کمالوندی

کمالوندی

Minggu, 05 April 2020 21:45

Cinta adalah Penawar Getirnya Hidup

 

Islam memandang bahwa cinta memainkan peran yang paling besar dalam membentuk masyarakat yang ideal.

Hal itu tampak jelas, karena masyarakat yang diinginkan oleh Islam adalah masyarakat yang fondasi-fondasinya dibangun atas dasar cinta yang mengikat sedari anak anak sampai dewasa.

Islam bercita-cita terbangunnnya masyarakat yang saling bersaudara, saling mencintai antara satu dengan lainnya, sampai pada tingkatan berani berkorban dan lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Sebab, tidak ada unsur yang lebih kuat dalam mengatur masyarakat humanis dan di dambakan, melebihi cinta.

Cinta juga merupakan unsur  paling dominan pengaruhnya dalam pendidikan manusia. Cinta merupakan sebaik-baiknya cara dalam merealisasiskan kemajuan peradaban, sosial, ekonomi dan politik.

Diriwayatkan dari nabi Sulaiman as. beliau berkata; “Tidak ada sesuatu pun yang lebih manis dari cinta.”

Manisnya cinta sampai pada tingkat mampu menjadikan segala kepahitan hidup menjadi manis, mampu memperbaiki titik-titik lemah, kekurangan dan kesulitan baik secara individu maupun masyarakat.

Rasulullah Saw mengungkapkan dengan sangat indahnya salah satu sisi manisnya cinta dengan, beliau bersabda:

“Tidak ada satupun majlis yang menjadi sempit dengan hadirnya dua orang yang saling mencintai.”

Minggu, 05 April 2020 21:45

Bahaya Permusuhan di Tengah Masyarakat

 

Jiwa permusuhan bertolak belakang dengan cinta. Permusuhan berbahaya bagi masyarakat, dan tidak bisa ditandingi oleh bahaya yang lain.

Permusuhan adalah unsur paling pahit dalam kehidupan ini, dan pahitnya permusuhan mampu menjadikan pahit semua hal yang nikmat. Permusuhan bisa menggantikan nikmat Tuhan menjadi bencana, dan mengubabah sebuah kemenangan menjadi kekalahan.

Akibat permusuhan itu bukan hanya menjadi penghalang tercapainya kemajuan-kemajuan masyarakat dalam kehidupan, namun bisa menjadi sebab berhentinya pengembangan segala potensi yang ada. Oleh karena itu, masyarakat yang ditimpa bencana permusuhan ini pasti akan mengalami kemunduran dan kejatuhan.

Oleh dasar itu, agama yang dibangun atas dasar cinta memandang jiwa permusuhan sebagai pembinasaan dan virus terhadap agama. Rasulullah Saw bersabda; “Sesungguhnya sejelek-jeleknya manusia itu adalah yang membenci banyak orang dan orang banyak pun benci padanya.” 

Minggu, 05 April 2020 21:44

Makna Kembali Kepada Allah SWT

 

Segala sesuatu berasal dari Allah Swt, Dialah wajibul wujud, sebab segala wujud.

Setelah semua mahkluk diciptakan beserta tujuan penciptaannya, dibekali juga bahwa semua yang ada akan kembali pada proses ruju’ atau kembali kepada asalnya, Allah Swt.

Dalam Al Qur’an disebutkan, “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan kamu tidak dikembalikan kepada Kami?” QS. al Mukmin: 115.

Proses ‘kembali’ yang disebutkan dalam berbagai ayat diterjemahkan dengan istilah kematian.

Semua yang diciptakan Allah tidaklah sia sia, mengandung maksud dan tujuan, bahkan kematian. Kematian manusia hanyalah sebuah bentuk proses peralihan alam, di mana manusia masih akan tetap ada namun pada tingkatan alam yang berbeda. Allah Swt berfirman:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada kami kamu dikembalikan”. QS. Al Ankabut: 57.

Dalam dunia Tasawwuf, istilah kembali kepda Allah Swt tidaklah harus menunggu kematian secara fisik, namun setiap orang wajib berupaya dengan kesungguhan hati belajar mengembalkan segalanya kepada Allah Swt, jauh sebelum datang kematian sesungguhnya.

Beruntunglah orang yang mau dan mampu melaksanakan pengembalian dirinya kepada Allah Swt sebelum benar benar merasakan sakaratul maut. Baginda Rasululullah Muhammad Saw bersabda,”Matilah kalian sebelum kalian dimatikan (benar-benar mati)”.

Hadits di atas tidak bermakna kita harus melakukan bunuh diri atau perbuatan yang mengantarkan kepada kematian, akan tetapi bermakna untuk belajar mengekang hawa nafsu dan segala hal yang tercela dalam diri, sehingga jiwa tidak hawa nafsu.

Mayat yang terbujur kaku dan tidak bisa berbuat apa pun, adalah gambaran hawa nafsu yang dapat dikendalikan.

Minggu, 05 April 2020 21:43

Jangan Mudah Menuduh

 

Betapa buruknya ketika seseorang menjelek-jelekan orang lain dihadapan orang banyak. Betapa kejamnya jika seseorang menuduh orang lain melakukan suatu keburukan yang tidak pernah ia lakukan, hanya karena motif-motif pribadi, kebencian dan hasutan.

Betapa berdosa dan jahatnya apabila seseorang menjatuhkan kehormatan orang-orang jujur dan dihormati masyarakat, memfitnah dan menjatuhkan martabat mereka di hadapan khalayak.

Dewasa ini, setiap hari fitnahan dan tuduhan menghiasi pikiran masyarakat. Menuduh dan mengatakan kata-kata kotor sudah dianggap biasa. Media-media sosial menjadi ajang mengumbar fitnah dan hasutan. Pemikiran sempit dan cuti nalar sudah menjadi karakter bangsa hinga mudah terprofokasi. Hilang sudah budaya sengkuyung dan tabayun, terkiskis sudah sikap menghormati orang tua dan mengayangi yang lebih muda.

Padahal dalam ajaran manapun, menuduh orang tak berdosa merupakan perbuatan buruk dan akhlaq yang jelek. Firman Allah dalam Al Qur’anul surat An-nisaa:112 menyebutkan; “Dan barang siapa yang megerjakan dosa atau kesalahan, kemudian dituduhkan kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya dia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.”

Rasulullah Saw bersabda:
“Orang yang menfitnah seorang mukmin atau menuduh atas apa yang tidak ada padanya, maka Allah menempatkannya di sebuah bukit api pada hari Kebangkitan sampai dia bertobat atas apa yang telah dituduhkan kepada si mukmin.”

Imam Ja’far Shodiq a.s juga berkata:
“Barang siapa yang menfitnah laki-Laki Mukmin atau perempuan Mukminat atau menuduh atas apa yang dia tidak lakukan, maka di hari Kebangkitan kelak Allah SWT akan memenjarakannya di dalam tanah berlumpur Khabal sampai dia bertobat dari apa yang dia tuduhkannya itu.” Lalu beliau ditanya oleh salah seorang sahabatnya,”Wahai Imam, apakah yang dimaksud dengan “tanah lumpur Khabal itu?.” dan Imam a.s menjawab,”Itu adalah nanah yang keluar dari Vagina para pelacur.”

Rasulullah Saw juga mengatakan:
“Menfitnah seseorang yang tak berdosa itu lebih berat dari pada gunung-gunung.”

Semoga kita terhindar dari perilaku berbahaya ini. 

Minggu, 05 April 2020 21:42

Nasihat-nasihat Para Nabi 2

 

Nasihat adalah untaian kata-kata yang ditujukan kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka dapat termotivasi dan lebih baik dari sebelumnya. Nasihat dan ajaran para nabi tentunya menempati puncak dari nasihat-nasihat yang ada. Berikut beberapa nasihat para nabi yang tertuju pada anak-anaknya, murid-murid ataupun umatnya:

Nasihat Nabi Nuh as.
Ketika hendak mendekati waktu kematiannya, nabi Nuh as memanggil kedua orang putranya. Dia berkata,”Aku melarang kalian berbuat berbagai hal yang merusak dan melarang kalian melakukan pemujaan terhadap berhala dan keangkuhan diri serta memerintahkan kalian berdua selalu mengucapkan ‘la ilaha illallah.subhanallah wa bi hamdi’ di setiap waktu.

Nasihat Nabi Ya’qub tentang ketauhidan.
Menjelang kematiannya, nabi Ya’qub as memanggil dan mengumpulkan anak-anaknya kemudian berkata,”Apakah yang kalian sembah setelahku?”. Mereka menjawab,”Kami akan menyembah tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq. Yaitu Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk padaNya”.

Nasihat Nabi Khidir kepada Nabi Musa as.
Dari Ali bin Husain berkta,”Pesan terakhir Khidir kepada Musa bin Imran as adalah:
Janganlah menyalahkan seseorang karena dosanya, karena perbuatan yang paling disukai di sisi Allah Swt ada tiga macam: 1.Tahan dirimu dari membuka aib seseorang. 2. Memberi maaf tatkala mampu (kuasa membalasnya). 3. Bermurah hatilah kepada seluruh hamba Allah Swt. Bertoleransilah kepada setiap orang dan Allah juga akan bertoleransi kepadanya di hari kiamat.

Takut kepada Allah adalah rahasia dari semua kebijaksanaan.
Nabi musa berkata kepada nabi Khidir,”Karena aku dilarang lagi mengikat persahabatan dengan Anda, maka berilah aku suatu nasihat untuk yang terakhir kalinya”. Nabi Khidir pun berkata,”Awasilah dirimu dari apa yang tidak merugikanmu dengan cara yang sebagaimana tidak bermanfaatnya bagimu mengawasi selainnya.”

Minggu, 05 April 2020 21:41

Nasihat-nasihat Para Nabi 1

 

Nasihat adalah untaian kata-kata yang ditujukan kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka dapat termotivasi dan lebih baik dari sebelumnya. Nasihat dan ajaran para nabi tentunya menempati puncak dari nasihat-nasihat yang ada. Berikut beberapa nasihat para nabi yang tertuju pada anak-anaknya, murid-murid ataupun umatnya:

Nasihat Nabi Adam
Tatkala kewafatan Adam as sudah dekat, dia pun mengumpulkan anak-anaknya dan mengabari mereka agar mereka meninggalkan jejak-jejak yang baik dan positif di muka bumi dan mewasiatkan pada mereka tentangnya. Di antara wasiat-wasiatnya kepada putranya, beliau berkata:

“Setiap pekerjaan yang hendak kalian lakukan, pikirkanlah terlebih dahulu sejenak. Karena jika aku hendak melakukan sesuatu pekerjaan akan memikirkannya terlebih dahulu, niscaya tidak akan ada sesuatu pun yang akan menimpaku. Adalah menjadi tugas kalian melakukan perbuatan yang berbudi luhur dan mengikutinya dengan sungguh sungguh.”

16 Nasihat Nabi Syits

Mengenal Allah, para malaikta dan menaatiNya
Mengenali kebaikan dan keburukan. Adapun kebaikan, hendaknya diraih (dicita citakan) sedangkan keburukan hendaknya menjauh darinya.
Mendengarkan dan menaati penguasa penyayang yang telah Alla angkat sebagai khalifah di bumi dan menguasakannya untuk memerintah negeri dan hemba-hambaNya.
Berbuat baik kepada orang tua.
Melaksanalan yang makruf berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
Memperhatikan nasib kaum papa (fakir).
Intoleransi terhadap orang asing (musuh allah)
Berani dalam menaati Allah.
Menjaga diri dari melakukan keburukan.
Bersabar karena mempertahankan iman dan keyakinan.
Jujur dalam bertutur kata.
Berlaku adil.
Bersikap wara’ dalam urusan duniawi.
Berkorban dan mendekatkan diri kepada Allah sebagai bukti ucapan terimah kasih kepada Allah yang Maha Tinggi atas segala pemberianNya.
Berlaku lemah lembut(al-hilm) dan memuji Allah yang Maha Tinggi atas segala musibah (cobaan) dunia tanpa harus mempertunjukkan ketidak sabarab diri.
Memiliki rasa malu dan sedikit berdebat (berbicara yang menimbulkan emosi).

Minggu, 05 April 2020 21:41

Keistimewaan Manusia dengan Rasa Malunya

 

Manusia adalah salah satu makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt dengan  berbagai macam sifat. Sifat yang timbul dari perbuatan manusia disebabkan oleh akal dan hati yang saling mempertimbangkan satu sama lain. Salah satunya adalah sifat rasa malu.

Rasa malu bukan hanya sekedar sifat semata yang ada pada manusia, akan tetapi ia juga memiliki keistimewaan tersendiri. Keistimewaan rasa malu telah dijelaskan oleh  Imam Ja’far As-shodiq a.s kepada salah satu murid kesayangan beliau, yaitu Mufaddhol. Berikut penjelasannya:

“Wahai Mufaddhol, perhatikanlah apa saja yang telah dikhususkan bagi manusia,yang tidak diberikan kepada seluruh binatang. Sesuatu yang tinggi nilainya dan besar manfaatnya. Yang aku maksudkan adalah rasa malu.

Seandainya tidak ada rasa malu, maka tamu tak akan disambut dan dimuliakan, janji tak akan ditepati, kebutuhan orang lain tak akan dipenuhi, tak ada yang terdorong untuk melakukan perbuatan baik dan yang tercegah untuk menghindari perbuatan buruk. Bahkan banyak sekali hal-hal yang yang wajib dan  harus dilakukan, semua itu dilakukan lantaran rasa malu yang ada di antara manusiaKalau saja tidak  memilki rasa malu, dia tidak akan menjaga kedua hak orang tuanya, tidak menyambung tali silaturahmi, tidak menunaikan amanat dan tidak menghindari dari perbuatan maksiat.

Tidakkah engkau perhatikan wahai Mufaddhol, bahwa pada diri manusia terdapat semua hal yang dapat menjadi maslahat serta urusan kesempurnaannya! “.

 

Ayatullah Bahjat adalah seorang Ulama akhlak, guru sufi yang banyak dicintai dan menjadi rujukan masyarakat Iran, berbagai tempat di Irak, beberapa kawasan di Timur Tengah dan berbagai belahan dunia lainnya.

Dalam salah satu nasihatnya untuk menghilangkan kesulitan, beliau memberikan beberapa poin penting yang harus diperhatikan dan dilaksanakan, sehingga dengan izin Allah Swt kesulitan-kesulitan yang menghadang akan hilang:

Usahakan untuk selalu membawa al Quran kecil.
Bacalah ta`awwuz (أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِِْ) secara berulang-ulang
Bacalah ayat Kursi dan tempelkanlah di rumah.
Bacalah empat surat yang diawali dengan qul (Al Qodr, Al ikhlas, Al Falak dan Annas), terutama menjelang tidur.
ketika waktu azan tiba, berusahalah untuk melantunkan azan pula (menirukan suara azan) dengan suara agak keras.
Dalam sehari bacalah minimal lima ayat al Quran dengan suara agak keras.
*Dari Buku Mata Air Kearifan, Biografi Spiritual Ayatullah Bahjat.

 

Banyak kisah hikmah yang bisa kita petik dari rumah kenabian, karena merekalah kembangnya wahyu dan tempat turunnnya Malaikat kala menyampaikan kalam-kalam suci dari Allah Swt. Berikut kisah bagaimana seharusnya kita berdoa yang diajarkan putri Nabi Muhammad Saw, Fatimah.

Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib suatu hari bercerita. Aku melihat ibuku Fatimah mengerjakan shalat di mihrabnya pada malam Jumat. Beliau senantiasa sibuk rukuk dan sujud sampai menjelang fajar.

Saat itu aku mendengar beliau mendoakan kaum mukminin dan mukminat dengan menyebut nama-nama mereka. beliau memperbanyak doa untuk para tetangga hingga tidak sempat berdoa untuk dirinya  dan keluarganya sendiri.

Lalu aku bertanya kepadanya, “Ibu, mengapa engkau tidak berdoa untuk dirimu sendiri sebagaimana engkau berdoa untuk orang lain?”

Kemudia beliau menjawab, “Putraku, tetangga dahulu kemudian rumah sendiri.”

Dari kitab Kasyful Gummah Juz 2 hal 25-26.

Minggu, 05 April 2020 21:39

Demi Allah, Dia Sangat Mencintaiku

 

Pada masa Rasulullah Saw. Ada seorang penjual minyak yang sangat  mencintai Rasulullah. Dia tidak mau melakukan suatu pekerjaan sebelum di perjalanannya bertemu dengan Rasulullah untuk sekedar melihat beliau. Jika penjual minyak itu  mendapati Rasulullah dikerumuni orang banyak, dia melongok untuk sekedar melihat beliau.

Siatu ketika beliau sedang dikerumuni orang banyak sehingga tampak olehnya. Orang itu mendekat dan berusaha melihat beliau. Sementara itu Rasulullah Saw. yang sudah mengetahui kebiasaan orang tersebut segera mempersilahkannya duduk di hadapan beliau. Lalu beliau bertanya: ‘Mengapa engkau lakukan sesuatu yang tidak pernah engkau lakukan sebelumnya?”

Penjual minyak itu menjawab: “Wahai Rasululah Demi Allah yang mengutus Tuan dengan kebenaran. Hatiku selalu teringat kepada Tuan. Aku tidak dapat melakukan sesuatu sampai aku melihat Tuan terlebih dahulu.” Rasulullah kemudian mendoakan dan memperlakukan orang itu dengan baik.

Kemudian, beberapa hari Rasulullah Saw. tidak melihat orang tersebut dan beliau menanyakannya.

“Beberapa hari ini kami juga tidak melihatnya wahai Rasulullah,’ jawab orang-orang di sekitar beliau.

Maka berangkatlah Rasulullah ke pasar minyak. Di sebuah toko yang tertutup beliau menanyakan pemiliknya. Orang-orang dekat toko itu menjawab: “Wahai Rasulullah, pemiliknya telah meninggal dunia. Bagi kami dia adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya, hanya sayangnya, dia punya cacat.”

“Apakah cacatnya?” Tanya Rasulullah Saw.

“Dia sering menunda pembayaran,” Jawab mereka.

“Rasulullah lalu berkata: “Semoga Allah melimpahkan rahmat atasnya. Demi Allah, dia sangat mencintaiku. Sekali pun dia punya cacat, pasti Allah akan mengampuninya.” (DarutTaqrib/Adrikna)

*Orang-orang Bijak, Murtadha Muthahhari.