کمالوندی
Chomsky: Lanjutkan Sanksi atas Iran, Trump Idap Sadisme
Intelektual kenamaan Amerika Serikat menyebut berlanjutnya sanksi Washington terhadap Iran di masa pandemi Corona, sebagai sadisme total.
Noam Chomsky, Sabtu (2/5/2020) dalam wawancara dengan IRNA memprotes keras kebijakan tekanan maksimum Amerika, dan penambahan sanksi terhadap rakyat Iran di puncak wabah Virus Corona.
Ia menuturkan, sanksi Amerika tidak punya landasan hukum, dan berlanjutnya sanksi ini di masa pandemi Covid-19 adalah sadisme total atau penyakit senang menyiksa orang lain yang diidap rezim Donald Trump.
Chomsky menambahkan, wabah Corona mengerikan, tapi menyerahkan kelola negara, dan masalah politik Amerika ke tangan seorang seperti Trump, jauh lebih berbahaya.
Sebelumnya intelektual Amerika ini mengatakan, salah satu dimensi politik paling mengguncang, dan paling mengerikan yang ditunjukkan Trump adalah sanksi Iran untuk memberi penderitaan maksimum terhadap rakyat negara itu secara sadar.
Ketua Partai CHP: Kekuasaan Erdogan akan Segera Berakhir
Ketua Partai Rakyat Republik Turki, CHP, Kemal Kilicdaroglu sembari memprotes kebijakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, kekuasaan Erdogan akan segera berakhir, dan itu pasti.
Fars News (1/5/2020) melaporkan, Kilicdaroglu, Jumat (1/5) dalam sebuah wawancara televisi terkait kebijakan Erdogan menuturkan, kebijakan Erdogan, otoriter dan tidak pernah memperhatikan hak warga negaranya, hal ini menyebabkan peningkatan angka kemiskinan, kebodohan, penindasan terhadap rakyat, masalah ekonomi, keuangan dan sosial di Turki.
Kilicdaroglu menuduh Presiden Turki bertanggung jawab atas semua kesalahan yang menyebabkan penyebaran Virus Corona di negara ini, dan kalalaian dalam mengambil langkah pencegahan.
Ketua Partai CHP menambahkan, Erdogan tidak membolehkan kritik di negara ini.
Hikmah Dibalik Kisah Kepolosan Anak Kecil
Diceritakan, seorang gadis kecil memasuki sebuah toko bahan makanan, kemudian dia menyodorkan selembar kertas kepada penjual dan berkata: “Ibu saya mengatakan supaya Anda memberikan semua yang tertulis dalam daftar ini kepada saya dan ini uangnya.”
Tukang kelontong mengambil kertas itu dan menyiapkan apa yang tertulis di kertas tersebut dan memberikannya kepada anak perempuan itu. Kemudian dia tersenyum dan berkata: “Karena kau anak baik dan patuh kepada ibumu, ambillah segenggam cokelat ini sebagai hadiah.”
Tapi gadis kecil itu diam saja di tempatnya. Pemilik toko merasa kalau anak tersebut malu untuk mengambil cokelat, berkata: ” Anakku! Janganlah kau malu, majulah kemari, ambil sendiri cokelatmu.”
Gadis kecil itu menjawab: “Paman! Aku tidak ingin mengambil cokelat sendiri, tidak bisakah kau mengambilkan untukku? ”
Pemilik toko terheran dan bertanya: “Kenapa putriku? Apa bedanya?”
Gadis kecil itu berkata sambil tertawa kecil: “Genggaman Anda lebih besar dari genggaman tangan saya!”
Banyak dari kita orang dewasa, perhatian kita pun tidak sebesar anak kecil tersebut, dimana kita sebagai orang dewasa sudah semestinya tahu bahwa tangan Tuhan lebih besar daripada tangan-tangan manusia, oleh karena itu jangan sampai kita melupakan-Nya.
Hidup Itu Singkat
Dikisahkan bahwa pada suatu hari, salah satu Nabi ilahi dalam perjalanannya bertemu dengan seorang pria yang sudah tua dan aneh, yang telah membuat sebuah tempat di atas pohon tua dan sibuk dengan ibadah kepada Tuhannya disana. Pada akhirnya Nabi mulai membuka pembicaraan dengannya dan bertanya: “Kenapa kamu tinggal di sini?”
Dia berkata: “Pada saat muda saya bermimpi yang menggabarkan kepada saya bahwa saya tidak akan hidup lebih dari 900 tahun, jadi saya merasa seperti saya menyia-nyiakan hidup yang singkat ini dengan membangun sebuah rumah dan kehidupan.”
Nabi berkata: “Tetapi telah sampai kepada saya berita bahwa akan datang suatu zaman dimana manusia tidak akan berumur lebih dari 80 atau 90 tahun, namun mereka akan membangun istana-istana dan menara untuk diri mereka sendiri.”
Dia berkata: “Jika hidup saya 90 tahun, saya akan menghabiskannya hanya dengan sujud.”
Allah SWT Tidak Mensyariatkan Sesuatu dengan Tanpa Tujuan
Alkisah, salah satu dari teman Bahlul berkata: “Wahai Bahlul! Jika saya makan buah anggur, apakah itu haram? Bahlul bilang tidak! Dia bertanya lagi: “Jika setelah makan anggur saya berbaring berjemur, apakah itu haram?” Bahlul: Tidak! Dia pun bertanya lagi: “Kalau begitu, bagaimana bisa, jika kita memasukkan buah anggur ke dalam mangkuk dan meletakkannya di bawah sinar matahari dan meminumnya setelah beberapa saat itu haram?”
Bahlul berkata: Lihat! Aku sedang menyiramkan air dimuka Anda. Apakah kamu merasa sakit? Dia berkata: Tidak! Bahlul berkata: “Sekarang, saya menaruh tanah yang lembut di pipi Anda.” Apakah kamu merasa sakit? Dia berkata: Tidak! Lalu dia mencampur tanah dan air bersama-sama dan membuat bola lumpur dan dengan keras memukulkannya ke dahi pria itu!
Pria itu menjerit kesakitan dan berkata: “Ah.. Kepalaku berdarah!” Bahlul berkata dengan heran: “Kenapa? Aku tidak melakukan apa-apa! Bola ini bukannya hanya berupa campuran air dan tanah yang sama, dan Anda seharusnya tidak merasakan sakit.”
Akhirnya teman Bahlul pun sadar bahwa apa yang telah dikatakan sebelumnya itu tidaklah benar, karena hukum syariat yang telah ditentukan oleh Allah SWT kepada umat manusia itu berdasarkan subjeknya, ketika anggur berubah menjadi sesuatu yang lain dan membahayakan manusia secara ruh ataupun materialnya maka sudah pasti itu diharamkan oleh Allah SWT.
Kenapa Kita Tidak Melihat Tuhan?
Diceritakan bahwa seorang murid bertanya kepada gurunya: Guru! Jika Anda menunjukkan kepada saya Tuhan, saya akan menyembah-Nya, dan sebelum saya melihat Tuhan, saya tidak akan menyembahnya.”
Guru itu pergi ke belakang kelas dan memberi tahu muridnya, “Apakah kamu melihat saya?”
Murid itu menjawab: “Tidak guru! Saat kau di belakangku, aku pasti tidak melihatmu.”
Guru itu pun pergi ke sampingnya, menatapnya dan berkata:
Kamu tidak akan pernah melihat Tuhan sampai kamu berpaling kepada-Nya.
Karena Sepotong Roti Dia Hidup Lima Puluh Tahun Lagi
Diceritakan bahwa Nabi Isa (as) duduk di tengah kerumunan, kemudian datanglah seorang pria pemotong kayu yang melewati jalan itu sedang merasa bahagia sambil makan roti, nabi Isa (as) pun bertanya kepada sahabat yang ada di sekelilingnya: “Apakah kalian tidak terkejut bahwa pria ini tidak akan hidup lebih dari satu jam.”
Tapi mereka terkejut ketika melihat orang tersebut pada penghujung hari masih tetap hidup dengan membawa seikat kayu bakar, dan kemudian mereka pun bertanya perihal belum meninggalnya orang ini kepada Nabi (as). Setelah beliau mengucap salam kemudian berkata kepada penebang kayu: “Bukalah pengikat kayu bakarmu, saat dia membukanya, dia melihat ular hitam berada di sela-sela kayu bakarnya, Nabi (as) berkata: “Ular itu seharusnya sudah membunuh orang ini, tapi apa yang kamu lakukan sehingga selamat dari bahaya besar ini?”
Dia berkata: “Saat saya sedang makan roti, seorang miskin lewat di depan saya, saya memberinya sedikit, dan dia berdoa untuk saya.”
Nabi (as) berkata: “Akibat dari do’a orang miskin ini Tuhan mengangkat musibahmu dan kamu akan hidup lima puluh tahun lagi.”
Hadist Nabi SAW Tentang Menuntut Ilmu
Nabi Muhammad (SAW) bersabda:
اَلْعِلْمُ حَیاةُ الاِسْلامِ وَ عِمادُ الاْیمانِ وَ مَنْ عَلِمَ عِلْما اَتـَمَّ اللّه لَهُ اَجْرَهُ وَ مَنْ تَعَلَّمَ فَعَمِلَ عَلَّمَهُ اللّه ما لَمْ یَعْلَمْ.
Artinya : “Ilmu pengetahuan adalah kehidupan Islam dan dasar iman. Dan siapapun yang menimba Ilmu, Allah SWT akan menyempurnakan pahalanya dan setiap orang yang belajar dan mengamalkannya, Allah SWT akan mengajarkan kepadanya apa yang tidak ia ketahui.”
Kisah Antara Si Miskin dan Si Kikir
Dikisahkan seorang miskin datang ke rumah tetangganya yang kikir dan berkata, “Saya mendengar Anda bernazar akan memberikan sedikit uang Anda kepada orang yang membutuhkan, dan saya sekarang sedang sangat membutuhkan bantuan Anda, maka berilah saya sesuatu!”
Si kikir menjawab, “Aku bernazar untuk orang-orang buta.”
Si miskin itu menimpali, “Saya juga orang buta.
Jika saya bisa melihat, maka tidak mungkin saya datang dari pintu rumah Tuhan
Pentingnya Do’a Seorang Ibu
Alkisah, seorang Arif besar bernama Bayazid Bastami ditanya: “Bagaimana Anda memperoleh kedudukan yang agung ini? Pada suatu malam, ibuku meminta air kepadaku. Aku lihat disekeliling tidak ada air di rumah. Kemudian aku mengambil kendi air dan pergi ke mata air untuk aku bawa ke rumah. Ketika aku kembali, ibuku telah tertidur. Akhirnya aku berkata kepada diri sendiri, “Jika aku bangunkan, aku akan merasa bersalah, lalu aku berdiri menunggu sampai ibu terbangun. Saat fajar, dia bangun dari tidurnya dan bertanya, “Kenapa kamu berdiri?” lalu Aku menceritakannya. Dia berdiri untuk melakukan sholat, dan setelah menunaikan sholat, dia berdoa dan berkata: “Ya Tuhan! Sebagaimana Engkau menjadikan anak ini hebat dan penuh kasih, maka jadikanlah dia pula hebat dan dicintai di tengah manusia.”
Dari cerita di atas dapat disimpulkan bahwa mendapatkan keridhoaan seorang ibu dapat membawa seseorang ke kedudukan spritual yang tinggi. Seperti tokoh sufi tersohor Bayazid Busthami yang tak asing lagi bagi para penimba ilmu tasawuf khususnya tasawuf falsafi.
Bayazid Busthami wafat sekitar tahun 261 H. Ia dikenal sebagai sufi pertama yang membawa ajaran al-fana, al-baqa dan al -ttihad, yakni suatu ajaran yang mengenal paham meniadakan diri (jasmani), yang mana kesadaran ruhani merupakan hal yang kekal saat bersatu dengan-Nya.



























