat perang dagang ini, dan pada tahun 2018 menyentuh poin yang cukup luar biasa yaitu 419,2 miliar dolar.
 
Presiden Amerika Joe Biden realitasnya masuk ke Gedung Putih berhadapan dengan setumpuk permasalahan dalam dan luar negeri. Hal yang pasti adalah, di bidang kebijakan luar negeri, mengelola hubungan dengan Cina menjadi masalah yang sangat penting bagi Joe Biden, pasalnya dalam empat tahun terakhir, Trump telah menurunkan tingkat hubungan dua negara hingga ke level terendah, dan jelas bahwa perhatian terbesar Biden terpusat pada upaya mengelola hubungan dengan Beijing.
 
 
Sehubungan dengan ini calon Menlu Amerika Antony Blinken mengatakan, Donald Trump berhak mengambil kebijakan terhadap Cina, karena tidak diragukan lebih dari negara manapun, Cina menciptakan hambatan bagi Amerika, dan dalam menghadapi Beijing, dicapai kata sepakat lintas partai di Amerika.
 
Blinken yang pernah menjabat sebagai Deputi Penasihat Keamanan Nasional Amerika di masa Barack Obama itu menjelaskan, Cina adalah tantangan besar. Negara ini merupakan tantangan terbesar yang kita hadapi dalam hubungan dengan negara-negara asing. Kita bersaing dengan Cina dalam bidang teknologi, ekonomi, militer, bahkan diplomasi. Saat ini, diukur dengan tolok ukur apapun Cina lebih kuat dari Amerika dari sisi strategi.
 
Surat kabar Inggris, The Guardian saat menganalisa tantangan terbesar kebijakan luar negeri Amerika menulis, Cina bersama Rusia merupakan satu dari dua negara yang disebut dalam laporan Departemen Luar Negeri Amerika, Pentagon pada tahun 2018 sebagai tantangan militer paling serius bagi Amerika.
 
Dua tahun telah berlalu sejak diterbitkannya laporan itu dan tantangan ini semakin kuat sekarang. Angkatan Bersenjata Cina berkat kebijakan modernisasi cepat negara ini, telah berubah menjadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan di dunia dan dapat dengan mudah mengirim pasukanya ke seluruh wilayah Samudra Hindia dan Pasifik, bahkan lebih jauh dari itu.
 
Sekarang, bersamaan dengan naiknya Joe Biden, muncul pertanyaan akan seperti apakah kebijakan Gedung Putih terkait Cina empat tahun mendatang ? Apakah Biden akan melanjutkan kebijakan anti-Cina yang dimulai Trump ? atau Apakah Biden akan berusaha menurunkan ketegangan dan memulihkan hubungan Amerika dengan Cina ? Para pengamat berbeda pendapat soal masa depan hubungan Cina dan Amerika.
 
Beberapa dari mereka meyakini bahwa Biden akan menyeimbangkan kebijakan-kebijakan keras Trump terhadap Cina, dan akan menurunkan tingkat ekstremisme dalam kebijakan Amerika yang diterapkan empat tahun kebelakang terkait Cina. Sementara sebagian pengamat lain percaya bahwa Biden dengan melibatkan sekutu-sekutu Eropanya, akan berusaha menjinakan Cina dengan kerja sama lebih besar, dan terkait hal ini ia juga akan memanfaatkan sekutu-sekutunya di belahan dunia Timur.
 
Terlepas dari analisa mana yang benar terkait masa depan hubungan pemerintah Amerika dan Cina, yang jelas adalah kebangkitan Cina dan pembangunan negara ini dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan Amerika bergerak ke arah rivalitas strategis dengan negara ini.
  
Para pengamat mengatakan meski pemerintahan di Amerika berganti, namun ketegangan negara itu dengan Cina akan tetap ada, karena konflik Cina dan Amerika pada dasarnya terkait dengan pertarungan ekonomi jangka panjang, dan konfrontasi ini dalam bidang perdagangan, finansial dan teknologi sampai sekarang belum juga terselesaikan. 
 
Oleh karena itu banyak pengamat percaya di tahun-tahun mendatang ketegangan Amerika dan Cina di bidang ekonomi, politik, geopolitik, hak asasi manusia dan bidang-bidang yang terkait dengan rakyat masih akan berlangsung. Ada kemungkinan kecil hubungan dua negara dalam beberapa tahun ke depan akan pulih, namun tidak diragukan akan ada perubahan metode dalam pengelolaan krisis di Washington.
 
Diplomat Amerika di Asia, Kurt Tong mengatakan, akses ke kesepakatan antara Cina dan Amerika tidak mudah dicapai. Apa yang sedang terjadi di antara kedua negara saat ini lebih merupakan konflik daripada kesepahaman.
 
Secara umum dapat dikatakan, Biden yang baru saja menduduki kursi kepresidenan Amerika, di tahun-tahun mendatang akan berhadapan dengan banyak tantangan dalam kebijakan luar negeri. Dalam pandangan banyak pengamat, salah satu tantangan terbesar dalam kebijakan luar negeri Amerika di masa Biden adalah Cina.
 
Sekalipun sebelum pemilu presiden Amerika dan setelah pengumuman hasilnya, beberapa pejabat yang dekat dengan Biden, menyampaikan beberapa pandangannya terkait masa depan hubungan Cina dan Amerika, namun sampai sekarang pemerintah Biden belum juga mengumumkan strategi akurat soal Cina. Di sisi lain, Cina karena memiliki kapasitas besar di berbagai bidang untuk menjadi kekuatan global, upaya untuk menjinakkannya merupakan perhatian besar Partai Demokrat dan Republik.
 
Dengan kata lain, Cina telah menjadi masalah lintas partai di Amerika. Tapi Demokrat dan Republik berbeda dalam metode pengelolaan dan cara menjinakan Cina. Realitasnya interaksi atau konflik merupakan dua cara berbeda yang dipilih partai politik Amerika dalam menghadapi Cina. Namun yang jelas kebijakan konfrontatif Trump dalam 4 tahun terakhir untuk menjinakan Cina tidak menghasilkan apapun selain mundurnya dia dari Gedung Putih.
 
Rencana jangka panjang Partai Demokrat dan Republik, nampaknya akan melanjutkan kebijakan konfrontatif Amerika di tahun 2021, meskipun secara tampilan lahir sepertinya pemerintah Biden dibandingkan Trump lebih lembut di hadapan Cina dalam masalah ekonomi, namun terlalu cepat untuk menyimpulkannya sekarang. Kita masih harus menunggu dan melihat hubungan Cina dan Amerika akan bergerak ke arah mana.

 

21 Januari 2015 (1 Bahman 1393 Hs), di tengah-tengah beragam berita dari berbagai belahan dunia yang menyita perhatian masyarakat dunia dan mayoritasnya serangan terhadap dunia Islam serta isu Muslim, ada berita yang menarik perhatian dunia.

Di kondisi ketika media Barat santer menulis berita anti Islam dan Muslim, berita terbaru yang membawa surat penting Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei yang ditujukan kepada pemuda Eropa dan Amerika membuat syok atmosfir Islamofobia di Barat. Surat Rahbar ini meminta perhatian dan perenungan serius terkait Islam dan Muslim yang diberitkan oleh media Barat.

Jarang sekali di ajang internasional seorang pemimpin atau presiden sebuah negara menulis surat dan audiensnya adalah para pemuda negara lain, namun Ayatullah Khamenei yang merasa hal ini sangat penting melakukan hal ini. Surat Rahbar ini dirilis menyusul peristiwa terbaru di Prancis dan publikasi karikatur yang menghina sakralitas Islam di sebuah tabloid Prancis serta eskalasi arus Islamofobia oleh petinggi dan media Barat. Surat ini untuk mencerahkan pemuda dan para pencari kebenaran dunia.

Tabloid Charlie Hebdo
Ayatullah Khamenei di dua periode, November 2015 dan di sebuah pesan singkat pada Oktober 2020 kepada pemuda Prancis, menggunakan metode ini untuk menyadarkan dan membangunkan hati nurani warga Barat khususnya pemuda negara-negara tersebut dalam menyikapi Islamofobia.

Kita sekarang sedang merayakan ulang tahun ke enam dari surat pertamanya kepada pemuda Barat, khususnya pemuda Eropa dan Amerika Utara. Dalam surat yang diterbitkan pada Januari 2015, Ayatullah Khamenei secara khusus ditujukan kepada sejumlah besar Muslim, kaum muda di Eropa dan Amerika . Dalam surat ini, dia mengimbau kaum muda yang sebagian besar beragama selain Islam untuk membaca teks al-Quran, sumber asli dan biografi Nabi (SAW) dan menyarankan mereka untuk melakukannya dengan cara ini dan tidak melalui media arus utama di Barat untuk memahami agama Islam.

Mereka yang akrab dengan Islam murni dengan baik memahami bahwa seruan Ayatullah Khamenei kepada pemuda diilhami dari hadis dari Imam Sadiq as yang berkata kepada sahabatnya, "Pergilah kepada pemuda karena mereka cepat menerima kebenaran dan bergerak ke arah kebaikan. (Usul al-Kafi, jilid 8) 

Ayatullah Khamenei saat menjelaskan alasan suratnya kepada pemuda Barat menulis, "Saya menyapa kalian bukan karena Saya mengabaikan orang tua kalian, tapi karena masa depan bangsa dan tanah air kalian berada di tangan kalian, dan Saya menemukan naluri mencari kebenaran di hati kalian lebih hidup dan cerdas."

Pada saat insiden teroris di Prancis dan beberapa peristiwa lain mencoba menghadirkan citra Islam yang menyimpang dan tidak menyenangkan, Pemimpin Revolusi Islam Iran meminta pemuda yang penasaran dan mencari kebenaran di Eropa dan Amerika Serikat untuk  meneliti  alasan dan motivasi utama media dan elit politik Barat melancarkan Islamofobia dan merujuk sumber asli yakni al-Quran dan ajaran Rasulullah Saw. Ayatullah Khamenei meyakini bahwa jika pemuda Barat melakukan riset seperti ini dan belajar dengan benar, maka banyak kebenaran akan terungkap.

Di bagian lain suratnya kepada pemuda Eropa dan Amerika Serikat, Rahbar berkata: Jangan izinkan teroris munafik memperkenalkan diri kepada Anda sebagai perwakilan Islam. Kenal Islam melalui sumber aslinya dan sumber tangan pertama. Berkenalan dengan Islam melalui Alquran dan kehidupan nabi besarnya (SAW). Saya ingin bertanya di sini, apakah Anda pernah merujuk langsung ke al-Quran orang Muslim? Sudahkah Anda mempelajari ajaran Nabi Islam (SAW) dan ajaran manusiawi dan moral beliau? Apakah Anda pernah menerima pesan Islam dari sumber lain selain media? Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana dan atas dasar apa, nilai-nilai Islam mampu menciptakan peradaban ilmiah dan intelektual terbesar di dunia serta membina ilmuwan dan pemikir terhebat selama berabad-abad?

Para pendengar yang budiman, ayat-ayat al-Quran penuh dengan konsep yang memikat hati setiap orang muda yang mencari kebenaran. Jika pemuda pencari kebenaran mengacu pada al-Quran, dia akan terpesona oleh firman Tuhan  dalam ayat 8 Surah Al-Maidah: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Protes atas pelecehan terhadap Nabi Saw oleh tabloid Charlie Hebdo
Fitrah pemuda pastinya menyadari dengan benar pesan ini, "Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".  (QS, Al Imran: 64)

Ia tidak akan menyebut Islam agama kekerasan dan berpaling darinya ketika membaca Surah al-An'am ayat 108, Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan."

Pemuda Barat yang haus kebenaran jika merujuk kepada al-Quran akan menyadari bahwa Islam terkait kebebasan berekspresi di Surah Taubah ayat 6 menyebutkan, "...Jika seorang musyrik meminta suaka kepadamu maka berilah perlindungan sehingga ia mendengar firman Tuhan dan kemudian bawa dia ke tempat aman karena mereka adalah kelompok yang tidak tahu."

Bagaimana pemuda murni Barat menganggap Islam sebagai agama di luar nalar dan logika ketika dia melihat banyak ayat al-Quran yang menyerukan akal, berpikir, memperoleh pengetahuan dan kesadaran? Bagaimana dia berpaling dari Islam dan menemukan spiritualitas dalam agama selain Islam ketika dia membaca ayat-ayat moral dan manusiawi? Ayat-ayat yang menyeru manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tua (QS, al-Ankabut:8) berperilaku baik kepada istri (QS, An-Nisa':19) berjalan dengan baik dan puluhan sifat baik lainnya.

Ayat-ayat al-Quran, dengan berbagai masalah politik, sosial, moral, dan aturan individu, menempatkan hati setiap pencari kebenaran dalam orbit ketertarikan dan memetakan jalan keselamatan baginya. Pemimpin Revolusi Islam Iran, dalam posisi pemimpin ilahi dengan visi dan karakter yang berasal dari al-Quran, mencari keselamatan dan kesejahteraan masyarakat manusia.

Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah global dunia saat ini, dia bertindak atas nasehat Nabi besar Islam (SAW) di mana dalam wasiat terakhirnya, Rasul berbicara kepada umat Islam dan berkata: Aku meninggalkan di antara kalian dua amanah yang berharga dan berharga, satu adalah Kitab Allah, al-Quran dan lainnya adalah Itrrah (keluargaku). Selama kalian berpegang teguh kepada keduanya maka kalian tidak akan pernah tersesat.

Dengan demikian, yang penting bagi Nabi di seruannya kepada Islam  adalah  menghilangkan debu kelalaian dari sifat murni manusia. Ini terbukti dalam perkataan dan perbuatan Nabi. Nabi welas asih kepada manusia dan menekankan kesadaran dalam mengajak mereka kepada kebenaran. Dia menggunakan alat kebijaksanaan, ajakan yang baik, dan debat yang baik untuk mencapai tujuannya. Karena misi Nabi Islam (SAW) adalah membangkitkan pemikiran dan gagasan serta menumbuhkan kekayaan intelektual.

Kini, 6 tahun setelah pesan ini, pentingnya pesan Ayatollah Khamenei dan dorongannya  kepada pemuda Barat untuk memahami agama Islam melalui sumber-sumber tangan pertama menjadi semakin jelas. Ayatullah Khamenei dalam surat yang ditujukan kepada pemuda Barat  tidak menawarkan interpretasi khusus tentang Islam kepada anak muda Eropa, tetapi mengatakan: Saya tidak bersikeras kalian menerima interpretasi saya atau interpretasi Islam lainnya, tetapi saya katakan jangan biarkan realitas dinamis dan berpengaruh ini di dunia saat ini, diperkenalkan kepada kalian dengan niat dan tujuan yang tercemar. Bahkan dia tidak menjelaskan Islam dalam pesan ini, tetapi dengan mengandalkan hak alamiah dan nyata setiap manusia, yaitu hak untuk mengetahui dan sadar, dia meminta mereka untuk melakukan penelitian untuk mengetahui kebenaran. Pencarian untuk menemukan kebenaran yang ada di dalam kodrat setiap manusia.

Permintaan Pemimpin Revolusi Islam Iran kepada pemuda Eropa dan Amerika Utara menunjukkan fakta bahwa setiap hati pencari kebenaran dapat merujuk pada al-Quran dan mempelajari kehidupan Nabi besar Islam untuk mengenal poin-poin dasar, fakta dan ajaran pemberi kehidupan dan makmur dari ajaran Islam.

Teroris Daesh
Oleh karena itu, pemuda Eropa dan Amerika Utara jika memperhatikan seruan Rahbar ini, pastinya mereka akan menyadari bahwa kelompok Takfiri seperti Wahabi, Daesh (ISIS), al-Nusra dan Boko Haram serta penggambaran berlebihan media Barat atas Islam atau tudingan yang diarahkan kepada agama Ilahi ini tidak pernah sesuai dengan Islam murni Muhammadi serta pemuda Eropa dan Amerika dengan sedikit perenungan akan memahami niat para pendistorsi Islam dan mereka yang menyebut teroris bayaran atau yang tertipu sebagai wakil muslim.

Seperti saat ini setelah enam tahun dari surat ini, dan seiring dengan kehancuran kelompok teroris Takfiri serta kian jelasnya peran berbagai pemerintah Barat yang mengklaim pembela demokrasi dan HAM atas arus ini, maka dimensi pencerahan surat Rahbar kepada pemuda Barat semakin jelas. 

Jumat, 05 Februari 2021 16:37

Ummul Banin, Ibunda Syuhada Karbala

 

Tanggal 13 Jumadil Tsani, hari wafatnya istri Imam Ali bin Abi Thalib as, Ummul Banin. Seorang istri yang setia, ibu yang penuh kasih sayang, pribadi yang memiliki akhlak mulia dan kesempurnaan tinggi, sosok yang sabar, penyair dan ibu syuhada Karbala.

Setelah menjalani hidup ini dengan penuh kesabaran serta ketabahan dan juga dengan konsisten atas keimanannya, dimana ia telah dengan penuh keyakinan dan kepasrahan membuktikan kesetiaannya pada Imam Husein as dengan merelakan kesyahidan empat putranya dalam berjuang membela Sang Imam dan Pemimpin para Syuhada. Kini Ummul Banin telah dengan tenang dan penuh kedamaian berbaring di pemakaman Baqi, di samping makam-makam suci putra Sayidah Zahra as.

Namanya adalah Fatimah, ia sering disebut Ummul Banin (Ibu dari anak-anak), ayahnya bernama Hizam dan ibunya adalah Thumamah atau juga disebut Laila. Suaminya adalah Imam Ali bin Abi Thalib dan ia memiliki putra diantaranya adalah: Abbas, Abdullah, Ja'far dan Utsman yang mana keempat putranya ini syahid di padang Karbala dalam membela Imam mereka (Al Husein As).

Sejarah mencatat bahwa orang tua dan paman-paman Ummul Banin adalah terkenal sebagai orang-orang yang sangat pemberani dikalangan Arab sebelum Islam. Bahkan dinukilkan bahwa selain pemberani, mereka juga adalah teladan ditengah-tengah kaumnya. Menurut Aqil, saudara Imam Ali yang juga seorang pakar dan ahli nasab, menyatakan bahwa: "Tidak ditemukan di antara kaum Arab yang lebih pemberani dan heroik dari mereka".

Menjelang beberapa tahun kepergian Sayidah Fatimah Az-Zahra, Imam Ali mencoba memanggil saudaranya - Aqil yang juga ia seorang yang ahli dalam mengenal nasab dan keturunan yang baik - dan menceritakan keinginannya untuk menikah dan meminta Aqil mencarikan wanita yang sekiranya sangat baik dari segi keturunan sehingga melahirkan putra-putri yang pemberani untuk Imam Ali.

Aqil pun memilih Fatimah Kilabiyah (Ummul Banin) dari keturunan Bani Kilab yang merupakan kabilah yang tiada tara keberaniannya, lalu datang menemui Imam Ali dan menceritakan hal tersebut.

Setelah Aqil melakukan pengecekan atas kabilah-kabilah Arab dan memilih Fatimah Kilabiyah, maka Imam Ali mengutus Aqil menemui orang tua pihak pengantin dan menyampaikan keinginan Imam Ali tersebut. Mendengar lamaran tersebut, ayah Fatimah sangat senang dan dengan tergesa-gesa pergi menemui putrinya dan menyampaikan berita menyenangkan tersebut. Setelah mendengar cerita sang ayah, Fatimah Kilabiyah dengan penuh kebahagiaan dan kerelaan menerima lamaran dari sang Imam yang mulia. Dan akhirnya pernikahan pun berlangsung.

Hari pertama ketika Fatimah Kilabiyah menginjakkan kakinya di rumah Imam Ali, Hasan dan Husein tengah sakit. Fatimah Kilabiyah yang menyaksikan dua anak Imam Ali tersebut tengah sakit, langsung menuju keduanya dan dengan penuh kasih sayang ia merawat dua penghulu pemuda surga tersebut.

Sejak hari pertama berada di rumah Imam Ali, ia mengusulkan kepada suaminya untuk selanjutnya memanggil dirinya dengan sebutan Ummul Banin, sehingga anak-anak Sayidaf Fatimah Az-Zahra tidak akan sedih ketika ayahnya memanggil nama asli Fatimah Kilabiyah, karena nama Fatimah akan mengingatkan mereka pada ibunya yang telah tiada. Sejak saat itu, Ummul Banin memainkan peran Sayidah Az-Zahra dalam mengurus rumah tangga Imam Ali dan anak-anaknya. Kasih sayang besar yang ditunjukkan Ummul Banin sedikit banyak mengurangi kepedihan anak-anak Sayidah Zahra.

Para ahli sejarah menuliskan, sesungguhnya kecintaan beliau kepada putra-putri Az-Zahra as. serta perhatiannya kepada mereka lebih besar dibanding cinta dan perhatian beliau kepada keempat putranya, bahkan beliau selalu mendidik putra-putra nya untuk mengorbankan diri menjadi penolong Imam  dan suadara mereka, Alhusain as.

Hal ini telah beliau tandaskan sejak hari pertama beliau memasuki rumah Imam Ali as., beliau mengumpulkan Alhasan, Alhusain, Zainab, dan (dalam riwayat) Ummu Kultsum, kemudian beliau berkata pada putra-putri Az Zahra' as. " Aku datang ke rumah kalian, tidak untuk menggantikan posisi ibu kalian. Tapi aku datang ke sini untuk menjadi pembantu yang akan berkhidmat kepada kalian".

Ummul Banin senantiasa memperioritaskan anak-anak Sayidah Fatimah Az-Zahra dari anak-anaknya sendiri. Bahkan sebagian besar kasih sayangnya diberikan kepada cucu-cucu Rasulullah tersebut. Ia menilai kasih sayang tersebut sebagai sebuah kewajiban, sebagaimana Allah Swt di al-Quran memerintahkan seluruh manusia untuk menyayangi keluarga Nabi.

Ummul Banin menurut lisan menantunya Lubabah, istri Abul fadhl Abbas; beliau lebih penyayang dari ibu, lebih kokoh dari gunung, lebih cantik dari peri, lebih segar dari angin semilir pagi... sifat ini hanya beberapa tangkai bunga dari kebun bunga keberadaan ibu mertua saya, Fatimah Ummul Banin. Beliau begitu beradab, wibawa dan tenang. Tidak berbicara selain pada waktunya. Beliau tegas namun pada saat yang sama beliau sangat lembut dan wibawa, tidak takut cacian. Kalian bisa berbicara berjam-jam dengannya...

Dari pernikahannya dengan Imam Ali, Ummul Banin memiliki empat putra. Abul Fadhl Abbas, Abdullah, Jakfar dan Utsman. Keempat putra Ummul Banin ini gugur di Padang Karbala, membela Imam mereka, cucu Rasulullah dan putra Fatimah Az-Zahra. Garis keturunan Ummul Banin dilanjutkan oleh cucunya, Ubaidillah, putra bungsu Abul Fadhl Abbas. Dengan gugurnya empat putranya di Padang Karbala, Ummul Banin mendapat gelar Ibu Syuhada Karbala.

Ummul Banin tidak hadir pada Peristiwa Karbala. Ketika rombongan kafilah dari para tawanan Karbala memasuki Madinah, seseorang memberinya berita kesyahidan anak-anak, tapi dia malah mengatakan; Katakanlah kepadaku tentang Husein as. Ummul Banin, ketika ia mendengar ke-4 anaknya syahid bersama Imam Husein, berkata: “Seandainya semua anak-anakku dan semua yang ada di bumi berkorban demi Husain dan dia tetap hidup.” Semua pembicaraannya ini dianggap sebagai pernyataan ikhlasnya dalam mengabdi kepada Ahlulbait dan Imam Husain.

Salah satu karakteristik unggul Ummul Banin adalah kefasihan bahasa sehingga ia juga dikenal sebagai seorang penyair. Ummul Banin setelah mendengar kabar kesyahidan anak-anak, setiap hari dia pergi ke pemakaman Baqi dengan cucunya Ubaidillah (anak dari Abbas) dan di sana ia membacakan puisi-puisinya dan melantunkannya dengan penuh tangis dan derita. Penduduk Madinah berkumpul mengitarinya dan menagis seirama bersamanya. Bahkan dikatakan bahwa Marwan bin al-Hakam juga hadir bergabung dengan mereka dan menangis.

Para ulama banyak memuji Ummul Banin. Zainuddin al 'Amili (Syahid Tsani), terkait dengan keutamaan Ummul Banin, mengatakan bahwa: "Ummul Banin adalah salah seorang wanita yang memiliki makrifat dan keutamaan dan kecintaan serta kesetiaan murni kepada keluarga Nabi dan ia juga telah mewakafkan dirinya untuk berkhidmat dan mengabdi kepada Ahlulbait dan sebaliknya Ahlulbait pun memberikannya kedudukan istimewa pada dirinya serta sangat menghormatinya".

Juga Allamah Sayid Muhsin Amin dalam sebuah pernyataannya terkait dengan Ummul Banin, menyatakan bahwa: "Ummul Banin adalah seorang penyair yang fasih dan dari keluarga yang pemberani".

Ali Muhammad Ali Dakhil, seorang penulis kontemporer Arab, dalam mendekripsikan wanita mulia ini (Ummul Banin) dalam sebuah tulisannya bahwa: "Keagungan wanita ini nampak ketika sampai berita kepadanya akan kesyahidan putra-putranya di padang Karbala, namun ia tidak berkata apa-apa dan tidak perduli dengan itu semua dan justru ia malah menanyakan akan keselamatan sang pemimpin para Syuhada, Husein as, di mana seakan-akan Imam Husein adalah putranya yang sesungguhnya dan yang keempat anaknya itu bukanlah putranya".

Akhirnya wanita mulia ini setelah mengarungi kehidupan dengan kesabaran dan istiqamah serta setelah menyumbangkah empat putranya di Padang Karbala untuk membela Imam Husein dan keluarga Nabi, akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada 13 Jumadi Tsani tahun 64 Hijriah. Jenazah wanita mulia yang memposisikan dirinya sebagai pembantu untuk merawat cucu Rasulullah dan putra-putri Fatimah Az-Zahra ini dikebumikan di pemakaman Baqi.

Kemajuan Republik Islam Iran di sektor pertahanan dan persenjataan, termasuk di bidang UAV menjadi perhatian dunia yang membuat kekuatan pertahanan negara ini disegani kawan maupun lawannya.

Iran sekarang adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang mengembangkan desain dan konstruksi berbagai jenis UAV. Masalah ini semakin penting karena meningkatnya peran drone di berbagai wilayah pertempuran darat, udara dan laut, serta memenuhi berbagai kebutuhan sipil.

Shahed 129 merupakan salah satu bentuk pencapaian terpenting industri pertahanan Iran dalam beberapa tahun terakhir yang membuktikan posisinya di kancah internasional. Drone modern ini adalah hasil dari upaya bertahun-tahun ilmuwan muda dari perusahaan berbasis pengetahuan Iran dan Angkatan Udara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).

 


 

 

Fitur Umum

Salah satu UAV paling efisien dan efektif yang telah digunakan Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran dalam beberapa tahun terakhir adalah Shahed 129. Drone tersebut dikembangkan dengan melihat drone WK450 buatan Prancis. Prototipe pertama Shahed 129 terbang pada Isfand 1390 Hs di Bandara Isfahan Badr. Prototipe berikutnya, yang tidak seperti model pertama, dilengkapi dengan roda pendaratan yang dapat ditarik, terbang pada Kordad 1391 Hs.

Prototipe pertama UAV Shahed 129 dilengkapi dengan roda pendaratan tetap dan tidak mampu membawa senjata, melakukan penerbangan operasional pertamanya pada tanggal 13 Tir 1391 Hs pada manuver militer Nabi Agung ke-7. Drone tersebut  mampu merekam dan menyiarkan video langsung peluncuran rudal balistik ke Tehran dari area latihan dan situs peluncuran rudal balistik Angkatan Udara IRGC di Gurun Lut.

Setahun kemudian, pada Mehr 1392, Mayor Jenderal Jafari, komandan Korps Pengawal Revolusi Islam secara resmi meluncurkan UAV Shahed 129, dan mengeluarkan perintah produksi massal.

Beberapa waktu kemudian, Brigjen Amir Ali Hajizadeh, Panglima TNI Angkatan Udara Korps Pengawal Revolusi Islam, mengumumkan spesifikasi drone tersebut dalam sebuah program televisi. Drone ini dibuat oleh Qods Aviation Industry Company, yang merupakan bagian dari Angkatan Udara Korps Garda Revolusi Islam Iran.

 

 


 

 

Spesifikasi Teknis

Shahed 129 merupakan drone pengintai dan tempur dengan panjang 8 meter, dan tinggi 3,1 meter dengan lebar sayap 16 meter, yang terbuat dari material komposit dan struktur aluminium. Drone Shahed 129 menggunakan mesin piston empat silinder canggih yang disebut Rotax 914 dan mampu membawa empat rudal pintar Sadid 345 dengan berat total 400 kg.

Para ahli dari industri penerbangan menyaksikan desain dan konstruksi prototipe rudal Sadid 361, yang dapat digunakan melawan target darat yang bergerak dan non-bergerak. Bom pintar tanpa roket bermesin ini diberi nama Sadid 341.

Pengembangan rudal ini dengan sirip penstabil dipasang di sisinya dalam bentuk Sadid 345 yang menjadi senjata utama Shahed 129. Mesin drone berbilah tiga ini dan ruddernya dirancang dalam bentuk V. Roda pendaratan drone dan sistem kontrol serta koneksinya dibuat oleh Saeiran Industries dan kamera pengintai dan penargetannya dibuat oleh Industri optik Iran yang disebut Eagle-6 dan dipasang di atasnya.

Model kontrol baru prototipe Shhed 129 mengalami perbaikan pada penambahan sistem navigasi satelit. Hajizadeh, Komandan dirgantara IRGC menunjukkan penambahan kemampuan ini pada akhir 2015. Model ini sepenuhnya dapat dikenali dengan bagian melengkung di bagian depan UAV yang mirip dengan seri UAV Predator Amerika Serikat.

 

Penambahan kemampuan navigasi satelit memungkinkan untuk menambah jangkauan operasional drone ini tanpa perlu menambah jumlah stasiun darat. Pada tanggal 16 Azar 1398 Hs, model baru UAV Shahed 129 bernama Simorgh diresmikan di hadapan Laksamana Habibollah Sayari, Wakil Koordinator Angkatan Darat, dan Laksamana Hossein Khanzadi, Komandan Angkatan Laut Iran di wilayah ketiga Nedaja di Konarak.

Fitur lain dari Shahed 129 termasuk penargetan akurat dengan radius operasi 1.700 km, ketinggian penerbangan 25.000 kaki (7620 meter), durasi penerbangan 24 jam dengan setiap pengisian bahan bakar, misi berbiaya sangat rendah dan kemampuan untuk duduk di semua bandara.

UAV ini dirancang sedemikian rupa sehingga segala macam peralatan dapat dipasang di atasnya dan dapat digunakan secara efektif dalam mengendalikan lalu lintas jalan raya, pemeliharaan hutan dan sumber daya alam.

Drone kontrol 129 dapat diterbangkan dari jalan yang sederhana tanpa fitur khusus dan pada saat yang sama dapat dikendalikan dari pusat kendali seukuran kabin trailer.

Kemampuan terbang dengan ketinggian 25.000 kaki  menjadikannya menghapusnya bisa lolos dari jangkauan sebagian besar sistem anti-pesawat.

Kendali UAV Shahed 129 dilakukan dengan remote control center portabel yang berbasis di darat. Sistem optik drone ini memiliki kemampuan untuk mendeteksi target sekitar 211 km pada malam hari maupun siang hari dengan segala kondisi cuaca dan memberikan gambaran yang jelas mengenai targetnya.

Misi yang ditentukan drone Shahed 129 termasuk pengintaian dan menghancurkan posisi musuh dan memotret posisi, dan mentransfernya ke pusat komando untuk keputusan akhir.

Drone Shahed 129 juga dapat digunakan untuk melawan teroris dan penyelundup, pengintaian di perbatasan darat dan air, urusan lingkungan, pemetaan, dan foto udara. Dibandingkan dengan jet tempur, biaya operasionalnya relatif lebih hemat. Biaya setiap jam penerbangan untuk pesawat tempur sebesar $ 11.000, tapi drone hanya membutuhkan biaya 111.000 Tomans per jam atau tidak lebih dari enam dolar.

 

 

 


 

Drone pengintai dan penyerang Shahed 129 memiliki rekam jejak yang brilian selama beberapa tahun terakhir dalam berbagai operasi penumpasan teroris yang berbasis di wilayah timur Iran, Suriah dan Irak. Untuk pertama kalinya pada Farvardin 1393 Hs, perintah dikeluarkan untuk mengirim dua drone pengintai tempur Shahed 129 ke Suriah. Kedua pesawat, bersama dengan kontrol darat termasuk GCS, pilot, pengguna sensor dan personel teknis, bersama dengan suku cadang, diangkut dengan pesawat  Bandara Mehrabad Teheran ke Bandara Internasional Damaskus. 

Salah satu UAV melakukan penerbangan pengintaian pertamanya di atas Ghouta Timur pada 22 Farvardin 1393 Hs. Misi pertama Shahed 129 untuk mengidentifikasi dan memantau dukungan terhadap pasukan darat dan Pasukan Quds bersama kelompok Fatimiyoun dan Haidarion menghadapi kelompok teroris Daesh.

Selanjutnya tiga UAV shahed 129 dikirim ke Suriah pada 1394 Hs dan 1395 Hs. Dua pesawat tanpa awak telah melakukan 129 misi patroli udara bersenjata, dan setiap drone dilengkapi dengan empat bom pintar Sadid 345.

Komandan pasukan dirgantara IRGC, Hajizadeh menjelaskan bahwa drone Shahed 129 telah meancarkan 800 serangan mendadak dan berada di wilayah udara Suriah selama 24 jam sehari. Pada saat yang sama, setidaknya 4 unit dari Shahed 129 telah digunakan untuk melindungi perbatasan timur Iran, terutama perbatasan Iran dan Pakistan, serta memantau setiap pergerakan teroris sejak 1394 Hs.

Jumat, 05 Februari 2021 16:35

Imam Khomeini; Pemimpin Karismatik

 

Kemenangan Revolusi Islam Iran memasuki usianya ke-42. Tak diragukan lagi revolusi ini tak dapat dipisahkan dari nama Imam Khomeini, sosok pemimpin karismatik Revolusi Islam di Iran yang berhasil menggulingkan rezim Shah Pahlevi dan membentuk pemerintahan republik Islam.

12 Bahman 1357 Hs (Februari 1979) hari yang dipenuhi semangat perjuangan dan tak pernah terlupakan di Iran. Imam Khomeini setelah bertahun-tahun menjalani pengasingan dan jauh dari tanah air, akhirnya kembali dengan penuh kehormatan dan disambut rakyat Iran. Ribuan orang memadati bandara udara Mehrabad di Tehran untuk menyambut pemimpin karismatik mereka yang kembali ke tanah air.

Ketika pesawat yang membawa Imam mendarat, hati-hati rakyat Iran berdetak dan rindu ingin bertemu dengan pemimpin mereka. Mereka saling berlomba untuk bertemu dengan Imam. Jalan yang akan dilalui Imam dari bandara Mehrabad hingga kompleks Behest-e Zahra dihiasi dengan rangkaian bunga. Warga menghiasi jalan berkilo-kilo meter dengan bunga untuk mengenang para syuhada.

Pintu Boeing 747 terbuka dan Imam datang dan kemuliaan abadi mengalir dalam banjir pecinta provinsi dan menghujani jiwa-jiwa yang kehausan seperti hujan yang lembut. Seperti Ibrahim Khalil, dia menghancurkan berhala taghut dan berjanji segera akan terbit Republik Islam.

Keharuman salawat, harumnya bunga mawar dan bunga merah rakyat kepada Imam bangsa, menandai dimulainya babak baru. Ya, "Ruhullah" datang dan sorak-sorai kemenangan terdengar di rumah-rumah dan jalanan. Selamat datang di musim semi. Selamat datang, Imam!


Rakyat beriman Iran memandang seruan anti kezaliman oleh Imam Khomeini sebagai seruan kebenaran. Mereka menyaksikan seorang keturunan suci, arif dan penyayang bangkit mengidupkan agama dan nilai-nilai Islam bukan karena hawa nafsu, tapi seperti leluhurnya Imam Husein as. Dengan demikian, rakyat Iran menyambut seruan Imam Khomeini dan melawan kezaliman, seperti ombak kuat melawan para taghut. 

Revolusi Islam menjadi seperti matahari yang terbit dengan jiwa-jiwa yang lelah akan penindasan, penghinaan, ketergantungan, ketidak-beragama, korupsi dan kejahatan yang menghancurkan suatu masyarakat, berharap dapat bangkit, menciptakan perubahan dan mengubah struktur sosial politik masyarakat ke arah yang lebih baik. Imam Khomeini bukan hanya seorang revolusioner, tetapi juga menciptakan transformasi ini dalam pikiran dan hati bangsa. Koordinasi ini melahirkan sistem Islam yang didasarkan pada partisipasi rakyat dengan slogan “Kemerdekaan, Kebebasan, Republik Islam”.


Syahid Sayid Morteza Avini, salah satu pemikir Iran dan pakar tentang Barat, menulis tentang Imam Khomeini: "Imam Khomeini bukanlah seorang nabi baru, tetapi dia adalah pengingat ... yang mengingatkan orang-orang tentang perjanjian fitrah mereka dengan Tuhan" Manusia mengalami a contoh kolektif umum, seperti para pendahulu mereka, dari Ibrahim dan Ismail hingga Muhammad (SAW), mematahkan periode ketidaktahuan dan memulai era lain. "

Imam, seperti nenek moyangnya yang murni, berusaha untuk mendidik dan memurnikan individu dan masyarakat, dan dengan kata lain, berusaha untuk mempromosikan moralitas yang bajik. Mempromosikan akhlak mulia adalah salah satu perintah Tuhan dalam al-Quran kepada Nabi Muhammad (SAW) sehingga semua Islamis harus menyadari bahwa pemerintah dan politik tidak terpisah dari moralitas dan kebajikan manusia dan spiritual dan masyarakat ideal Islam hanya dapat terealisasi dalam penyatuan kedua wacana tersebut. Terkait hal ini, Allah Swt telah mengingatkan kaum Muslim melalui firmannya di Surah al-Ahzab ayat 21, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."

Rasulullah (SAW) adalah model tertinggi dari penguasa Islam dan setelah dia Imam Ali (as) menggambarkan manifestasi keadilan sosial dan martabat manusia yang paling indah dalam pemerintahan Islamnya. Imam Khomeini, dengan meneladani para pemimpin agama, berupaya menghidupkan kembali dan menyebarkan nilai-nilai agama di masyarakat. Masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip Islam dan yurisprudensi Syiah, di mana kebajikan moral dan spiritual dimanifestasikan.

Pemerintahan seperti itu membutuhkan seorang penguasa yang sendiri komprehensif serta memiliki penguasaan penuh dalam Fiqih (yurisprudensi), pengetahuan agama, ketaatan dan etika , dan Imam Khomeini memiliki kualitas tinggi ini. Sejak usia dini, dia telah berusaha untuk mendidik dirinya sendiri dan memperkuat moral dan kualitas positifnya, dan dia unik dalam mengamati moralitas dan kesalehan. Teman sekamarnya di masa mudanya di Hauzah Ilmiah tahu bahwa Khomeini memiliki dua kualitas khusus: bangun di tengah malam untuk salat malam dan kedua, menghindari ghibah dan mendengar ghibah. Orang yang begitu layak seperti ini sangat menekankan pada kebenaran ucapan dan tindakan, dan dapat dikatakan bahwa "kejujuran dalam ucapan dan tindakan" membuat Imam Khomeini lebih populer daripada karakteristik lainnya.

Imam shalat awal waktu di pesawat
Kejujuran adalah salah satu perintah Tuhan dalam al-Quran dan pedoman pemimpin agama dan salah satu tanda takwa dan iman; Imam Ali (AS)berkata : "Kejujuran adalah pilar iman terkuat" dan "Tuhan mengilhami kebenaran ketika dia mencintai seorang hamba." Imam setia pada apa yang dia katakan dalam kehidupan pribadi dan politiknya. Jika dia menasihati pihak berwenang tentang asketisme dan hidup sederhana, dia akan menjadi panutan yang nyata. Ketika orang-orang Iran melihat manisnya kejujuran dalam perkataan dan perbuatan Imam, kepercayaan mereka pada cita-cita dan jalan Imam meningkat, dan inilah cara mereka mendukung Imam mereka sampai akhir.

Cinta masyarakat kepada Imam Khomeini adalah cinta untuk semua hal yang baik. Cinta dan kasih sayang dari Imam ini mungkin lebih dari itu. Imam menyukai orang dan mencintai mereka. Dia menyebut orang-orang sebagai walinya dan menyebut dirinya pelayan mereka.

Jiwa lembut Imam dan kebaikannya yang tak terlukiskan menarik hati seperti magnet. Imam lebih memperhatikan orang-orang tak mampu dan memperingatkan para pejabat untuk melayani orang-orang dengan ikhlas, terutama yang tertindas. Dia berkata: "Tugas kami dan seluruh pejabat adalah melayani masyarakat dan kita bersama mereka baik dalam kegembiraan maupun kesedihannya, Saya tidak melihat ibadah lebih baik dari melayani mereka yang membutuhkan dan tidak mampu."

Kehidupan Imam disertai dengan hidup sederhana dan kepuasan yang besar. Imam Khomeini, seperti para leluhurnya yang suci, telah memilih hidup sederhana dan jauh dari keduniawian, dan percaya bahwa penguasa masyarakat Islam harus hidup seperti kelas lemah dan menengah. Imam tidak pernah memisahkan dirinya dari orang-orang dan selalu bersama orang-orang dan di sisi mereka. Menurut Pemimpin Tertinggi Revolusi, Ayatullah Khamenei: "Ada tiga keyakinan pada Imam, yang memberinya tekad, keberanian, dan ketekunan. Percaya pada Tuhan, percaya pada rakyat, dan percaya pada diri sendiri. "Ketiga keyakinan ini, dalam keberadaan Imam, dalam keputusan Imam, dalam semua gerakan Imam, menunjukkan diri mereka sendiri dalam arti kata yang sebenarnya."


Imam Khomeini adalah seorang pejabat tinggi dan mistik, dan pada saat yang sama seorang politikus yang cerdas, karismatik, anti-diktator, dan independen dari kekuatan Barat dan Timur. Imam memiliki wawasan dan pengetahuan yang mendalam tentang masyarakat pada masanya dan berita serta kondisi negara lain. Dia adalah orang yang saleh dan sangat disiplin.

Sejak usia muda, imam dikenal karena kebersihan dan disiplinnya, dan salah satu rahasia kesuksesan Imam di ilmu dan perbuatannya, dalam kepemimpinan dan politik, adalah bahwa ia memiliki ketertiban yang baik dalam segala hal. Dia telah menyiapkan meja untuk pekerjaan sehari-harinya di mana pekerjaan Imam termasuk dalam semua jam siang dan malam, kecuali untuk jam-jam malam ketika dia bangun untuk shalat malam dan bermunajat kepada Tuhan. 

Perintahnya sangat tepat sehingga orang-orang di sekitarnya, yang melihat aktivitasnya, menyadari jam berapa sekarang! Karena Imam makan pada waktu tertentu dan tidur pada waktu tertentu dan bangun pada waktu tertentu. Jika mereka punya janji, mereka akan datang tepat waktu. Putrinya Zahra Mostafavi meriwayatkan: "Imam sangat teliti dan teratur sehingga jika mereka terlambat lima menit untuk makan siang, semua orang di rumah akan khawatir mengapa mereka terlambat. Itu berarti kita semua akan diseret ke kamar Imam tanpa sengaja. "Saya melihat, misalnya, Haji Ahmad Agha (putra Imam) datang dan mengajukan pertanyaan kepadanya, dan ini menyebabkan dia terlambat."

Rahbar, Ayatullah Khamenei yang juga murid Imam Khomeini saat menyebut kepribadian gurunya ini mengatakan,,“Alasan mengapa Imam kita yang terhormat berbicara di ruang publik yang luas di negeri ini, ... dalam semua kasus, memiliki efek yang luar biasa, adalah spiritualitasnya, kemurnian batinnya, hubungannya dengan Tuhan, air matanya di tengah malam. ... Pria baja, orang yang peristiwa dan kerusakan yang menimpanya seperti mengguncang suatu bangsa, tetapi ia tetap kokoh dan tidak terguncang, orang yang kebesaran dan hegemoni kekuatan dunia bukanlah apa-apa di hadapan dirinya, namun ia akanu menangis di hadapan keagungan ilahi serta air matanya bercucuran saat berdoa dan memohon bantuan-Nya. "

Di ucapan lainnya terkait Imam Khomeini, Rahbar mengatakan, "Imam disukai Allah karena kedekatan dirinya dengan sang pencipta. Dengan tawakal, ikhlas dan usaha, mari kita lanjutkan jalan beliau."

 

Wacana Revolusi Islam Iran menjelaskan serangkaian aspek spiritual yang dapat memberikan solusi bagi krisis-krisis manusia modern.

Sebagaimana diketahui Revolusi Islam Iran berdasarkan kesaksian sejumlah banyak analis, dari berbagai sisi merupakan sebuah revolusi unik dan berbeda dengan revolusi-revolusi dunia lainnya. Salah satu karakteristik yang membedakannya dengan revolusi lain adalah karena Revolusi Islam Iran menang dengan bersandar pada mazhab dan agama.
 
Padahal di masa itu karena pengaruh pemikiran Marxisme, agama dianggap candu masyarakat dan menjadi dalih penindasan oleh para penguasa. Akan tetapi Revolusi Islam membuktikan ia mampu bangkit atas nama Tuhan, dan bersandar pada ajaran Islam serta Syiah di hadapan tirani, penindasan, dan kelaliman penguasa, serta memberikan kebebasan dan keadian sosial kepada rakyat.
 
Revolusi Islam Iran dengan menghidupkan agama dan spiritualitas di era modern, berhasil memberikan solusi yang tepat bagi manusia kontemporer yang tersandera teknologi dan kehidupan yang serba cepat, kesibukan, dan keterasingan dari diri sendiri. Dari sisi ini, Revolusi Islam memberikan penawar dan solusi atas berbagai permasalahan masyarakat modern dengan bersandar pada agama dan spiritualitas. 
 
Menurut banyak pengamat, modernisme meski memberikan banyak kemajuan bagi umat manusia, namun juga menciptakan banyak perubahan negatif di berbagai bidang kehidupan mausia, dan moral. Di dunia modern, manusia dihadapkan dengan krisis-krisis baru dan rumit.
 
Beberapa pengamat membagi krisis manusia modern ke dalam dua kelompok besar, kelompok pertama adalah krisis-krisis yang lahir dari konflik manusia dengan dirinya sendiri, dan dengan Tuhannya, sementara kelompok kedua lahir dari konflik manusia dengan masyarakat dan dunia di sekelilingnya. Pada bagian pertama, dikarenakan konflik manusia dengan Tuhan dan dirinya sendiri, maka ia mengalami sebuah kriris identitas individual, merasa terasing dan sendiri.
 
Dewasa ini dengan adanya dominasi “rasionalitas instrumen” perhatian aspek eksistensi manusia seperti perasaan dan rasa kemanusiaan perlahan terpinggirkan, dan manusia modern gagal mencapai keseimbangan antara akal, perasaan dan afeksi.
 
Revolusi Islam Iran
 
Materialisme dan hedonisme yang mencari kelezatan fisik, dan prinsip keuntungan serta kepentingan dalam hubungan sosial, telah menjerumuskan manusia ke jurang skeptisme karena bersandar pada nalar murni, sehingga ia terjebak dalam krisis spiritual, dan keterasingan diri. Sungguh disesalkan manusia modern karena semakin jauh dari spiritualitas, tidak mampu mengatur dengan baik relasi dengan dirinya sendiri dan Tuhannya, akibatnya ia terjerumus pada ketidakbermaknaan dan nihilisme.
 
Di sisi lain karena tidak adanya keseimbangan dalam hubungan individu dengan masyarakat dan lingkungan sekitar, muncul banyak krisis terhadap manusia, dan masyarakat modern. Pemanfaatan di luar batas lingkungan alam sebagai sumber kesejahteraan manusia menyebabkan krisis lingkungan semakin akut sehingga menyebabkan manusia terancam bahaya besar kepunahan.
 
Kesenjangan generasi di tengah masyarakat meningkat dan keluarga sebagai inti masyarakat dan bagian penting kehidupan, terancam runtuh. Di tengah semua kekacauan ini, tuntutan keragaman dan konsumerisme ekstrem telah menghilangkan keseimbangan dalam hidup manusia, dan telah mengubahnya menjadi wujud tanpa identitas yang tidak pernah berpikir tentang asal usul dan tujuan akhir hidupnya.
 
Kondisi ini bukan hanya tidak memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi manusia, bahkan setiap hari menambah keresahan dan pergolakan batin dalam diri manusia. Hal ini tampak pada angka kejahatan, perceraian, bunuh diri dan setumpuk masalah lain yang secara mengejutkan mengalami pertumbuhan di banyak masyarakat modern.
 
Dengan kata lain dunia modern bukan saja tidak membawa kegembiraan dan ketenangan permanen bagi manusia, modernitas hanya menghasilkan depresi dan kecemasan serta ketidakbahagiaan pada diri manusia. Pertanyaan yang berkecamuk di dalam benak para pemikir dan sosiolog sekarang ini adalah mengapa sosiologi tidak mampu menjawab permasalahan jiwa dan psikologis manusia, dan mengatasi krisis identitas serta hilangnya spiritualitas dari kehidupan manusia, dan yang terpenting apa yang harus dilakukan manusia sekarang.
 
Di dunia kelam modern dan krisis-krisis nyata yang menghinggapi manusia, Revolusi Islam muncul memberikan teladan dan program baru bagi kehidupan manusia. Salah satu teladan terpenting adalah menghidupkan spiritualitas di dunia modern, oleh karena itu Imam Khomeini bisa dikatakan sebagai pemegang panji penghidup spiritulitas di era modern abad ke-21. Beliau menjadikan Islam sebagai ajaran lengkap dan komprehensif yang memperhatikan seluruh dimensi kehidupan manusia, sebagai landasan perjuangan politik dan poros diskursus Revolusi Islam.
 
Imam Khomeini
 
Beliau meyakini bahwa ajaran Islam dikarenakan penegasannya terhadap akal dan spiritualitas pada saat yang sama, dibandingkan dengan aliran pemikiran buatan manusia, lebih tepat untuk mengatur kehidupan manusia dan membentuk sebuah pemerintahan. Pasalnya ajaran-ajaran Islam mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya sebagaimana disebutkan dalam catatan Imam Khomeini, Safineh Nour, jilid 18, halaman 52, Islam adalah sumber kebahagiaan manusia. Islam datang untuk membangun diri manusia. Islam datang agar manusia sampai kepada cahaya, tidak seperti Thagut.
 
Imam Khomeini menganggap kunci dan rahasia kebahagiaan masyarakat adalah kecenderungan pada spiritualitas dan akhlak, beliau percaya bahwa kesejahteraan materi tidak membuat manusia bahagia. “Kita harus bekerja keras untuk mengajak masyarakat kepada spiritualitas dan akhlak Islam. Mungkin banyak orang mengira bahwa kesejahteraan materi dan aset di bank, kekayaan atau kepemilikan atas tanah dan semacamnya bisa membawa kebahagiaan bagi manusia, namun ini kesalahan yang diperbuat manusia.” (Safineh Nour, jilid 18, halama 17).
 
Imam Khomeini menilai penderitaan umat manusia disebabkan oleh absennya spiritualitas dan ia menegaskan bahwa tujuan Islam dan wacana Republik Islam adalah menghidupkan spiritualitas. “Kami dan bangsa kami bangga menjadi pengikut sebuah mazhab yang menyelamatkan hakikat Al Quran yang sarat dengan anjuran persatuan di antara umat Islam, bahkan seluruh umat manusia, dari kuburan dan pemakaman, dan sebagai penyelamat terbesar umat manusia dari belenggu-belenggu yang mengikat tangan, kaki, dan akal mereka, lalu menyelamatkan umat manusia dari kefanaan, kenihilan dan penghambaan kepada para Thagut. (Sahifeh Nour, halaman 3) 
 
Strategi Imam Khomeini menghidupkan spiritualitas tidak terbatas pada kehidupan pribadi manusia, tapi menurut Imam Khomeini, spiritulitas harus terwujud dan terejawantah dalam pembentukan pemerintahan, perilaku politik, dan sikap para politisi, jika tidak maka ia akan menjadi sistem politik Thagut. Analisa terhadap pemikiran dan politik Imam Khomeini menunjukkan pemerintahan ideal di mata Pendiri Republik Islam Iran ini adalah kembalinya wujud spiritualitas yang hilang di era modern.
 
Imam Khomeini dengan merumuskan dasar dan kerangka demokrasi relijius sebagai sebuah sistem politik yang lahir dari diskursus Revolusi Islam, menganggap penolakan total segala bentuk tirani dan pembaruan kebebasan politik dan sosial warga negara, serta sikap tegas melawan penjajah dan pendudukan kekuatan perampok dan pembelaan atas kemerdekaan, sebagai tujuan akhir pembentukan pemerintahan, selain itu menghidupkan spiritualitas dalam hidup manusia. Imam Khomeini berulangkali kepada pejabat pemerintah Republik Islam Iran menegaskan, segala bentuk kecintaan pada dunia dan tenggelam dalam materialisme dapat meruntuhkan pemerintahan Islam.  
 
Imam Khomeini menyebut prinsip dasar Revolusi Islam adalah kebebasan, kemerdakaan, keadilan, pembangunan, kemajuan, dan peradaban yang beriringan dengan pertumbuhan spiritual dan akhlak. Imam Khomeini percaya pembangunan dan kemajuan minus akhlak dan spiritualitas akan merugikan dan merupakan salah satu ciri khas pemerintahan Thagut.
 
Pekan Fajar Kemenangan Revolusi Islam Iran
 
Beliau menganggap capaian asli Revolusi Islam Iran bagi bangsa-bangsa tertindas dunia, dan orang-orang terbelakang dalam kehidupan masa kini bergantung pada akhlak dan spiritualitas. Masalah penting ini harus dipraktekkan dalam semua sendi kehidupan individu dan politik, dan saling terkait satu sama lain.
 
Penegasan atas spiritualitas sebagai sesuatu yang hilang dari diri manusia modern dan tujuan utama Revolusi Islam,  menjadi perhatian para pemikir besar semacam Michel Foucoult. Filsuf Prancis ini merupakan salah satu kritikus modernisme dan ia percaya modernisme berlandaskan pada sebuah tradisi berpikir yang menolak kesatuan dan keterikatan antara akal, kebebasan dan kemajuan, sehingga ia mengasingkan manusia modern dari moralitas.
 
Michel Foucoult yang berasal dari kalangan filsuf posmodernisme, telah mengkritik keras modernisme dan nilai-nilai yang dianutnya. Ia mencapai sebuah titik bahwa dunia baru kosong dari akhlak dan spiritualitas, dan menjadi faktor munculnya sedemikian banyak permasalahan umat manusia.
 
Foucoult tertarik pada muatan agama dalam Revolusi Islam Iran, ia percaya bahwa Revolusi Islam Iran berarti kekalahan gerakan semi modernisme di Iran. Menurut Foucoult, Revolusi Islam di Iran berusaha menemukan politik berdimensi spiritual dengan meninggalkan kehidupan modernisme. Ia juga meyakini seluruh aspek dalam agama Islam telah memberikan kekuatan kepada elemen-elemen revolusi untuk menghadapi salah satu nilai dunia yang paling modern dan menang. Foucoult menganggap penawar derita umat manusia abad 20 adalah spiritualitas dan ini ditunjukkan oleh Revolusi Islam Iran.
 
Dalam pandangan Michel Foucoult, kekosongan spiritualitas dan kelangkaan yang membuat dunia tak bernyawa adalah krisis peradaban Barat dan manusia modern. Sementara wacana Revolusi Islam Iran berusaha memberikan definisi baru tentang rasionalitas yang didalamnya spiritualitas memainkan peran dan menduduki posisi penting.
 
Foucoult beranggapan bahwa inilah karakteristik khusus Revolusi Islam yang membedakan dengan revolusi lain dan membuatnya menjadi teladan baru. Dari sudut pandang Foucoult, lahirnya Revolusi Islam Iran di tengah rangkaian revolusi yang ada membuktikan keterikatan rasionalitas dan spiritualitas terutama di dunia politik. Keterkaitan ini menjadi jawaban atas kebutuhan manusia dan solusi krisis manusia modern.

Jumat, 05 Februari 2021 16:32

Fatimah Zahra, Mutiara Kebaikan

 

Pada Tanggal 20 Jumadil Tsani tahun kelima pengutusan Nabi Muhammad sebagai Rasulullah, lahir seorang gadis yang membuat rumah Nabi tenggelam dalam sukacita. Pelupuk mata Khadijah, istri Nabi dipenuhi dengan air mata sukacita dan Muhammad yang wajahnya menghadapi langit dalam sebuah doa yang indah kemudian berterima kasih kepada Tuhan.

Setelah itu Nabi Saw menggendong anak yang tidak bisa diam dan terlihat ceria. Nabi mencium dahinya dan memandang wajahnya yang tenang dan luar biasa lalu menangis. Setelah itu beliau berkata, "Aku akan memberi nama anak perempuan ini Fathima, sesuai dengan perintah Allah. Khadijah menyatakan kepuasannya akan penamaan tersebut dengan senyum manis dan pandangan yang ramah.

Fathimah as dibesarkan di rumah manusia terbesar. Ayahnya adalah Muhammad utusan Allah dan pembawa risalah ilahi demi menyempurnakan manusia. Ibunya adalah Khadijah, perempuan agung dan muslimah pertama dalam sejarah. Sejak kecil, Fathimah mempelajari pengetahuan di sekolah wahyu. Ayahnya, guru terbaik manusia yang mengarahkan cahaya wahyu pada Fathimah dan memenuhi hati yang suci dengan hakikat ilahi.

Telinga Fathimah yang akrab turut mendengar rahasia dan belajar dari bibir penuh kasih sayang ayah akan interpretasi dunia. Ayahnya menggunakan metode pendidikan terbaik dalam pengasuhannya. Beliau bahkan mencium punggung tangan anaknya dan berkata, "Fathimah adalah bagian tubuhku."

Manifestasi kesempurnaan dalam kepribadian manusia tidak eksklusif untuk pria atau wanita, tetapi pemberian yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan, sehingga ia dapat memahami hakikat dirinya. Benar bila dikatakan Fathimah as salah satu contoh teladan yang sempurna, dimana mengikutinya bakal menjamin kemenangan, kebenaran dan mencapai kesempurnaan dan keutamaan. Kecintaan yang besar dari Nabi Muhammad Saw kepada putri mulianya Sayidah Fathimah as merupakan poin yang patut direnungkan dalam kehidupan beliau.

Dalam masyarakat yang tidak begitu jauh dari era Jahiliah, dimana perempuan dan anak perempuan bukanlah sumber kehormatan dan kemuliaan, Nabi Saw memperlakukan putrinya sedemikian rupa sehingga membuat orang-orang di sekitarnya keheranan. Nabi Saw adalah pribadi yang ketika melihat satu kebajikan atau keutamaan, pasti beliau mengagumi dan memujinya. Dengan kata lain, ini adalah semangat tinggi dan kebajikan menonjol Fathimaa Zahra as yang membuat Nabi Saw kemudian menghormati dan memuliakannya.

Selain itu, Nabi Saw yang mampu mengantisipasi kejadian di masa depan berusaha menjelaskan semua alasan dan hujjah akan kebeneran Fathimah as dan menekankan kondisi sulit di masa depan. Suatu hari seorang pria memberi tahu Nabi, "Mengapa kamu tidak memperlakukan Fatima seperti putra dan putrimu yang lain?" Nabi berkata kepadanya, "Anda tidak kenal Fathimah. Saya merasakan aroma surga darinya. Anda tidak bisa tahu bahwa kerelaan Fathimah adalah keridaan Tuhan dan kemarahannya adalah murka Tuhan."

Fathimah Zahra as menikah dengan Ali as di tahun kedia Hijrah. Hasil dari pernikahan baik dan surgawi ini adalah dua anak laki-laki dan dua perempuan bernama Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kulthum as. Peran paling indah dari Sayidah Fathimah as terejawantahkan di tengah-tengah keluarga. Titik cemerlang dalam kehidupan perempuan mulia Islam ini adalah keberhasilannya memadukan kehidupan pribadi, keluarga dan sosial. Beliau adalah contoh seorang perempuan pekerja keras, rela berkorban dan pejuang.

Fathimah as mengakhiri era kehidupan terhina dan gelap perempuan masa itu. Fathinah as contoh seorang muslim yang senantiasa berpartisipasi di panggung masyarakat dan politik dan pada saat yang sama merupakan orang yang paling dikasihi oleh ayahnya. Fathimah as selalu menghormati posisi ayahnya di sisi Allah Swt dan senantia memanggil beliau dengan Rasul Allah. Fathimah as begitu akrab dan ketika bersama suaminya di jalan kesempurnaan, sehingga suaminya Ali as berkata, "Dengan memandang Fathimah, semua kesedihan saya hilang."

Dalam institusi rumah tangga yang penuh kehangatan, Zahra dan Ali adalah orang-orang yang dibesarkan dengan hebat dan unik, mereka kemudian mendidik pribadi-pribadi besar seperti Imam Hasan dan Husein yang abadi bagi sejarah dan teladan bagi manusia. Fathimah as hidup sebagaimana manusia lainnya di dunia, tapi ia tidak menyembah dunia, bahkan hatinya tidak tertambat pada dunia. Ia menunjukkan mampu menyeimbangkan antara dunia dan spiritualitas dan berlaku sedemikian rupa sehingga tampal lahir dunia dan atributnya tidak mencegah manusia untuk sampai pada kesempurnaan. Siapaun dapat hidup seperti Fathima as di dunia dan menikmati keindahannya, tetapi hati tetap berada dalam bingkai cinta kepada Allah Swt.

Keikhlasan dalam tindakan adalah jembatan menuju keselamatan dan kemenangan. Manusia yang tulus adalah orang yang terbebas dari batas kecenderungan jiwa dan mencapai ke dalam penghambaan murni. Seseorang yang ikhlas dengan seluruh keberadaannya, maka dirinya adalah keindahan, ingin kebaikan, berbuat baik dan kejujuran. Contoh sempurna dari sifat ini muncul dalam bentuk Fathima as.

Suatu hari, Nabi Saw sedang duduk di masjid. Seorang Arab Badui masuk dan berkata, "Wahai Rasulullah! Saya lapar. saya tidak punya pakaian yang sesuai. Saya tidak punya uang dan saya berhutang. Tolong saya!" Nabi Saw berkata kepada Bilal, "Bawa pria ini ke rumah Fathimah dan beri tahu putriku bahwa ayahmu telah mengirimnya."

Bilal datang dan menceritakan kisah itu kepada Sayidah Fathimah as. Ia membuka kalungnya yang merupakan hadiah, dan memberikannya kepada Bilal lalu berkata, "Berikan kalung ini kepada ayah saya untuk menyelesaikan masalah." Bilal kembali dan menyerahkan amanat tersebut Nabi. Rasulullah Saw berkata, "Siapa pun yang membeli kalung ini saya akan menjamin surga baginya."

Ammar Yasir membelinya dan membawa orang miskin tersebut ke rumahnya. Ia memberikan pakaian dan makanan kepadanya dan menggandakan jumlah pinjaman. Lalu Ammar memanggil budaknya dan berkata, "Kau bawa kalung ini ke rumah Fathimah Zahra as dan katakan itu sebagai hadiah. Saya juga menghadiahkanmu kepada Fathimah." Budak itu membawa dan memberikan kalung itu kepada Fathimah as dan berkata, "Ammar juga telah menghadiahkan aku kepadamu." Mendengar itu, Sayidah Fathimah as membebaskan budak itu di jalan Allah.

Budak itu kemudian berkata, "Aku terkejut!" Kalung yang indah dan penuh berkah! Ia mengenyangkan orang yang lapar. Memakaikan baju bagi yang tidak punya. Membayar pinjaman orang yang berutang. Membebaskan budak dan pada akhirnya kembali kepada pemiliknya."

Sayidah Fathimah tidak bisa dikenali dan diperkenalkan hanya dengan kata-kata. Putri Nabi Saw memiliki sejumlah sifat-sifat manusia yang unggul. Fathimah as menyajikan penggambaran yang indah dari gerakan murni dan sakral perempuan sepanjang sejarah. Bahkan Fathimah adalah kumpulan dari apa yang seharusnya dimiliki seseorang.

Ketika seseorang bertanya kepada Imam Mahdi af, "Manakah dari putri-putri Nabi Saw yang lebih tinggi derajat dan lebih utama?" Beliau menjawab, "Sayidah Fathimah as." Orang yang sama lagi bertanya, "Mengapa Fathimah as yang terbaik dari semuanya, sementara usianya lebih mudah dan lebih sedikit bersama Rasulullah Saw?" Imam Mahdi af menjawab, "Allah Swt menganugerahkan keutamaan dan keunggulan ini karena keagungan ketulusan dalam niatnya."

Kepribadian sempurna Fathimah Zahra as, penghulu perempuan menjadi titik balik dalam kehidupan perempuan Muslim, dan hari kelahirannya adalah waktu terbaik untuk mengetahui dan menghormati status tinggi perempuan, terutama para ibu. Perempuan Muslim yang telah menunjukkan martabat kemanusiannya telah menjadi penghangat institusi keluarga dan masyarakat dapat memanfaatkan kehadiran berpengaruh mereka.

 

Presiden Partai Islam Se-Malaysia (PAS) Abdul Hadi Awang pada Kamis, 28 Januari 2021 mempublikasikan sebuah artikel dan pernyataan mengenai pemerintahan baru Amerika Serikat.



DUA SISI DARI KOIN YANG SAMA

Ditulis oleh:

ABDUL HADI AWANG

Presiden Partai Islam Se-Malaysia (PAS),

Utusan Khusus Perdana Menteri untuk Timur Tengah

 

Dunia sangat menantikan pemilihan umum Presiden Amerika Serikat, sebuah pemilu yang diadakan di negara Barat pro-demokrasi terbesar di dunia. Sebuah negara yang mengklaim menjunjung tinggi kebebasan berbicara yang paling progresif itu dianggap sebagai contoh utama bagi seluruh dunia.

Konsep sekularisme yang mereka praktikkan memungkinkan mereka mengelak dari perhitungan agama mereka sendiri, namun agama itu sendiri tidak menawarkan petunjuk dalam urusan politik. Akhirnya, hal itu mengubahnya menjadi tubuh tanpa jiwa atau tubuh terputus dari kepalanya, yang merampas kapasitas intelektualnya untuk berpikir.

Mereka dapat dibandingkan dengan mesin yang digerakkan oleh motor tanpa pikiran  dan tergantung ke arah mana pengemudi berbelok. Jika pengemudi mabuk, maka dia akan jatuh ke tanah. Pada akhirnya, mereka akan hancur berkeping-keping seperti yang terjadi sebelumnya di Blok Timur dengan runtuhnya Uni Soviet dan negara-negara di bawah blok yang sama.

Peran agama hanya terlihat pada upacara pelantikan presiden di gereja usai memenangkan pemilu.

Baru-baru ini, dia hampir kehilangan kemenangan ini karena upaya perampasan kemenangan setelah sebelumnya gagal untuk mencurinya. Begitu parahnya keadaan ketika seseorang cenderung melakukan praktik-praktik ilegal dalam demokrasi yang konsepnya tidak mengandung semangat religius dan secara moral juga tidak berdaya.

Islam mirip dengan demokrasi yang mengakui peran otonomi rakyat dan hak-haknya dalam politik kenegaraan. Namun, politik Islam memiliki ruh tersendiri yang terdiri dari keyakinan ketuhanan dan visi akhirat.

Politik Islam juga mengandung konsep dosa dan pahala yang akan dipertanggungjawabkan manusia dengan memperhatikan kemampuan mukallaf (orang dewasa yang wajib menjalankan hukum agama/ orang yang bertanggung jawab) yang sehat secara mental, dan dipandu oleh akidah, syariah dan akhlak.

Apakah itu pemimpin terpilih atau pengikut yang memilihnya, semua akan dipertanggungjawabkan perbuatan mereka bersama dengan mereka yang memberikan dukungan hingga pemimpin memenangkan pemilihan dan terpilih sebagai pemimpin. Allah SWT dalam Surat al-Isra' berfirman:

يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ ۖ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَـٰئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا ﴿٧١﴾ وَمَن كَانَ فِي هَـٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا ﴿٧٢﴾

"(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. (71)

"Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)." (72)

Pada abad terakhir, Blok Islam pernah runtuh ketika mereka meninggalkan ajaran Islam sebagai ganti sekularisme yang menyebabkan runtuhnya Khilafah seperti yang dilakukan oleh Kemal Ataturk. Pergantian peristiwa ini mengubah Turki –kekuatan utama dunia Muslim– menjadi negara yang hina. Adapun negara-negara lain di dunia Muslim, mereka telah terbagi-bagi dan terpecah serta warisan mereka dibagi oleh penjajah Barat dan Timur.

Dalam ilmu politik, peradaban Islam telah memicu reformasi politik melalui modernisasi demokrasi Barat yang memberikan hak politik kepada rakyat. Namun, reformasi yang terjadi di Eropa abad pertengahan didasarkan pada konsep sekularisme, itulah sebabnya dampak negatifnya mulai terlihat saat ini.

Mereka hanya mempelajari Islam tetapi tidak memeluknya dan pengetahuan mereka tidak dijiwai dengan nilai-nilai Islam. Begitu juga dengan peradaban Islam yang mereka jiplakan dengan hanya mengambil aspek ilmu pengetahuan dan teknologi sampai pada taraf menghancurkan diri mereka sendiri.

Selain terpisah dari agama, politik di AS juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi keuangan dan media. Karena kedua aspek ini sebagian besar didominasi oleh Zionis, siapa pun yang terlihat sangat mendukung Israel, sudah dapat dianggap sebagai pemenang.

Oleh karena itu, baik Partai Demokrat maupun Partai Republik –siapa pun yang menang– keduanya akan tetap membantu dan mendukung Israel yang merupakan kiblat gerakan Zionis. Satu-satunya perbedaan adalah dari segi pendekatan namun dalam hal dukungan, sama persis. Begitulah perbedaan antara dua raksasa politik di Amerika.

Ini adalah situasi yang sangat tidak menguntungkan dan terutama bagi negara-negara Arab dan Muslim yang dipengaruhi oleh Zionis, di mana mereka harus "menari" sesuai dengan arah politik Amerika.

Pada saat mantan Presiden AS Donald Trump mendorong agenda normalisasi hubungan dengan Israel dan mengakui Baitul Maqdis sebagai ibu kota Israel ketika sedang agresif mengkampanyekan pemilu presiden di Amerika, beberapa negara Arab dan Muslim dengan bodoh memilih untuk bergabung dengannya.

Sekarang siapa yang tahu apa yang terjadi pada mereka setelah Trump mengalami kekalahan. Meski kedua partai yang bersaing dalam pemilu adalah pencuri, namun Trump tetap berani menuding lawan-lawannya mencuri pemilu.

Tindakan Trump adalah kenang-kenangan seorang pencuri yang ingin menyelamatkan dirinya dari kerumunan yang mengelilinginya dengan berteriak bersama mereka, "Pencuri! Pencuri!"

Ketika gagal, taktik diubah menjadi perampokan dengan menyerang Gedung Kongres (Capitol Hill), tetapi ini juga menemui kegagalan.

Adapun Joe Biden yang memenangkan pemilu, kebijakan yang sama akan tetap ada karena dia juga di bawah pengaruh Zionis, satu-satunya perbedaan hanyalah pendekatannya yang lebih halus. Ini hanyalah salah satu dari upaya mereka untuk mencapai tujuan mereka setelah semuanya gagal.

Oleh karena itu, pendekatan diplomatik yang lembut dipilih untuk menggunakan pengaruhnya sehingga negara-negara lain dapat dipesan dan diatur sesuka mereka.

Ini mirip dengan realitas politik di AS. Papan catur dan bidak catur tua yang sama, hanya pemainnya saja yang diganti.

Negara-negara lain hanya dipandang sebagai bidak catur yang akan bergerak sesuai dengan keinginan para pemainnya dan tidak dapat bergerak sendiri. Biarpun itu adalah raja, kuda (Knight) atau bidak, pergerakan mereka tetap bergantung pada siapa pemainnya.

Biden adalah pendukung kebijakan sebelumnya tentang Israel dan intervensi dalam urusan negara Muslim seperti invasi ke Afghanistan dan perbudakan orang-orang Kurdi di dekat perbatasan Turki, Suriah, Irak dan Iran. Ini juga termasuk memicu perang proxy di Suriah, Libya dan Yaman, memecah belah Irak, mengepung Iran dan mengancam semua negara yang menolak untuk berpartisipasi dalam skema mereka.

Perubahan kekuasaan pemerintah AS menjadi Biden terjadi hanya karena intervensi sebelumnya gagal. Karena mereka gagal mengambil alih kendali situasi, para pemain perlu diubah.

Biden tetap mempertahankan kebijakan yang sama dengan penambahan perubahan kecil agar sesuai dengan situasi saat ini terutama dalam menghadapi kebangkitan umat Islam.

Sekarang negara-negara saling bersaing dalam mengekspresikan dukungan untuk pemenang dengan harapan bisa mengandalkan AS yang dianggap mapan.

Mereka menolak untuk menyerah dengan harapan mempertahankan kekuasaan mereka dengan dukungan dari AS atau mendapatkan kekuasaan dengan bantuan dari negara ini.

AS dapat mempertahankan perannya selama ada orang-orang yang bersedia menjadi pelayan mereka atau meminta untuk menjadi pelayannya. Kelompok ini akan dimanipulasi seperti biasa.

Semua rencana AS bisa terlaksana selama masih ada bangsa-bangsa atau negara-negara yang masih menderita mentalitas penjajahan meski sudah puluhan tahun mendeklarasikan kemerdekaannya.

Namun, hari ini mereka masih hidup di bawah pengaruh mantan penjajah mereka meskipun yang terakhir telah jatuh satu per satu di negaranya masing-masing.

Beberapa masih tergantung secara finansial yang terlihat dari tindakan mengadopsi dolar AS ke dalam sistem keuangan mereka. Mereka bahkan tidak tahu apakah harus menyerahkan sesuatu sebagai jaminan atau tidak atau apakah uang itu hanya kertas cetak biasa atau sebaliknya.

Sebagian lainnya masih bertumpu pada Dana Moneter Internasional (IMF) yang didukung oleh kaum Yahudi berupa riba, sebuah konsep Zionis yang dibenci Allah SWT.

Di sisi lain, sebagian lainnya mendapat bantuan persenjataan dari Zionis asalkan mereka memperbudak diri mereka kepada Zionis untuk menjaga kepentingan negara yang masih dianggap sebagai kekuatan besar. Mereka harus disembah seolah-olah mereka Yang Maha Kuasa dan mampu tetap abadi seperti Tuhan.

Meski hanya ada satu dolar, namun tetap memiliki dua sisi. Satu-satunya perbedaan adalah ilustrasi di setiap sisi. Namun, beberapa negara tetap bergantung pada uang kertas satu dolar yang pada akhirnya akan robek.

Mereka harus berpegang pada prinsip mereka dengan menjadi mandiri dan mencari teman yang baik atau tidak jahat daripada bergantung pada negara yang terang-terangan melakukan kerusakan. Membantu mereka sama dengan membantu mereka yang memiliki motif tersembunyi.

Tujuan bantuan ekonomi AS ke sebuah negara hanya untuk melanjutkan penjajahan ekonomi setelah penjajahan politik dan militer berakhir, bukan untuk membantu negara itu.

Penyediaan senjata bukan untuk memperkuat negara itu sendiri, tetapi untuk menjaga kepentingan dan keamanan negara yang bertindak sebagai tuannya. Negara, dengan demikian, bersedia memicu perang saudara atas nama tuannya.

Mereka harus mengamati dan memperhatikan negara-negara yang mampu mempertahankan kedaulatannya seperti Jerman dan Jepang yang kalah telak selama Perang Dunia. Saat itu, mereka juga terikat dengan persyaratan yang ketat. Namun, mereka tetap mengembangkan sumber daya manusianya secara mandiri dilengkapi dengan identitas, budaya dan bahasa mereka sendiri untuk pulih dari kerugian mereka.

Ini mirip dengan Rusia dan China yang pernah kalah dalam Perang Dingin di era sebelumnya. Kini kedua negara bisa dijadikan contoh dalam hal kemampuan bertahan dan membangun kembali diri menjadi kekuatan utama.

Begitu pula dengan Korea Utara yang dipandang inferior, juga bisa memantapkan dirinya meski dengan cara yang dianggap bodoh bagi orang lain. Venezuela yang dianggap preman di Amerika Latin masih bisa bertahan hidup tanpa bantuan dari penjajahnya.

Belakangan ini, dua negara Muslim, yaitu Turki dan Iran tampaknya telah bangkit sendiri dan menolak untuk "menari" mengikuti irama pemilu Amerika. Ini pertanda yang sangat positif.

Sayangnya, negara-negara yang kaya akan sumber daya alam tetapi kurang prinsip dan martabatnya masih mengemis simpati dari pemenang pemilu di Amerika. Kenyataannya, pemilu bahkan tidak diadakan di negara itu sendiri atau kalaupun ada, hanya sebatas nama.

Ini sangat disayangkan bahwa mereka menginvestasikan terlalu banyak kekayaan mereka di AS dan Eropa daripada membantu negara rakyat mereka sendiri. Akhirnya, kekayaan diinvestasikan di tempat yang menyimpang dari bidang yang dituju.

Mereka hanya bersenang-senang di perjudian dan klub olahraga karena mereka sangat bergantung pada pesta yang bahkan bukan kerabat dekat mereka.

Ia mencapai tingkat bahwa pengeluaran untuk pertahanan lebih besar hanya untuk melancarkan perang saudara satu sama lain, daripada untuk melawan musuh negara dan rakyat. Bahkan, senjata dibeli untuk membunuh teman atau diri sendiri.

Mari kita semua merefleksikan diri kita sendiri dan melakukan perubahan positif, dengan membebaskan diri kita dengan menjadi bangsa yang benar-benar merdeka dan berdaulat. Membangun identitas dan persatuan di antara umat Islam. Jangan terpecah, baca al-Quran dalam bahasa ibu Anda sendiri. Allah SWT dalam Surat al-Anfal berfirman:

وَأَطِيعُوا اللَّـهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّـهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿٤٦﴾

"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (46)

Lantas, apa gunanya kaya raya jika jiwa keji dan buruk.

28 Januari 2021/14 Jumadil Akhir 1441 H

 

Sejak 500 tahun lalu, yakni di era Safawiyah dimana wacana pemerintah-rakyat memiliki arti baru di Iran, negara Iran secara bertahap menjadi perhatian kekuatan dunia.

Pentingnya strategis Iran dan perluasan hubungan internasional saat ini, menyebabkan masalah kebijakan luar negeri Iran melampaui ranah perdamaian dan perang dengan tetangganya dan untuk membangun semacam hubungan antara kebijakan luar negeri Iran dan sistem internasional.

Interaksi ini menyebar ke tingkat yang jauh lebih tinggi dari sekitar dua ratus tahun yang lalu, selama periode Qajar. Pada saat ini, kedua kekuatan, Rusia dan Inggris, bersaing ketat untuk mendapatkan posisi yang baik di Iran, dan pemerintah Iran yang lemah pada saat itu mencoba untuk mencapai keseimbangan positif antara kedua negara adidaya dan membuat pihak-pihak puas dengan memberikan beberapa konsesi untuk kedua negara menjaga keamanan dan stabilitas politik mereka.


Pengaruh dan intervensi orang asing, khususnya pemerintah Rusia dan Inggris selama periode Qajar, sedemikian rupa sehingga konfrontasi dengan orang asing dan memperoleh kemerdekaan secara bertahap menjadi salah satu tuntutan terpenting rakyat dalam Revolusi Konstitusi, dan tuntutan ini di tahun-tahun berikutnya, terutama di tahun-tahun setelahnya, Perang Dunia I menjadi lebih menonjol. Saat itu, meskipun kebijakan netralitas yang dianut oleh pemerintah Iran, negara tersebut juga menjadi mangsa api perang dengan campur tangan negara-negara yang terlibat dalam perang dunia ini, dan akibat dari perang dunia tersebut tidak lain adalah meluasnya kelaparan, waba dan masalah ekonomi yang parah dan ketidakstabilan politik bagi pemerintah dan rakyat Iran.

Pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II, karena terbentuknya sistem bipolar dan pembentukan sistem keseimbangan baru dalam sistem internasional yang dikenal sebagai Perang Dingin, hampir semua negara dipaksa untuk bergabung dengan salah satu dari dua blok Barat dan Timur dipimpin oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Namun pada puncak perjuangan anti kolonial di dunia, sejumlah negara Asia dan Afrika memutuskan untuk menempuh kebijakan merdeka dalam hubungan internasional untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada blok Timur dan Barat serta kemerdekaan dari Amerika Serikat dan Soviet. Untuk itu pada April 1955 digelar Konferensi pertama negara-negara Asia dan Afrika untuk mendirikan gerakan non blok baru di Bandung, Indonesia.

Konferensi tersebut perwakilan dari negara-negara yang berpartisipasi memberi penghargaan kepada Dr. Mohammad Mossadegh, pemimpin sah pemerintah Iran, yang membuat marah Inggris karena mengejar nasionalisasi industri minyak negaranya dan digulingkan oleh kudeta gabungan AS-Inggris pada tahun 1953, sebagai pelopor kebijakan non blok di dunia ketiga dan perjuangannya melawan pemerintahan kolonial.

Pada konferensi lain di Beograd pada September 1961, Gerakan Non-Blok mengadopsi kebijakan neraca negatif Dr. Mohammad Mossadegh, yang telah diadopsi dan diterapkan selama tahun-tahun nasionalisasi industri minyak dan perjuangan melawan Inggris. Dengan mengadopsi kebijakan keseimbangan negatif, Perdana Menteri Iran mampu mengakhiri intervensi negara-negara kuat di Iran dan memberikan model praktis non-komitmen dalam dunia bipolar kepada para pecinta kemerdekaan di dunia.

Apa yang digulirkan di Revolusi Islam Iran di bawah slogan tidak timur dan tidak Barat, terlepas dari ajaran agama dan al-Quran serta penenakannya untuk tidak bergantung serta menolak hegemoni, dari sisi sejarah dan politik memiliki akar pada kebijakan keseimbangan negatif yang digulirkan di era nasionalisasi minyak dan kemudian menjadi teladan negara-negara anggota Gerakan Non-Blok.Kebijakan keseimbangan negatif berarti kemerdekaan negara dari campur tangan kekuatan asing.Kekuatan asing juga termasuk semua kekuatan yang ingin mencegah perkembangan politik, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat dengan menciptakan hubungan yang hegemonik dan tidak setara.


Bangsa Iran percaya bahwa kemerdekaan nasional dan tidak campur tangan orang asing dalam urusan internal negara adalah hak alami dan tidak dapat dicabut dari semua bangsa dan tidak bersedia menarik diri dari hak yang tidak dapat dicabut ini dengan biaya berapa pun, mengingat pengalaman sejarah yang tidak menyenangkan dari  intervensi Rusia dan Inggris di Iran. Kebijakan keseimbangan negatif memandang semua kekuatan asing dengan satu mata dan menolak keras prinsip pembebasan dari Barat dengan mengorbankan ketergantungan pada Timur. Hal ini serupa dengan kebijakan yang telah ditempuh oleh pemerintah Iran dalam waktu yang singkat, pada masa kepresidenan Mirza Taghi Khan Farahani atau Amirkabir, dengan perbedaan bahwa tidak ada ketergantungan pada kekuatan ketiga dalam kebijakan keseimbangan negatif, tapi dukungan kebijakan ini adalah kesadaran dan dukungan rakyat.

Meskipun kebijakan keseimbangan negatif pemerintah sah Iran dalam perjuangan nasionalisasi industri minyak menjadi model bagi banyak negara tertindas untuk memperoleh kemerdekaan dan mengadopsi kebijakan non-blok antara blok Timur dan Barat, tetapi dengan kudeta  Amerika dan Inggris tahun 1953, tiran Shah Iran yang menganggap keberlangsungan kekuasaannya berhutang pada Washington secara resmi menjadi anggota blok Barat dan dengan memberi konsesi ekonomi, politik dan hukum yang besar kepada Amerika dan menjalin penrjanjian militer serta keamanan dengan negara ini, Iran berubah menjadi negara boneka Amerika.

Shah dengan bersandar pada dukungan AS dan mempertimbangkan pendapatan minyak yang kaya dan peralatan militer dan keamanan canggih yang dia beli dari Amerika Serikat, telah membuat atmosfer dalam negeri penuh dengan ketakutan. Pemerintahan despotik Reza Shah Pahlevi selain menghancurkan idependensi negara dan bergantung pada pemerintahan Barat khususnya AS, juga menghapus kebebasan politik serta sipil warga serta mengubah pemerintahan konstitusional menjadi monarki mutlak dan despotik di mana kubu oposisi langsung ditindas serta tidak ada ijin bagi siapapun untuk mengkritik atau menentang pemerintah.

Di kondisi seperti ini, Revolusi Islam Iran yang dipimpin Imam Khomenini dibentuk untuk menghidupkan independensi dan kebebasan bangsa Iran. Dengan slogan tidak Timur dan tida Barat, Imam Khomeini berhasil mengubah independensi sebagai salah satu poros utama wacana Revolusi Islam dan menjadikannya sebagai dasar kebijakan luar negeri Republik Islam. 

Ayatullah Sayid Mahmoud Taliqani, kuran dari satu bulan setelah kemenangan Revolusi Islam di sebuah acara memperingati wafatnya Dr. Mohammad Mossadegh menyebutkan, "Dr. Mossadegh seperti seorang dokter profesional, menekan jarinya ke titik sakit dan mengatakan kita harus netral di dunia timur dan barat. Dia menyebutkan tesis non blok, tesis yang dikejar oleh Gamal Abdul Nasser dan Nehru dan Soekarno." Kemudian sikap Imam Khomeini dalam menjelaskan kebijakan menjadi landasan bagi kebijakan luar negeri Iran dan dicatat di konstitusi di mana dijelaskan di pasal 152 untuk menolak segala hegemoni dan dominasi, mempertahankan kemerdekaan penuh dan integritas wilayah negara, membela hak-hak semua Muslim dan tidak memihak kekuatan-kekuatan yang mendominasi dan menjalin hubungan timbal balik yang damai dengan negara-negara non-kombatan.


Prinsip ini dan slogan tidak timur dan tidak barat yang menjadi acuan dari kebijakan kementerian luar negeri Iran, mengindikasikan independensi negara di tingkat internasional dan penolakan terhadap hegemoni serta ketergantungan terhadap negara lain, khususnya kekuatan timur dan barat, tapi tidak berarti penolakan hubungan positif dengan seluruh negara dan berdasarkan prinsip saling menghormati. Dengan kata lain, tujuan final dari implementasi prinsip tidak timur dan tidak barat adalah penolakan terhadap hegemoni asing, bukan melemahkan akar hubungan dengan seluruh negara.

Dengan landasan ini, Republik Islam Iran selain mempertahankan independensinya dari Barat dan Timur, senantiasa berusaha menjalin hubungan baik dengan negara lain. Pendekatan ini juga tetap dilanjutkan di era Ayatullah Khamenei dan menjadi landasan kebijakan luar negeri Iran selama 30 tahun kepemimpinan beliau. Terkait hal ini, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Garis utama kebijakan luar negeri Iran, di mana prinsip mendasarnya adalah tidak timur dan tidak barat, tidak pernah mengalami perubahan dan tidak akan pernah...Prinsip tidak timur dan tidak barat artinya tidak menyerah pada ketamakan kubu arogan dan melawan secara serius penyerang kepentingan umat Islam."
Tags

Jumat, 05 Februari 2021 16:28

Revolusi Islam, Pencetak Generasi Unggul

 

Peradaban Islam di sepanjang sejarah telah melahirkan para elit intelektual yang meninggalkan karya-karya berharga, memainkan peran kritis, dan memiliki kontribusi yang luar biasa di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Faktanya, kemajuan peradaban Islam didorong oleh kerja keras dan sumbangan para insan unggul yang bangkit dan mengukir sejarah. Para elit intelektual tidak berbuat semata-mata untuk kepentingannya sendiri. Mereka adalah orang-orang pilihan yang memiliki motivasi untuk melayani, bukan mengejar kekuasaan. Banyak dari mereka, karena berbagai alasan, memiliki rasa cinta kemanusiaan yang tinggi dan menikmati pengabdian yang tulus dengan dukungan agama.

Salah satu karakteristik Revolusi Islam Iran – sebagai revolusi berbasis agama – adalah menciptakan para elit intelektual dan pahlawan yang tak terhitung jumlahnya, dan jumlah mereka semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia revolusi ini.

Sejak awal kemenangan, perkembangan ilmu pengetahuan mendapat tempat yang tinggi dalam cita-cita Revolusi Islam dan pemikiran pemimpinnya, Imam Khomeini ra, karena peristiwa besar ini berusaha memenuhi salah satu tuntutan bersejarah bangsa Iran yaitu mencapai pembangunan dan kemajuan, dan hal ini tidak mungkin tercapai kecuali dengan bertumpu pada ilmu pengetahuan.

Revolusi Islam, dengan identitas religius, ilmu pengetahuan, dan kewajiban menuntut ilmu dari satu sisi, dan membangun independensi dan rasa percaya diri di sisi lain, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem nilainya. Kewajiban menuntut ilmu dan kebutuhan akan sains untuk kemandirian dan kemajuan bangsa, telah menciptakan kondisi yang tepat untuk meraih kemajuan ilmu dan budaya ilmiah di tengah masyarakat Iran.

Program kegiatan ilmiah Iran tidak terbatas pada sains dan teknologi, tetapi juga mengejar kemajuan pengetahuan dan mendidik para ilmuwan dan elit intelektual di segala bidang, termasuk militer, budaya, politik, sosial, dan bidang-bidang lain.

Setelah Imam Khomeini ra wafat, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menganggap para elit intelektual sebagai andalan dan tumpuan masyarakat, dengan kata lain, “aset spiritual masyarakat.” Jelas bahwa aset spiritual tidak bisa dinilai dengan kekayaan materi. Sejalan dengan itu, kekayaan spiritual ini menemukan nilai yang sangat tinggi, meskipun ilmu dan keahlian seseorang akan menjadi poin pembedanya dengan orang lain dan sarana untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera.

Ketika usia Revolusi Islam belum genap satu tahun, Presiden Irak Saddam Hussein menginvasi Iran dengan slogan tiga hari penaklukan dan meluncurkan perang yang tidak seimbang ke Iran selama delapan tahun. Fenomena langka dalam perang ini adalah partisipasi banyak anak muda yang meninggalkan bangku sekolah dan universitas, mereka bergegas ke medan perang atas perintah Imam Khomeini.

Selama perang ini, muncul para pemuda pemberani di mana masing-masing memiliki semangat iman, jihad, dan perlawanan yang luar biasa. Di masa sulit akibat perang yang dipaksakan ini, mereka telah mengawinkan antara ilmu pengetahuan dan iman sehingga negara – dengan segala keterbatasannya – mampu menghadapi pasukan Saddam yang mendapat dukungan dari Timur dan Barat.

Pada tahun yang sama, para elit universitas meluncurkan gerakan jihad ilmiah untuk menciptakan kemandirian negara. Setelah perang berakhir, generasi muda Iran – dengan dukungan Pemimpin Besar Revolusi – mampu mencapai jenjang kemajuan dan membawa Revolusi Islam melewati jalan terjal.

Para elit intelektual Iran di bawah sistem revolusioner, tidak hanya mengejar aspek teknologi saja, tetapi mereka juga menjadi pelita bagi banyak kemajuan di bidang budaya dan sosial, seperti menghidupkan gerakan jihad ilmiah dan budaya di universitas-universitas.

Sebelum Revolusi Islam, Iran tidak memiliki lembaga yang memayungi para elit intelektual. Namun, pasca revolusi khususnya dalam dua dekade terakhir, Pemimpin Besar Revolusi Islam atau Rahbar Ayatullah Sayid Ali Khamenei, mengambil langkah-langkah seperti membentuk lembaga untuk menjaring dan mendukung para elit intelektual. Rahbar memainkan peran penting dalam menghidupkan gerakan dan kebangkitan ilmiah di Iran.

Republik Islam mendirikan Iran National Elites Foundation pada tahun 2006 sehingga kapasitas ilmiah para elit intelektual dapat diarahkan untuk pembangunan negara dan mewujudkan gerakan revolusioner ke arah produksi pengetahuan. Saat ini lebih dari 12.000 elit intelektual dan pemilik talenta terbaik dibina dan didukung oleh Iran National Elites Foundation.

Rahbar menganggap salah satu tugas penting para elit intelektual Iran adalah berperan untuk mematahkan monopoli di bidang ilmu pengetahuan global. Rahbar menilai bahwa untuk mewujudkan Iran yang kuat dan religius, negara harus mendidik generasi yang berani, pintar, berperadaban, inovatif, visioner, dan percaya diri. "Mereka harus menyiapkan dirinya untuk tujuan ini dan bergerak secara serius, dengan kata lain menjadi pemuda yang revolusioner. Para pemuda berprestasi adalah motor penggerak generasi seperti itu," tambahnya.

Pelaksanaan lebih dari 10 pertemuan dengan para elit intelektual setiap tahun dan pertemuan mingguan secara rutin dengan mereka, merupakan bukti atas perhatian besar Ayatullah Khamenei atas kemajuan ilmiah. Rahbar percaya bahwa mengidentifikasi, membina para elit intelektual, dan menempatkan dalam sebuah kelompok yang saling terkait, dapat menciptakan lompatan dalam pembangunan dan kemajuan di Iran.

Berdasarkan statistik yang diterbitkan sebelum Revolusi Islam, Iran sama sekali tidak memiliki ilmuwan top dunia, tetapi pada 2016, menurut situs internasional yang kredibel, Web of Science, Iran memiliki 208 ilmuwan hebat yang namanya berada di antara satu persen para ilmuwan top dunia. Pemeringkatan ini didasarkan pada jumlah makalah ilmiah yang diterbitkan dalam 10 tahun terakhir di 22 bidang studi. Namun, para guru besar hauzah ilmiah dan pakar ilmu-ilmu keislaman tidak dianggap dalam kelompok ini.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan muda Iran telah menciptakan berbagai inovasi dan pencapaian di berbagai bidang sains, termasuk sel punca, nanoteknologi, bioteknologi, nuklir, teknik, dan cabang-cabang lain.

Musuh-musuh revolusi khususnya Amerika Serikat, mencoba menghalangi kemajuan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan Iran. Mereka menggunakan tuas tekanan, termasuk sanksi di bidang ilmiah dan teknologi untuk mengisolasi Iran dan menciptakan ketergantungan. Sanksi merupakan tantangan besar bagi para elit intelektual untuk membuka jalan baru, belum lagi jumlah sanksi terus bertambah dari hari ke hari, namun mereka berhasil membuktikan potensinya.

Vaksin Corona buatan Iran.
Sistem hegemoni selalu berusaha untuk merampas aset yang sangat berharga ini dari tangan bangsa-bangsa dengan tujuan memonopoli sains dan teknologi. Mereka ingin memonopoli sesuatu yang bisa mendatangkan kekayaan dan kekuatan.

Pembunuhan para elit dan tokoh nasional Iran merupakan salah satu cara kekuatan hegemoni untuk menghancurkan harta karun ini dari sebuah bangsa. Hari ini, tujuan musuh dari meneror ilmuwan nuklir dan elit militer Iran adalah untuk menghentikan Revolusi Islam.

Pembunuhan tokoh hebat Iran di Baghdad, seperti Jenderal Qasem Soleimani, dan ilmuwan lain seperti Syahid Mohsen Fakhrizadeh, bertujuan untuk menghentikan cita-cita luhur Revolusi Islam. Di awal kemenangan Revolusi Islam, musuh membunuh tokoh-tokoh seperti Syahid Muthahari, Mufatteh, Beheshti, Rajaei, Bahonar, dan lain-lain dengan tujuan menghentikan gerakan revolusi, dan sekarang mereka ingin mengulangi cara yang sama.

Namun terlepas dari semua konspirasi, Republik Islam Iran kini mengambil langkah cepat di bidang riset untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Para peneliti dan ilmuwan Iran – tanpa ketergantungan pada negara maju – telah mengukir prestasi besar di berbagai bidang sains seperti, produksi sel punca, kloning, energi nuklir, dan nanoteknologi.

Salah satu karya ilmiah terbaru yang ditorehkan oleh para ilmuwan Iran adalah memproduksi vaksin virus Corona dan alat-alat yang diperlukan untuk penanganan pandemi ini.