کمالوندی
Warga Hasakah Paksa Militer AS Mundur
Pasukan pemerintah Suriah bersama warga desa Hamou, Provinsi Hasakah, timur laut negara ini, berhasil memaksa konvoi militer Amerika Serikat mundur.
Mehr News (26/3/2020) melaporkan, militer dan warga Suriah di desa Hamou berhasil menghentikan laju konvoi militer Amerika yang terdiri dari enam kendaraan lapis baja.
Ini adalah kali keempat dalam sebulan, pergerakan konvoi militer Amerika di timur laut Suriah dihentikan oleh militer dan warga negara ini, dan terpaksa mundur.
Di sisi lain, milisi bersenjata dukungan Turki kembali menutup aliran air minum yang dikonsumsi setengah juta warga kota Hasakah.
Menurut keterangan direktur perusahaan air minum Hasakah, pasukan Turki dan bayarannya mengusir para pekerja perusahaan air minum Hasakah, dan melarang mereka bekerja.
Hizbullah Irak Minta Kubu Perlawanan Bersiap Hadapi AS
Brigade Hizbullah Irak yang merupakan bagian dari Hashd Al Shaabi, Rabu (25/3/2020) malam memperingatkan kemungkinan skenario baru berbahaya Amerika Serikat di Irak, dan meminta seluruh pejuang kubu perlawanan Irak untuk bersiap menghadapi serangan Amerika.
Brigade Hizbullah Irak menyinggung skenario baru Amerika untuk menyerang markas militer dan kelompok perlawanan Irak di tengah merebaknya virus Corona di negara ini.
"Skenario ini mencakup operasi udara di pangkalan militer Irak, dan Hashd Al Shaabi dengan dukungan angkatan darat dan udara," imbuhnya.
Menurut Brigade Hizbullah Irak, rencana Amerika itu mengancam fondasi dan stabilitas Irak, dan seluruh kelompok perlawanan Irak tidak mengenal garis merah lagi jika sampai Amerika menyerang, dan semua fasilitas militer, keamanan dan ekonomi Amerika tanpa kecuali akan menjadi sasaran serangan.
Hizbullah Kerahkan Ribuan Dokter dan Perawat untuk Lawan Corona
Ketua Dewan Ekskutif Hizbullah Lebanon mengabarkan pengerahan 25.000 dokter dan perawat Hizbullah untuk membantu pemerintah Beirut memerangi penyebaran virus Corona di negara ini.
Sayid Hashem Safieddine dalam wawancara dengan televisi Al Manar (26/3/2020) mengatakan, tujuan dari langkah Hizbullah ini adalah untuk membantu pemerintah dan kementerian kesehatan Lebanon dalam mencegah meluasnya penyebaran Covid-19 dan memberantasnya.
Menurut Sayid Hashem, 1500 dokter, 3000 perawat, 5000 petugas kesehatan, dan 15.000 petugas lapangan dikerahkan Hizbullah ke sejumlah kota Lebanon untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Selain itu, kata Safieddine, Hizbullah juga menyerahkan fasilitas dan rumah sakitnya kepada kemenkes Lebanon untuk membantu memerangi Corona.
"Bantuan dana Hizbullah juga akan segera dibagikan kepada warga miskin Lebanon," imbuhnya.
Kemenkes Lebanon hari Rabu (25/3) mengumumkan, 333 warga negara ini diketahui terinfeksi virus Corona.
8 Negara PBB: Jangan Biarkan Kalkulasi Politik Ancam Nyawa Manusia
Perwakilan Iran, Rusia, Cina, Kuba, Korea Utara, Irak, Venezuela, dan Nikaragua melayangkan surat untuk Sekjen PBB dan menegaskan bahwa virus Corona adalah musuh bersama. Mereka juga memperingatkan bahwa sanksi memberikan dampak negatif pada upaya penanganan wabah Covid-19.
IRNA (26/3/2020) melaporkan, perwakilan delapan negara PBB menyurati Antonio Guterres dan mengatakan, negara-negara yang saat ini tengah menghadapi perilaku ilegal, sepihak dan melanggar aturan internasional, serta Piagam PBB, kesulitan melawan penyebaran virus Corona.
Surat itu juga mengutip laporan sejumlah pakar independen PBB terkait dampak aksi permusuhan sepihak terhadap lebih dari sepertiga umat manusia.
"Jangan biarkan kalkulasi politik menjadi penghalang bagi upaya penyelamatan jiwa manusia," imbuhnya.
8 negara PBB dalam suratnya menekankan bahwa untuk menghadapi penyebaran Covid-19 dibutuhkan solidaritas, kerja sama dan saling bantu yang lebih besar.
"Sanksi-sanksi telah melemahkan upaya berkesinambungan setiap negara untuk melawan virus Corona, terutama dalam penyediaan segera peralatan medis termasuk kit tes, dan obat yang sangat diperlukan untuk menyembuhkan pasien," ujarnya.
Perwakilan Iran, Rusia, Cina, Kuba, Korea Utara, Irak, Venezuela, dan Nikaragua juga menuntut Sekjen PBB membantu mencabut total dan segera seluruh langkah ilegal, pemaksaan dan tekanan ekonomi sepihak yang dilakukan sejumlah negara adidaya dunia.
Menlu Iran: Pompeo bukan Menlu tapi Menteri Kebencian
Menteri Luar Negeri Iran, Rabu (25/3/2020) malam mereaksi statemen Menlu Amerika Serikat terkait berlanjutnya tekanan maksimum Washington atas Tehran dan mengatakan, orang heran apakah Mike Pompeo ini menteri luar negeri atau menteri kebencian.
IRNA (26/3) melaporkan, Mohammad Javad Zarif di akun Twitternya menulis, bahkan sebuah pandemi global sekalipun tidak mampu membendung publikasi kebohongan yang dilakukan Pompeo.
Ia menambahkan, apapun yang dilakukan Pompeo tidak akan bisa menutupi terorisme ekonomi, pembunuhan orang tak bersalah, sabotase dalam upaya global memerangi virus Corona, dan sikap haus perangnya.
Di saat organisasi internasional dan negara dunia menekankan pentingnya kerja sama dengan Iran untuk memerangi Covid-19, Menlu Amerika, Rabu (25/3) mengatakan, tekanan maksimum Amerika terhadap Iran akan dilanjutkan.
Beberapa organisasi internasional dan negara dunia semacam Turki, Rusia, Pakistan dan Cina menuntut pencabutan sanksi sepihak dan ilegal Amerika terhadap Iran di tengah upaya keras negara ini melawan penyebaran virus Corona.
Corona, Bangsa Iran yang Dilanda Terorisme Kesehatan Amerika
Sikap Amerika Serikat terhadap bangsa Iran, mulai dari terorisme ekonomi hingga terorisme kesehatan dan pengobatan di hari-hari menghadapi virus Corona yang mematikan, adalah contoh utama kejahatan terhadap kemanusiaan.
Semua sanksi AS yang diterapkan terhadap negara Iran selama 22 bulan terakhir setelah penarikan Washington dari perjanjian Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) telah melanggar kewajiban internasional dan melanggar prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia yang bahkan mencegah Iran mengakses makanan, obat-obatan dan peralatan medis.
Lembaga HAM Mahkamah Agung Republik Islam Iran
Dalam hal ini, lembaga hak asasi manusia Iran dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (25/03/2020) pada kesempatan Hari Dunia "Hak untuk Tahu Kebenaran dan Martabat Korban Pelanggaran Kotor" mengatakan, "Sanksi ilegal AS yang melanggar hukum pemanfaatan semua prinsip hak asasi manusia, bahkan di bawah keadaan virus Corona telah berstatus pandemi, sanksi ini terus berlanjut, terutama di sektor obat-obatan yang anti-Iran.
Saat ini, dengan menyebarnya virus Covid-19 sebagai tantangan global paling sulit bagi semua negara, bangsa Iran adalah korban terbesar pelanggaran hak asasi manusia Amerika karena dampak sanksi ilegal AS terhadap kehidupan dan kesehatan mereka.
Langkah AS dan beberapa negara Eropa untuk memberikan sanksi terhadap peralatan medis dan farmasi telah mengurangi kualitas dan kecepatan proses penyediaan layanan kesehatan bagi pasien Corona di Iran, yang bertentangan dengan butir 25 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Menurut Kementerian Kesehatan dan Pendidikan Medis Iran, setiap 10 menit seorang warga Iran meninggal karena penyakit Corona, dimana sanksi AS juga terlibat dalam proses ini.
Dalam konteks ini, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif baru-baru ini menulis di Twitter, "Presiden AS Donald Trump dengan kejam berusaha menguras sumber daya Iran yang diperlukan untuk memerangi Coronavirus dan menjatuhkan sanksi ilegal yang lebih berat pada warga negara Iran, sementara mereka banyak yang meninggal akibat penyakit Corona.
Sanksi terhadap obat-obatan dan fasilitas medis lainnya merupakan ancaman langsung terhadap kehidupan manusia dan melanggar hak asasi manusia yang paling mendasar yang merupakan landasan hak asasi manusia lainnya.
Dalam keadaan ini, dimana hak dasar untuk hidup bangsa Iran dan negara-negara lain terancam dengan ancaman coronavirus. Karenanya, solidaritas dan kerja sama adalah prioritas utama untuk memerangi virus Covid-19 yang mematikan. Dalam hal ini, sudah merupakan tanggung jawab langsung dari negara-negara dunia untuk bekerja sama dengan Republik Islam Iran dan untuk tidak mematuhi sanksi AS.
Semakin banyak upaya memerangi virus Corona di Iran mendapat dukungan yang lebih besar dari negara-negara dan organisasi internasional, sedemikian besar pula kesehatan dan hak hidup bangsa-bangsa lain yang juga sedang menghadapi virus Corona terjamin.
Iran bekerja siang dan malam untuk memobilisasi sumber dayanya untuk mengalahkan virus Corona, tetapi menurut Majid Takht-Ravanchi, Wakil Tetap Iran di PBB, kemampuan Iran untuk mengelola penyakit akibat sanksi yang dijatuhkan AS terhadap rakyat Iran terbatas.
Majid Takht-Ravanchi, Wakil Tetap Iran untuk PBB
Sementara saat ini tidak ada prospek yang jelas untuk pengendalian penyakit Corona di seluruh dunia, akses langsung dan mudah ke kebutuhan medis adalah hak semua negara, termasuk bangsa Iran. Peran independen yang dimainkan oleh negara-negara, terutama negara-negara Eropa, dalam menggagalkan sanksi AS terhadap Iran sekarang secara signifikan terkait dengan keberhasilan perjuangan global melawan virus Corona.
Gencatan Senjata Global Demi Memerangi COVID-19
Wabah virus Corona telah menjadi sebuah pandemi global dengan jumlah korban terus meningkat. Menyikapi hal ini, Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata global kepada semua pihak yang bertikai di dunia sehingga dapat fokus melawan wabah ini, khususnya di daerah konflik.
"Warga sipil di daerah konflik di seluruh dunia menjadi kelompok yang paling rentan dan mereka juga berisiko paling tinggi akibat serangan virus ini di wilayah tersebut," ujar Guterres dalam sebuah pernyataan.
Penyebaran virus Corona telah memicu kekhawatiran secara global. Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan saat ini lebih dari 300 ribu orang terinfeksi virus Corona di dunia dan wabah ini hampir menyebar ke seluruh dunia.
Berbagai negara dunia mengambil langkah-langkah khusus untuk mencegah penyebaran virus ini di tengah warganya. Mereka membatasi pergerakan warga, mengumumkan situasi darurat, mengalokasikan paket stimulus, dan sejenisnya.
Meski demikian, kekhawatiran global semakin meningkat karena penyebaran virus ini yang sangat cepat dan kekurangan peralatan kesehatan untuk pencegahan seperti cairan disinfektan, masker, dan sarung tangan medis.
Saat ini perang dan konflik bersenjata masih berlanjut di beberapa negara dunia seperti Yaman dan Libya. Berlanjutnya serangan koalisi Arab Saudi ke Yaman telah menyebabkan kekhawatiran mengenai penyebaran dan kematian akibat wabah Corona di Yaman.
Mohammed Ali al-Houthi di akun Twitter-nya menulis, "Kami menyambut seruan sekjen PBB dan mendukung penghentian serangan Amerika, Inggris, Saudi, Uni Emirat Arab, dan sekutunya terhadap Yaman. Kami juga mendukung penghapusan blokade udara, laut, dan darat sehingga kami dapat mengambil langkah-langkah untuk memerangi wabah Corona."
Antonio Guterres.
Di Libya, kekhawatiran meningkat setelah ditemukan beberapa kasus infeksi virus Corona di tengah masyarakat. Pekan lalu, sembilan kedutaan asing di Libya dalam sebuah statemen bersama, mendesak penghentian segera pertempuran di negara itu sehingga para pejabat daerah dapat menangani penyebaran wabah Corona.
Di tengah keprihatinan serius ini, beberapa negara dunia seperti Iran dan Venezuela tetap menjadi sasaran sanksi Amerika Serikat. Padahal, sanksi kejam ini menghambat negara tersebut untuk mengakses peralatan medis dan upaya pencegahan wabah Corona.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, dalam sebuah surat kepada sekjen PBB, menekankan pentingnya menghapus sanksi sepihak AS terhadap Iran di tengah penyebaran wabah Corona.
Namun, para pejabat Washington tetap memilih mempertahankan sanksi yang menjadi hambatan besar dalam upaya memerangi wabah ini. Mengenai dampak sanksi AS terhadap Iran, surat kabar Financial Times menulis, "Sanksi AS telah mempersulit mata rantai pemenuhan peralatan yang diperlukan untuk memerangi Corona di Iran. Persoalan yang dihadapi dokter dan perawat Iran bertambah akibat kekurangan peralatan ini."
Sekarang sekjen PBB kembali mengingatkan tentang pentingnya solidaritas dan kerja sama dunia untuk melawan Corona dengan melakukan gencatan senjata global. Jika ini tidak dilakukan, kehidupan jutaan orang terancam akibat wabah COVID-19 ini.
Mantan Dubes AS Akui Ansarullah Menang, Saudi Kalah
Mantan duta besar Amerika Serikat untuk Yaman dalam salah satu artikelnya mengakui kemenangan Ansarullah Yaman, dan kekalahan Arab Saudi dalam perang di negara itu yang memasuki tahun keenam.
Fars News (26/3/2020) melaporkan, Sekjen PBB minggu ini menyerukan penghentian perang di seluruh dunia termasuk di Yaman, dan hal ini disambut Sanaa, koalisi Saudi dan pemerintah terguling Yaman.
Stephen A. Seche, mantan dubes Amerika untuk Yaman dalam catatannya di sebuah lembaga riset yang khusus mengkaji Teluk Persia, mengakui kekalahan Saudi dalam perang Yaman, dari Ansarullah.
Seche menulis, Saudi sejak lima tahun lalu melancarkan perang di Yaman tanpa memikirkan akibatnya, dan hari ini sepertinya Riyadh ingin menghentikan perang tersebut.
Menurut mantan dubes Amerika itu, sejak musim gugur tahun lalu, perundingan langsung dengan Ansarullah sudah dilakukan, dan perundingan ini menghasilkan penurunan kekerasan pada akhir 2019, namun dalam beberapa minggu terakhir kemajuan Ansarullah di wilayah utara Yaman, menyulut kembali perang.
Di tengah semua ini, katanya, koalisi Saudi terbelah dari dalam, dan Ansarullah adalah pemenang perang Yaman, dan hal ini semakin mempersulit upaya Riyadh untuk keluar dari Yaman secara terhormat.
Abu Nawas Dan Khalifah Ditampar Seorang Yahudi
Kisah Abu Nawas merupakan sebuah kisah jenakan namun penuh dengan hikmah kehidupan yang bisa kita renungkan dan kita ambil.
Suatu kali Abu Nawas bersama temannya mengikuti sebuah pesta di pinggir kota. Sebuah kebetulan bahwa temannya itu adalah seorang keturunan Yahudi. Pesta tersebut berlangsung meriah. Ada tarian hingga pentas musik. Tentu saja Abu Nawas larut dalam acara itu. Tak salah kelelahan kemudian menerpa Abu Nawas dan temannya itu.
Ketika tamu kehausan, tuan rumah kemudian menghadirkan kopi. Masing-masing kemudian mendapatkan secangkir kopi. Ketika akan minum Abu Nawas terkejut dan kaget. Tiba-tiba ia ditampar oleh si Yahudi temannya. Namun suasana gembira menjadikan Abu Nawas tidak menghiraukan hal tersebut. Haus pun dirasakan Abu Nawas. Ia kemudian akan meminum kopi yang dihidangkan tadi. Kejadian serupa datang. Abu Nawas kembali ditampar. Tentu saja ia kelabakan. Dan ternyata tamparan tersebut berlangsung berkali-kali sampai akhirnya Abu Nawas pulang dini harinya,
Saat pulang abu Nawas berfikir. “Jahat benar kelakuan si Yahudi itu, main tampar seenaknya saja. Minumnya seperti binatang. Kelakuan seperti ini jangan dibiarkan berlangsung di Baghdad?” Abu Nawas kemudian memutar otak.
Keesokan harinya Abu Nawas langsung ke istana. Tampaknya ia telah mempunyai solusi bagaimana membalas kelakuan si Yahudi. Ia langsung menghadap Khalifah Harun Al-Rasyid. “Tuanku, ternyata di negeri tuan ini ada suatu permainan yang belum pernah hamba kenal, sangat aneh,” ujarnya memulai pembicaraan.
Mendengar penuturan Abu Nawas, Khalifah Harun Al Rasyid balik bertanya “Di mana tempatnya wahai Abu Nawas ? Tapi ingat kamu jangan mempermainkan aku.”
“Di tepi hutan sana wahai Khalifah,” abu Nawas menjelaskan.
” Baiklah nanti malam kita melihat ke sana,” balas Khalifah
“Boleh wahai khalifah. Tapi ada syaratnya tuanku harus memakai baju biasa dan kita hanya pergi berdua saja supaya menimbulkan rasa curiga,” tukas Abu Nawas dengan bersemangat.
Tentu syarat ini menimbulkan kecurigaan Khalifah Harusn Al Rasyid sambil berkata “ Wahai Abu Nawas jangan mempermainkan aku. Nanti tahu balasannya.
“ Tidak Baginda,” tukas Abu Nawas.
Mereka berdua sepakat pergi setelah shalat Isya. Maka berangkatlah keduanya ke rumah Yahudi itu. Dan benar , setelah sampai di sana mereka mendapati pesta yang cukup meriah. Abu Nawas dan Khalifah Harun Al Rasyid dipersilakan duduk. Tak ayal Khalifah Harun Al Rasyid di suruh menari. Tapi kemudian ditolaknya. Karena hal itu pula Khalifah Harun Al Rasyid kemudian ditampar pipi kiri dan kanannya.
Kejadian ini membuat Khalifah sadar bahwa dirinya dikerjai oleh Abu Nawas. Namun apa daya ia hanya berdua tanpa para pengawal. Maka kemudian Khalifah memenuhi ajakan Yahudi itu untuk menari. Tak lama badannya penuh dengan keringat. Rasa hauspun memenuhi kerongkongannya. Setekah kehausan barulah kopi datang dan disuguhkan. Melihat hal ini Abu Nawas tahu apa yang akan terjadi. Ia keluar dengan alasan ingin kencing. Maka tinggalah Khalifah Harun Al Rasyid sendirian.
“Nah biar baginda tahu sendiri apa yang dikerjakan oleh rakyatnya, karena salahnya sendiri tidak pernah tahu apa yang sesunguhnya terjadi pada rakyatnya. Jangan hanya percaya pada laporan para menteri,” gumam Abu Nawas.
Sementara itu Khalifah yang ditinggal sendiri merasakan hal yang sama dengan Abu Nawas. Tatkala akan minum kopi, baginda di tampar oleh Yahudi itu. Begitu juga kerika akan mengangkat lagi cangkir dengan piringnya, maka tamparan menimpanya lagi. Namun Baginda hanya diam saja. Sesaat kemudian dilihatnya Yahudi itu minum seperti binatang yaitu menghirup sambil ketawa-ketawa.
“Apa boleh buat . Aku seorang diri, dan tak mungkin melawan Yahudi sebanyak itu,”ucapnya dalam hati dengan sangat dongkol. Setelah larut malam Baginda kemudian pulang ke Istana dengan berjalan kaki seorang diri. Ia berfikir Abu Nawas lolos juga mengerjainya.
Keesokan harinya Khalifah Harun Al-Rasyid memerintahkan seorang pelayan memanggil Abu Nawas. Setelah datang, Khalifah Harun Al Rasyid langsung menghardik “Abu Nawas apa yang kamu lakukan tadi malam sungguh mempermalukan aku. Apa alasanmu sehingga engkau berbuat begitu,” kata Baginda.
“Ampun, Baginda. Alasan saya adalah ingin memberikan laporan yang jujur bahwa ada sesuatu yang tidak benar di masyarakat. Saya bingung mau melaporkannya bagaimana karena malam sebelumnya hamba mendapatkan perlakuan yang sama. Apabila hamba berkata jujur secara jujur, takut baginda tidak percaya. Biar baginda sendiri yang melihat langsung perilaku rakyat yang seperti itu.”
Mendnegar jawaban tersebut Baginda tidak dapat membantah. Setelah itu Khalifah langsung memerintahkan menjemput si Yahudi dan menghukumnya.
Mencontoh Sayidina Hasan; Membalas Keburukan dengan Kebaikan
Suatu hari Cucunda Baginda Nabi Muhammad saw, Sayidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib sedang berjalan di sekitar Madinah. Lalu tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampirinya.
Setelah tiba di dekat sayidina Hasan, dia langsung mencaci maki sayidina Hasan. Namun, sayidina Hasan tidak berkata apa-apa dan hanya tersenyum kepadanya. Setelah itu, ia berkata padanya.
“Aku mengira engkau adalah orang asing di Madinah. Kalau engkau butuh sesuatu, katakanlah kepadaku. Jika engkau kelaparan, aku akan membawamu kerumahku dan memuliakanmu dan memberikan apa yang engkau inginkan.” kata Sayidina Hasan bin Ali.
Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sayidina Hasan, orang tersebut merasa malu dan menggegam tangan Sayidina Hasan dan meminta maaf kepadanya. Lalu berkata,
“Hingga sekarang aku belum pernah melihat pribadi sepertimu”.



























