کمالوندی
Inilah Wasiat Imam Ali bin Abi Thalib Untuk Para Pemuda
Imam Ali as adalah pribadi langit yang agung dan mulia, dengan segala keagungan yang ada pada dirinya ia menulis wasiat-wasiat pada akhir-akhir usianya, yang mana dalam salah satu wasiat yang beliau tulis memiliki sebuah petunjuk bagi para pemuda untuk melakukan perjalanan ke langit. Inilah wasiatnya yang sangat berharga bagi para pemuda :
“Wahai pemuda, berusahalah untuk tidak menjadi hamba dunia! Selamatkanlah dirimu dari penghambaan pada dunia, agar engkau menjadi orang yang merdeka dan benar-benar merasakan kemerdekaan. Rasa dari kemerdekaan itu telah menarikmu ke sisi meja hidangan para tamu, yang tidak ada padanya kecuali yang benar. Disana, caci-maki para pencaci dan fitnah para perempuan tukang fitnah tidak berpengaruh sama sekali. Demikian pula, bujukan dan rayuan dunia bakal menemui jalan buntu.
Dengan merasakan manisnya hidangan tersebut, engkau akan merasakan kekuatan yang luar biasa pada dirimu. Akan lahir sejumlah perbuatan darimu, tetapi bukan sebagai pemuda dunia. Seakan-akan ada orang lain yang memegang tanganmu dan memberikan kekuatan kepadamu, agar engkau mencapai puncak itu. Engkau akan membuka sejumlah puncak yang tidak mampu dilakukan oleh manusia-manusia
Jika perbuatan yang lahir telah nampak niscaya dia akan merasakan tangan Allah Swt sedang membimbingnya setiap waktu dalam kehidupannya, pertolongan-Nya akan nampak jelas, begitu juga dengan kedekatan dan cinta-Nya kepada-Nya, dan dia akan merasakan semua itu dengan seluruh wujud dirinya. Seorang pemuda yang mengamalkan wasiat ini, dia akan siap untuk terbang menuju segala yang baik,dan terbang untuk menggapai segala keberhasilan.”
*Dari buku Pemuda Dambaan Surga karya Mahdi Hadawi Tehrani
Keutamaan Bulan Sya`ban
Rasulullah Saw bersabda: “Wahai ahli Madinah, aku adalah Rasul dari Rasul-rasul yang diutus Allah untuk kalian. Ketahuilah, bulan Sya’ban adalah bulanku, maka Allah SWT akan memberikan rahmatNya kepada siapa yang menolongku di bulanku, yaitu berpuasa pada bulan tersebut.”
Sya’ban adalah bulan yang sangat mulia, yang dinisbatkan kepada penghulu para Anbiyah Muhammad Saw, dan Nabiullah Muhammad Saw mengisi bulan tersebut dengan melakukan puasa yang disambung dengan bulan Ramadhan. Beliau Saw bersabda, “Sya’ban adalah bulanku, dan barangsiapa yang berpuasa satu hari pada bulanku, surge diwajibkan atasnya. Diriwayatkan pula dari Imam Ja’far Shadiq as, begitu memasuki bulan Sya’ban imam Zainal Abidin as mengumpulkan sahabatnya dan bertanya kepada mereka, “Tahukah kalian, bulan apa ini?”.
“Bulan ini adalah bulan Sya’ban dan Nabiullah Muhammad Saw bersabda bulan Sya’ban adalah bulanku, karenanya untuk mendapatkan kecintaan dari Nabi dan untuk mendekatkan diri pada Allah, berpuasalah pada bulan ini. Aku bersumpa atas nama Zat yang jiwa Ali bin Al Husain berada di tanganNya bahwa saya mendengar dari ayahku Husain bin Ali as yang berkata, aku mendengar dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as setiap puasa yang engkau lakukan dalam bulan Sya’ban maka engkau akan mendapatkan kecintaan dari Nabi Allah dan mendekatkanmu pada sisi Allah SWT. Allah mencintainya dan mendapat perlindungan di hari kiamat dan wajib baginya surga.”
Diriwayatkan dari Shafwan Jamaal yang berkata, Imam Ja’far Shadiq as berkata kepadaku, “Barang siapa diantaramu yang berpuasa pada bulan Sya’ban maka muliakanlah.” Saya bertanya, “Saya menjadi penebusmu, apakah karena didalamnya ada keutamaan?”. Beliau berkata, “Iya. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw begitu melihat hilal pada bulan Sya’ban maka beliau menyerukan kepada penduduk Madinah, “Wahai ahli Madinah, aku adalah Rasul dari Rasul-rasul yang diutus Allah untuk kalian. Ketahuilah, bulan Sya’ban adalah bulanku, maka Allah SWT akan memberikan rahmatNya kepada siapa yang menolongku di bulanku, yaitu berpuasa pada bulan tersebut.”
Kemudian imam Ja’far Shadiq menambahkan sebagaimana yang diriwayatkan dari ayahnya yang bersambung sampai kepada Amirul Mukminin as yang berkata, “Sejak saya mendengarkan seruan Rasulullah tersebut di bulan Sya’ban, saya tidak meninggalkan sekalipun puasa di bulan Sya’ban dan tidak akan meninggalkannya sampai akhir hayatku, insya Allah.”
Kemudian beliau berkata, bulan Syaban dan bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan pengampunan Ilahi.
Dua Puluh Pesan Jihad Ayatullah Sistani
Pertempuran militer dan rakyat Iraq melawan kelompok teroris ISIL semakin sengit. Untuk tetap memelihara etika jihad yang dianjurkan oleh Islam, Ayatullah Sistani menurunkan 20 pesan jihad untuk para pejuang ini.
Berikut ini 20 pesan jihad yang telah dikeluarkan oleh Ayatullah Sistani tersebut:
1. Sebagaimana Allah mengajak seluruh muslimin untuk berjihad dan lebih mengutamakan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang tinggal di rumah, Dia juga menentukan etika dan batasan-batasan jihad yang telah ditetapkan sesuai hikmah dan fitrah. Anda semua harus mengenal dan memperhatikan etika ini. Barang siapa mengindahkan etika ini, maka ia layak memperoleh anugerah dan berkah Ilahi. Tetapi, barang siapa tidak memperhatikannya, maka pahalanya pasti berkurang dan ia tidak akan sampai pada cita-citanya.
2. Jihad memiliki etika umum yang harus diperhatikan sekalipun kita sedang memerangi kaum nonmuslim. Rasulullah saw selalu mengingatkan etika umum ini kepada para sahabat sebelum mereka berangkat ke medan perang. Dalam sebuah hadis Imam Shadiq as berkata, “Ketika Rasulullah ingin mengirimkan masyarakat untuk sebuah perang, beliau memanggil dan mendudukkan mereka di hadapan beliau sembari bersabda, ‘Berangkatlah dengan nama Allah, di jalan Allah, dan atas dasar agama utusan Allah. Janganlah kalian berlebih-lebihan, janganlah memotong-motong anggota tubuh orang-orang yang telah terbunuh, janganlah kalian menggunakan tipu muslihat, janganlah kalian membunuh orang-orang tua, anak-anak, dan kaum wanita, dan janganlah memotong pohon apapun kecuali apabila kalian terpaksa.’”
3. Lebih dari itu, memerangi muslimin yang memberontak juga memiliki etika. Etika ini telah sampai ke tangan kita dari Imam Ali as. Beliau juga senantiasa memperhatikan etika dan memerintahkan seluruh sahabat untuk memperhatikannya. Seluruh umat Islam juga sepakat atas etika ini dan menjadi hujjah antara mereka dan Allah. Anda semua juga harus mengamalkan etika dan sirah Imam Ali ini.
Dalam sebuah hadis, Imam Ali as pernah menekankan hadis Tsaqalain, Ghadir Khum, dan lain-lain seraya berkata, “Pandanglah Ahlul Bait nabi kalian dan berkomitmenlah terhadap keistimewaan mereka. Mereka tidak akan pernah menyelewengkan kalian dari jalan hidayah dan juga tidak akan menjerumuskan kalian ke jurang kesesatan. Untuk itu, jika mereka bergerak, maka kalian juga bergeraklah. Jika mereka berhenti, maka kalian juga harus berhenti. Janganlah kalian mendahului mereka dan juga jangan pula ketinggalan dari mereka, karena kalian pasti akan celaka.”
4. Dalam membunuh setiap manusia, perhatikanlah Allah. Dengan ini, kalian tidak akan rela membunuh orang yang tidak diperbolehkan oleh-Nya untuk dibunuh. Salah satu dosa besar adalah membunuh orang yang tak berdosa, dan salah satu kebaikan terbesar adalah memelihara jiwa manusia. Allah juga telah menekankan hal ini dalam al-Quran.
Ketahuilah, membunuh manusia tak bersalah mengakibatkan efek yang sangat berbahaya dalam kehidupan dunia dan akhirat. Imam Ali as menulis untuk Malik Asytar, “Berhati-hatilah dan jangan sampai kamu menumpahkan darah melalui jalan yang tidak dihalalkan. Tidak ada perbuatan yang memiliki siksa yang pedih dan pengaruh yang buruk seperti tindakan ini. Tindakan ini dapat memutuskan nikmat dan mempercepat ajal. Hanya Allahlah yang akan menghukumi tentang penumpahan darah ini pada hari kiamat kelak. Untuk itu, janganlah kamu gunakan kekuasaanmu ini untuk menumpahkan darah orang, karena tindakan ini akan memperlemah pemerintahanmu, dan bahkan memusnahkannya. Kamu tidak akan memiliki uzur atas pembunuhan sengaja ini di sisi Allah dan di hadapanku, karena hukumannya adalah kisas.”
Untuk itu, jika Anda semua menghadapi sebuah masalah yang samar atau Anda memberikan kemungkinan peluru akan menimpa orang-orang tak berdosa, maka berhati-hatilah dalam hal ini.
5. Ingatlah Allah dan jangan melakukan hal-hal yang diharamkan, terutama berkenaan dengan orang-orang lanjut usia, anak-anak, dan kaum wanita. Seandainya mereka berasal dari kerabat musuh, kehormatan mereka harus tetap dipelihara. Hal ini berbeda dengan harta benda musuh yang memang harus dikuasai.
Dalam sirah Amirul Muminin Ali as kita saksikan, sekalipun sebagian sahabat terutama kelompok Khawarij untuk menjarah rumah, kaum wanita, dan keluarga musuh, beliau enggan melakukan hal itu. Beliau berkata, “Kaum pria memerangi kita dan kita juga telah berperang. Kita tidak bisa melanggar kaum wanita dan anak-anak, karena mereka adalah muslim. Tetapi, peralatan dan harta benda yang telah mereka gunakan untuk memerangi kalian adalah hak milik laskar dan untuk kalian. Tetapi harta yang ada di rumah mereka adalah hak warisan keluarga mereka dan kalian tidak memiliki hak sedikit pun terhadap harta ini.”
6. Berhati-hatilah dan janganlah kalian menghina agama yang diyakini masyarakat dengan tujuan untuk menghalalkan kehormatan, sebagaimana hal ini pernah dilakukan oleh Khawarij di permulaan sejarah Islam. Para pengikut mereka juga melakukan hal yang sama pada masa kita sekarang ini. Mereka melakukan kejahatan-kejahatan yang pernah dilakukan Khawarij dengan bersandarkan pada sebagai teks-teks agama.
Ketahuilah, barang siapa mengucapkan dua kalimat syahadat, maka ia adalah muslim. Darah dan hartanya harus dihormati, sekalipun ia sesat dan pencipta bid’ah. Hal ini karena setiap bid’ah tidak menyebabkan seseorang menjadi kafir. Bisa jadi seorang muslim yang telah melakukan kerusakan (fasad) lebih pantas untuk dibunuh.
Allah swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kalian berperang di jalan Allah, maka bertabayyunlah. Janganlah kalian katakan kepada orang yang menyatakan Islam kepada kalian bahwa ia bukan orang yang beriman hanya demi menginginkan harta benda dunia.”
Dalam sebuah hadis dari Imam Shadiq as ditegaskan bahwa Imam Ali as tidak pernah menyebut musuh beliau dengan nama musyrik dan munafik. Beliau malah menyebut mereka sebagai saudara-saudara kita yang telah memberontak.
7. Janganlah kalian melanggar warga nonmuslim yang berteduh di bawah payung Islam. Barang siapa melanggar mereka, maka ia adalah pengkhianat, dan khianat adalah termasuk tindakan yang paling buruk dalam ketentuan, fitrah, dan agama Allah.
Allah pernah berfirman, “Janganlah merasa enggan untuk berbuat kebajikan dan bertindak adil kepada mereka yang tidak memerangi kalian dan juga tidak mengusir kalian dari tanah air kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertindak adil.”
8. Takutlah kepada Allah tentang harta benda masyarakat. Harta seorang muslim tidak halal untuk seorang muslim yang lain kecuali apabila ia rela. Barang siapa merampas harta seorang muslim, maka seakan-akan ia menggenggam kobaran api.
Dalam sebuah Rasulullah saw pernah bersabda, “Barang siapa mencuri harta seorang muslim, maka Allah memalingkan waha darinya, memurkainya, dan tidak mencatat kebaikannya sebelum ia bertobat dan mengembalikan harta itu kepada pemiliknya.”
9. Takutlah kepada Allah dan jangan melakukan hal-hal yang diharamkan dengan tangan dan lidah Anda. Janganlah menghukum seseorang lantaran dosa orang lain. Allah berfirman, “Sebuah jiwa tidak akan menanggung dosa jiwa yang lain.” Janganlah Anda menangkap seseorang dengan landasan yang meragukan dan prasangka, kecuali Anda yakin. Keyakinan mendorong Anda bertindak hati-hati dan keraguan dan prasangka akan mendorong Anda melanggar orang lain. Kebencian Anda kepada musuh jangan sampai mendorong Anda untuk melakukan hal-hal yang haram. Allah berfirman, “Janganlah cercaan kaum itu mendorong kalian untuk tidak berbuat adil. Berbuatlah adil, karena hal ini lebih dekat kepada ketakwaan.”
10. Janganlah Anda melarang sebuah kaum untuk menerima hak-hak mereka selama mereka tidak memerangi Anda, sekalipun mereka membenci kalian. Dalam sirah Imam Ali as disebutkan, beliau memperlakukan para penentang beliau sebagaimana seluruh muslimin yang lain. Tentu selama mereka tidak memerangi beliau. Beliau juga tidak pernah memulai perang melawan mereka.
11. Ketahuilah, mayoritas musuh Anda di medan perang ini hanya tertipu oleh syubhat. Untuk itu, janganlah kalian bertindak sedemikian rupa sehingga syubhat ini menguat di benak masyarakat dan akhirnya mereka bergabung dengan musuh. Tetapi, bertindaklah baik dan adil serta penuh nasihat dan menghindari kelaliman sehingga syubhat itu tidak berpengaruh. Barang siapa berhasil menghilangkan sebuah syubhat dari benak seseorang, maka ia telah menghidupkannya, dan barang siapa menyisipkan syubhat dalam benak seseorang, maka ia telah membunuhnya.
12. Janganlah seseorang dari kalangan Anda berpikiran bahwa kezaliman memiliki pengaruh yang tidak dimiliki oleh keadilan. Gaya berpikir semacam ini terjadi lantaran kelalaian terhadap akibat menengah dan jauh sesuatu dan juga keteledoran atas sejarah umat terdahulu.
Dalam fenomena-fenomena sejarah modern, banyak hal yang bisa kita jadikan pelajaran. Sebagian penguasa menggunakan kezaliman untuk memperkuat kekuasan mereka. Hal ini terus berlanjut hingga Allah membinasakan kekuasaan mereka dari jalan yang tidak pernah mereka bayangkan.
13. Jika kesabaran, tindakan tidak tergesa-gesa, menyempurnakan hujjah, dan mengindahkan norma-norma insani bisa mendatangkan sedikit kerugian bagi kita, tentu hal ini tetap memiliki berkah dan akibat yang lebih baik. Kita banyak melihat contoh untuk masalah ini dalam sirah para manusia suci. Mereka tidak pernah memasuki arena perang untuk melawan muslimin sebelum lawan mereka memulai perang. Pada peristiwa Perang Jamal, setelah laskar Imam Ali as keluar, penyeru beliau menegaskan, “Tak seorang pun berhak memulai perang sehingga saya memerintahkan.”
Imam Husain as pada hari Asyura juga berbuat demikian.
14. Hadapilah masyarakat dengan penuh kebijakan dan dukunglah mereka sehingga mereka mendukung dan menolong Anda. Belalah orang-orang lemah sekuat tenaga Anda, karena mereka adalah saudara-saudara Anda, dan berbuatlah lemah lembut terhadap mereka. Ketahuilah bahwa Anda berada di haribaan Allah dan Dia mencatat seluruh tindakan Anda dan mengetahui niat Anda.
15. Janganlah lupakan salat wajib. Seorang muslim di hadapan perhitungan Allah tidak memiliki amal paling baik daripada salat. Salat juga memiliki etika yang harus diperhatikan di haribaan Allah.
Salat adalah tiang agama dan barometer terkabulnya amal. Allah telah meringankan kewajiban ini dalam kondisi sulit dan perang. Jika seseorang sibuk dengan perang dalam seluruh waktu salat, maka ia bisa mencukupkan diri dengan satu takbir sekalipun ia tidak menghadap ke Kiblat.
Lebih dari itu, Allah juga memerintahkan supaya muslimin menjaga jiwa dan senjata mereka. Untuk itu, janganlah mereka mengerjakan salat secara bersamaan, tetapi kerjakanlah salat secara bergantian.
16. Ingatlah selalu kepada Allah dan bacalah al-Quran. Ingatlah selalu masa ketika Anda akan kembali kepada Allah. Imam Amirul Mukminin as selalu bertindak demikian. Di malam Perang Shiffin, beliau mengerjakan salat di antara dua barisan padahal anak-anak panah melesat dari segala arah, dan beliau tidak menggubrisnya.
17. Kami memohon kepada Allah supaya tindakan Anda terhadap orang pada masa perang dan damai seperti tindakan Rasulullah dan Ahlul Bait as dan kalian menjadi hiasan dan nilai bagi Islam. Agama ini telah dibangun berlandaskan pada cahaya fitrah dan kesaksian akal dan etika. Cukuplah bagi kita keutamaan bahwa nabi kita telah mengibarkan panji rasionalitas dan etika. Dalam dakwah, beliau mengajak seluruh masyarakat untuk merenungkan hidup dan mengambil pelajaran dari kondisi dunia.
18. Hindarilah ketergesaan dalam merenungkan sehingga Anda tidak celaka, karena musuh ingin menyeret Anda ke tempat yang mereka inginkan tanpa Anda berpikir dan merenung.
19. Masyarakat yang dijadikan oleh musuh sebagai perisai hendaklah mengenal nilai pengorbanan para pejuang dan jangan sampai tertipu oleh muslihat yang digelontorkan tentang para pejuang ini. Allah tidak menetapkan sebuah hak untuk seseorang atas orang lain kecuali Dia juga telah menetapkan hak yang setimpal untuknya.
Ketahuilah bahwa tak seorang pun seperti saudara kalian menghendaki kebaikan Anda. Tentu dengan syarat kalian harus murni dan ikhlas. Jika diperlukan, maafkanlah kesalahan sesama kalian. Orang yang menyangka bahwa seorang asing lebih memikirkan nasib keluarga dan negaranya, pasti ia telah keliru. Barang siapa yang ingin mencoba sebuah pengalaman yang telah pernah dicoba sebelum ini pasti akan menyesal. Saling memaafkan akan mendatangkan pahala yang sangat besar.
20. Semua kalangan dan lapisan masyarakat harus menyingkirkan setiap bentuk fanatisme yang tak berarti dan lebih mengindahkan etika yang baik. Allah menciptakan aneka ragam kaum dan bangsa supaya mereka saling mengenal dan tukar menukar pengalaman serta saling tolong menolong. Coba Anda renungkan berapa banyak harta dan tenaga di masa lalu yang telah digunakan hanya untuk memukul sesama kita, padahal seluruh harta dan tenaga ini semestinya harus dimanfaatkan untuk kemajuan seluruh muslimin. Untuk itu, berhati-hatilah menghadapi fitnah yang tidak hanya menghantui orang-orang yang lalim. Padamkanlah api fitnah ini dan berpegangteguhlah kepada tali Allah.
Abbas bin Ali, Manifestasi Kemuliaan
Abbas bin Ali bin Abi Thalib as dilahirkan di kota Madinah pada 4 Sya’ban tahun 26 Hijriah (646 Masehi). Kelahirannya menghadirkan kebahagiaan dan kegembiraan di rumah Amirul Mukminin.
Ketika kabar kelahiran Abbas disampaikan kepada Imam Ali as, ia bergegas pulang ke rumah dan memeluk erat bayi yang baru lahir itu. Ali as mendekap bayi tampan itu dan mencium kedua tangannya. Dia mengetahui bahwa kedua tangan Abbas akan menjadi pelindung bagi Husein as di Hari Asyura dan pengorbanannya dikenang dalam sejarah.
Imam Ali as kemudian dengan khidmat mengumandangkan adzan di telinga kanan anaknya dan iqamah di telinga kirinya. Ia memberikan infak kepada fakir miskin sebagai rasa syukur. Abbas bin Ali dilahirkan dari seorang ibu yang bernama Fatimah Kilabiyah dari Kabilah Bani Kilab yang dikenal berani dan ksatria.
Abbas berada di bawah pengasuhan dan bimbingan sang ayah untuk menimba keutamaan dan makrifat. Sejak kecil, Ali as – yang dikenal sebagai ahli iman, makrifat, dan kesempurnaan – sudah mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan dan adab kepada putranya itu. Ia menyaksikan jiwa ksatria dan keberanian di wajah Abbas, yang kelak akan menghadirkan kebanggaan dan martabat yang mulia bagi kaum Muslim.
Ketika berbicara tentang perkembangan dan keutamaan Abbas, Imam Ali as berkata, “Abbas putraku sejak kecil belajar ilmu, dan layaknya bayi merpati yang memperoleh makanan dan minuman dari induknya, Abbas mendapatkan pengetahuan dariku.” Kebersamaan Abbas dengan dua saudaranya yang mulia seperti Imam Hasan dan Imam Husein as, juga memiliki pengaruh besar pada perkembangan dimensi spiritual dan pengembangan keutamaan dalam dirinya.
Abbas bin Ali as yang akrab dipanggil Abul Fadhl ini, mencapai derajat keilmuan dan makrifat yang tinggi dengan memanfaatkan kesempurnaan Ahlul Bait as. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Paman kami Abbas memiliki wawasan dan iman yang kuat.” Sejarah mencatat bahwa banyak orang datang kepada Abbas untuk menyelesaikan persoalan ilmiah. Di samping berilmu tinggi, Abul Fadhl Abbas juga dikenal sebagai ahli ibadah dan memperpanjang sujudnya dalam setiap ibadah. Ilmu dan makrifat tampil laksana dua sayap yang menghiasi Abbas bin Ali.
Abbas adalah mutiara berharga yang tumbuh di tengah samudera keutamaan, makrifat, dan keluhuran moral. Ia dilahirkan dari seorang ibu yang paling baik dan mulia sebagaimana kesaksian sejarah.
Setelah beberapa tahun kepergian Sayidah Fatimah Az-Zahra as, Imam Ali memanggil saudaranya, Aqil – seorang pakar nasab terkenal pada zaman itu – dan menceritakan keinginannya untuk menikah lagi dan meminta Aqil mencarikan wanita yang salehah dan sangat bagus segi keturunan sehingga bisa melahirkan putra-putri yang hebat, berani, dan tangguh.
Aqil pun memilih Fatimah Kilabiyah (Ummul Banin) dari keturunan Bani Kilab, yang merupakan kabilah yang tiada tara keberaniannya. Namanya adalah Fatimah dan ia sering disebut Ummul Banin (ibu dari para putra) dan dari penikahan ini memiliki empat putra masing-masing; Abbas, Abdullah, Ja'far dan Utsman, di mana keempat putranya ini gugur syahid di Padang Karbala dalam membela Islam.
Setelah menginjakkan kakinya di rumah Ali as, Ummul Banin bersikap dengan lembut dan penuh kasih sayang terhadap putra-putri Fatimah Az-Zahra yaitu; Imam Hasan dan Husein as serta Sayidah Zainab dan Ummu Kultsum. Para ahli sejarah mencatat bahwa kecintaan dan perhatian Ummul Banin kepada putra-putri Az-Zahra as lebih besar dibanding cinta dan perhatiannya kepada keempat anaknya.
Sejak hari pertama berada di rumah Imam Ali, ia mengusulkan kepada suaminya agar memanggil dirinya dengan sebutan Ummul Banin, sehingga tidak mengungkit kesedihan putra-putri Fatimah Az-Zahra as, karena nama Fatimah akan mengingatkan mereka pada ibunya yang telah tiada.
Abul Fadhl Abbas dibesarkan di bawah pengasuhan Imam Ali as dan Ummul Banin, seorang wanita yang memiliki maktifat dan keutamaan yang tinggi. Kesantunan dan kesetiaan yang tulus merupakan tanda dari perkembangan dan keluhuran jiwa, dan Abbas bin Ali as sangat menonjol dari yang lain dalam hal keutamaan. Ia sangat menghormati ayah dan saudara-saudaranya serta sangat patuh pada perintah sang ayah, Imam Ali as.
Abbas memiliki keyakinan yang sempurna terhadap kepemimpinan (imamah) ayahnya dan juga kelanjutan kepemimpinan ini, yang akan diteruskan oleh dua saudaranya, Hasan dan Husein as. Ketika eksistensi Islam terancam oleh Bani Umayyah, Abbas bersama saudaranya Imam Husein as terjun ke medan perang dan membela Islam secara tulus. Ia mempersembahkan pengorbanan terbaik sehingga hukum-hukum Allah Swt tetap tegak di muka bumi.
Di sepanjang hidupnya, Abul Fadhl Abbas tidak pernah meninggalkan saudaranya sekaligus imamnya dan taat mutlak kepadanya dan selalu memberikan pengabdian terbaik. Kesetiaan dan rasa hormatnya kepada Imam Husein as telah menjadi buah bibir di sepanjang sejarah. Ia tidak pernah duduk di hadapan Imam Husein as kecuali setelah memperoleh izin. Ia juga selalu memanggil Imam Husein dengan sebutan “Ya Sayyidi” “Ya Aba Abdillah” atau “Yabna Rasulullah.”
Dalam sejarah disebutkan bahwa Abbas memiliki wajah yang rupawan dan bercahaya, bagaikan sinar rembulan. Karena itu, ia pun dijuluki Qamar Bani Hasyim (Purnama Bani Hasyim). Menurut catatan sejarah, Abbas adalah seorang pria yang tampan dan gagah, dan setiap kali duduk di atas kuda, kakinya akan menyentuh tanah.
Keperkasaan dan kekuatan Abbas selain diwarisi dari kabilah ibunya, juga diperoleh berkat bimbingan Imam Ali as yang tidak hanya mengajarinya ilmu pengetahuan dan makrifat Islam, tapi juga membekalinya dengan berbagai keterampilan, seperti teknik bela diri, seni memanah, dan bermain pedang. Ia kemudian mempersembahkan seluruh kekuatan fisik dan spiritualnya untuk mengabdi kepada Islam dan membela kebenaran di Padang Karbala.
Ilustrasi ketika Abbas bin Ali gugur syahid di Karbala.
Ketika Imam Husein as dan Ahlul Bait dicekik oleh dahaga di Karbala, Abbas dengan gagah berani menerobos blokade tentara musuh yang berusaha menghalangi pasukan Imam memperoleh air dari Sungai Furat. Setibanya di bibir sungai, ia segera memenuhi kantong kulit dengan air dan memacu kudanya menuju perkemahan putra-putri Bani Hasyim. Namun di tengah jalan, ia menjadi sasaran serangan musuh hingga kedua tanggannya terputus dan gugur syahid.
Pengorbanan Abbas ini lahir dari makrifat dan pengetahuan yang sempurna tentang agama Allah Swt. Pengetahuan ini telah membentuk kepribadiannya sehingga membuatnya rela berkorban di jalan Allah. Ia belajar dari ayahnya, Imam Ali as bahwa hidup ini harus memiliki tujuan.
Sifat-sifat mulia yang disandang Abbas membuatnya tersohor dengan berbagai sebutan seperti, Bab al-Hawaij (pintu permintaan hajat), Abdu Saleh (hamba yang saleh), Shahib al-Liwa' (pembawa panji), dan Qamar Bani Hasyim. Mengenai keutamaan Abbas, Imam Ali Zainal Abidin as berkata, “Ya Allah, rahmatilah pamanku, Abbas. Dalam peperangan kedua tangannya telah dipotong oleh musuh. Sesungguhnya ia telah mengorbankan jiwanya untuk saudaranya… Di sisi Allah ia memiliki kedudukan yang sangat agung sehingga samua para syahid pada hari kiamat cemburu kepadanya dan berharap dapat mencapai kedudukan itu."
Abbas bin Ali dikenal sebagai figur yang bertakwa, saleh, dan orang kepercayaan masyarakat. Siapa pun yang mengenalnya niscaya mengakui beliau sebagai seorang yang bijak dan mulia. Sikapnya yang terbuka dan ramah membuat siapa pun tertarik kepadanya. Abbas adalah sosok yang rendah hati dan santun. Keteguhan, kesantunan, dan kesabaran Abbas mengingatkan kita pada ucapan Imam Ali as bahwa, "Tidak ada warisan yang lebih mulia kecuali akhlak."
Pesan Universal Pengutusan Rasulullah Saw
Muhammad Saw – beberapa tahun sebelum pengangkatan – selalu berdiam diri di Gua Hira selama satu bulan di sepanjang tahun. Ia duduk di atas bongkahan batu sambil menatap bintang-bintang dan keindahan kota Makkah.
Ia duduk di sana merenungkan keagungan badan manusia, bumi, pepohonan dan tanaman, binatang, gunung-gunung dan ngarai, lautan yang luas dan gelombang yang menderu. Muhammad Saw bersujud di hadapan kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta alam semesta.
Muhammad Saw juga gelisah dengan orang-orang yang menyembah berhala dan meninggalkan Sang Pencipta. Ia kadang memikirkan fenomena penindasan yang dilakukan oleh para pembesar kaum dan orang kaya terhadap masyarakat lemah dan miskin serta mencari solusinya. Saat rasa lelah menghadapi kondisi kala itu menderanya, Muhammad Saw akan bersimpuh di hadapan Allah Swt serta larut dalam ibadah dan munajat. Ia meminta bantuan Tuhan untuk mengakhiri penyimpangan akidah dan problema sosial dan moral masyarakat.
Setelah mengakhiri masa 'itikaf satu bulan di Gua Hira, Muhammad Saw kembali ke kota Makkah dengan hati yang tenang, wajah yang bercahaya, dan penuh optimis. Ia kemudian melakukan thawaf di Ka'bah dan selanjutnya pulang ke rumah untuk memulai rutinitas kehidupan. Muhammad Saw diutus menjadi Rasul pada usia 40 tahun ketika sedang berkhalwat di Gua Hira. Malaikat Jibril datang dan membawa wahyu kepadanya sambil berkata, "Bacalah!" "Aku tidak bisa membaca," jawab Muhammad.
"Bacalah," ulang Malaikat Jibri. Tapi Muhammad terus memberi jawaban yang sama sampai tiga kali dan akhirnya ia pun berkata, "Apa yang harus kubaca?" Jibril menjawab, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dan inilah momen pengangkatan beliau sebagai Rasulullah, utusan Allah kepada seluruh umat manusia. Keagungan dan kandungan wahyu membuat tubuh Muhammad gemetar dan mengucurkan banyak keringat, dan ia pun kembali ke rumahnya.
Setelah menguasai dirinya, Muhammad menyaksikan gunung, bebatuan, dan apa saja yang dilewatinya menyampaikan salam kepadanya dan mereka berkata, "Salam atasmu wahai Muhammad. Salam atasmu wahai Wali Allah. Salam atasmu wahai Rasulullah. Berbahagialah karena Tuhan memberikan keutamaan dan keindahan kepadamu dan memuliakanmu atas segenap manusia dari yang pertama sampai yang terakhir. Orang yang utama adalah ia yang diberikan keutamaan oleh Tuhan dan orang yang terhormat adalah ia yang diberikan kehormatan oleh Tuhan. Jangan gelisah, Allah akan segera mengantarkanmu ke derajat yang paling tinggi dan kedudukan yang paling mulia." (Bihar al-Anwar, jilid 18)
Risalah kenabian Muhammad Saw memiliki keistimewaan yang khas dibanding risalah para nabi sebelumnya. Ciri khas risalah Rasul Saw adalah sebagai penutup, penghapus risalah sebelumnya, penyempurna risalah para nabi terdahulu, ditujukan untuk seluruh umat manusia, dan sebagai rahmat bagi semesta alam. Ciri-ciri ini dimiliki oleh Nabi Muhammad dan tidak dimiliki oleh para nabi sebelumnya. Risalah para nabi terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja dan sesuai dengan kondisi pada masa itu. Sementara risalah Nabi Muhammad Saw diperuntukkan bagi seluruh umat manusia dan berlaku hingga akhir zaman.
Allah Swt mengangkat Muhammad al-Amin sebagai manusia yang paling layak dan paling sempurna. Muhammad Saw adalah sosok manusia sempurna dan moderat, di mana tidak pernah berbuat sesuatu secara ifrat (berlebihan) dan tafrit (pengurangan). Muhammad Saw diutus untuk menyelamatkan manusia yang tenggelam dalam penyembahan berhala dan kebodohan. Dengan bantuan akal dan fitrah mereka sendiri, ia membimbing masyarakat ke jalan tauhid dan meninggalkan berhala.
Pesan utama dan terpenting dari pengutusan Muhammad Saw adalah prinsip tauhid. Prinsip ini bersifat universal sehinggal Islam dikenal sebagai agama tauhid. Para nabi terdahulu juga membawa ajaran tauhid seperti yang disebutkan dalam suarat Al-Anbiya ayat 25, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya; "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku."
Tauhid tentu saja bukan satu-satunya solusi untuk menyelesaikan krisis-krisis di era Jahiliyah. Tauhid berarti membenci, menjauhi, dan menghapus segala bentuk syirik, menolak semua bentuk kezaliman, dan tidak mengandalkan semua kekuatan lain selain kekuasaan Allah. Tauhid seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh manusia modern.
Di antara misi pengutusan Nabi Muhammad Saw adalah menegakkan keadilan di tengah masyarakat. Dalam surat Al-Hadid ayat 25, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." Untuk menciptakan keadilan di masyarakat, pertama-tama harus mengenal keadilan itu sendiri dan kemudian motivasi untuk melaksanakannya di tengah masyarakat.
Rasulullah Saw telah memperjelas masalah keadilan baik secara teoritis maupun praktis. Semua manusia sama kedudukannya di hadapan beliau. Nabi Muhammad – tanpa alasan yang pantas – tidak pernah memuliakan seseorang dari yang lain atau merendahkan seseorang. Beliau bahkan mengarahkan pandangannya ke masyarakat secara adil. Demikian juga ketika mendengarkan pembicaraan masyarakat.
Para sahabat berkisah bahwa Rasulullah Saw menyimak pendapat kami sedemikian rupa sehingga kami berpikir beliau tidak mengerti apa-apa dan baru pertama kali mendengarnya. Padahal, beliau adalah sosok manusia sempurna yang selalu ditemani oleh Jibril.
Pendidikan dan pengajaran merupakan pilar utama kebahagiaan individu dan masyarakat. Semua nabi diutus untuk membimbing manusia ke jalan kebahagiaan dan kesempurnaan. Mereka adalah para guru dan pendidik sejati, di mana mengajarkan makrifat dan hukum-hukum Tuhan kepada manusia dengan ucapan dan amalan. Para nabi tidak pernah mengenal lelah dalam berdakwah demi menghapus kerusakan dan kebobrokan dari masyarakat.
Rasulullah Saw membaktikan seluruh hidupnya untuk mendidik dan membimbing masyarakat. Di tengah berkecamuknya Perang Uhud dan ketika beliau terluka parah dan giginya patah, sekelompok sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, kutuklah mereka! Engkau berjuang untuk membimbing dan menyelamatkan mereka, tapi mereka justru berperang denganmu!" Rasul Saw kemudian meletakkan patahan giginya di telapak tangan dan mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berseru,"Ya Allah! Berilah mereka petunjuk, tunjuklah jalan kepada mereka. Mereka tidak mengetahui."
Masjid Nabawi, Madinah Munawwarah.
Dalam peristiwa Perang Badar, ketika para tawanan yang terikat rantai dibawa menghadap Rasulullah Saw, sebuah senyuman tersungging di bibir beliau. Salah satu tawanan kemudian berkata, "Seharusnya engkau tertawa karena telah mengalahkan kami dan sekarang kami menjadi tawananmu." Rasul bersabda, "Jangan salah! Senyuman saya, bukan senyuman kemenangan dan penaklukan, tapi ini karena harus mengantarkan orang-orang seperti kalian ke surga dengan rantai. Saya ingin menyelamatkan kalian dan kalian melakukan perlawanan terhadap saya, dan kalian menghunus pedang!"
Rasulullah telah mengubah gaya hidup dan hubungan kemanusiaan, budaya politik, budaya pemerintahan dan lain-lain. Beliau membuat masyarakat punya jati diri dan kepribadian, serta menjadikan mereka lebih bertanggung jawab. Rasul bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.”
Allah Swt telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi dan kapasitas. Akal dan fitrah adalah dua sarana internal untuk memperoleh kemuliaan material dan spiritual. Namun mengingat akal dengan sendirinya tidak cukup untuk meniti jalan menuju Tuhan, maka Dia mengutus para nabi sebagai pembimbing eksternal, dan tentu ini tidak menciderai orisinalitas akal dan kedudukannya. Rasulullah Saw juga memberikan perhatian khusus kepada akal, ilmu pengetahuan, dan orisinalitas akal.
Akhir kata, peringatan hari pengutusan Rasulullah Saw merupakan sebuah kesempatan untuk kembali mendalami ajaran-ajaran Islam – penjamin kebahagiaan – dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad. Masyarakat modern harus kembali ke jalan Rasulullah Saw untuk menyingkirkan sifat-sifat syirik dari dalam diri dan menolak hegemoni asing.
Protokol Kesehatan Islam, Solusi Mencegah COVID-19
Tidak ada agama dan aliran kepercayaan yang memperhatikan masalah kesehatan manusia melebihi agama Islam. Rasulullah Saw bersabda, "Ada dua nikmat yang dilalaikan oleh manusia yaitu kesehatan dan masa muda."
Imam Ali as memandang masalah kesehatan sebagai nikmat Tuhan yang paling besar. Ia berkata, "Hanya kesehatan yang membuat manusia dapat memahami kelezatan hakiki kehidupan." Imam Jakfar Shadiq as menganggap kesehatan sebagai sebuah nikmat yang tidak bisa dinilai secara materi.
Kesehatan adalah sebuah nikmat yang sangat dihargai ketika pemiliknya telah jatuh sakit. Meskipun manusia selalu terserang berbagai penyakit dan gangguan kesehatan, namun penyakit pandemik membuat orang sangat ketakutan, karena ia menyebar dalam skala luas dan membunuh banyak orang dalam waktu singkat.
Virus Corona, yang telah menyebar dari Cina ke hampir seluruh dunia, termasuk salah satu penyakit dari jenis itu. Meskipun ada kemajuan di dunia medis, sayangnya puluhan ribu orang telah terinfeksi virus yang disebut COVID-19 ini dan ribuan orang meninggal dunia.
Para dokter dan pakar medis mengeluarkan berbagai himbauan kepada masyarakat untuk melindungi diri dari infeksi virus Corona. Dalam hal ini, Islam – sebagai agama yang paling sempurna – memiliki ajaran dan panduan penting untuk mencegah dan mengobati penyakit. Tidak diragukan lagi, panduan kesehatan dan spiritual ini sangat bermanfaat untuk melawan jenis virus baru dan berbahaya, COVID-19.
Jadi, bukan tanpa alasan jika kaum Muslim menorehkan banyak prestasi di ilmu kedokteran di masa-masa setelah kemunculan Islam. Sekilas ayat-ayat al-Quran serta hadis Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya menunjukkan bahwa Islam menekankan masalah pencegahan dari segala penyakit.
Sekitar 1.400 tahun yang lalu, agama besar ini memberikan rekomendasi yang tepat dan bijak untuk hampir semua aspek kesehatan individu dan masyarakat, dan bahkan lingkungan. Islam meminta pengikutnya untuk bersungguh-sungguh dalam menjaga kesehatannya.
Memperkuat sistem kekebalan tubuh adalah salah satu cara yang paling penting untuk melawan virus Corona. Rasulullah Saw dan para imam maksum telah merekomendasikan berbagai tanaman herbal dan makanan untuk tujuan ini. Sekarang para dokter Islam-Iran merekomendasikan resep Rasulullah Saw dan Ahlul Bait ini kepada masyarakat. Contohnya, madu, kayu manis, thymus, jahe, bawang putih, dan beberapa tanaman herbal lainnya.
Rasulullah dan para imam maksum telah memberikan panduan kesehatan tentang pentingnya menjaga gizi seimbang, tidak makan berlebihan, dan mengkonsumsi makanan yang sehat, serta selalu menjaga kesehatan.
Al-Quran berulang kali mengingatkan bahwa Allah Swt telah memperkenankan makanan yang halal dan sehat kepada manusia serta melarang mereka dari mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram dan kotor.
Imam Shadiq as berkata, "Allah Swt telah menciptakan manusia, Dia mengetahui apa saja yang baik untuknya dan apa saja yang mudharat. Dia menghalalkan apa yang bermanfaat dan mengharamkan apa yang mudharat."
Islam melarang mengkonsumsi beberapa jenis hewan termasuk kelelawar. Jika benar virus Corona ditularkan dari kelelawar ke manusia, maka kita semakin memahami tentang kebijaksanaan ajaran Tuhan.
Sejak mewabahnya virus Corona, para dokter selalu meminta masyarakat untuk menjaga kesehatan dan kebersihan, termasuk sering mencuci tangan sehingga tidak tertular wabah COVID-19. Ini adalah perintah yang telah dianjurkan oleh Islam kepada umatnya sejak berabad-abad lalu.
Kebersihan dan kesucian itu merupakan perkara penting dan wajib. Rasulullah Saw bersabda, "Islam dibangun atas pondasi kebersihan dan kesucian." Beliau menganggap kebersihan sebagai bagian dari iman.
Salah satu protokol kesehatan Islam yang harus dijalankan dalam situasi normal adalah menjaga kebersihan anggota badan khususnya tangan. Kaum Muslim mengambil lima kali wudhu untuk menunaikan shalat harian termasuk membasuh tangan dan wajahnya.
Selain itu, para pemuka agama menganjurkan untuk mencuci tangan sebelum makan. Islam menilai setiap individu bertanggung jawab terhadap kesehatan orang lain. Individu yang tidak menjaga kebersihan personal sehingga menyebabkan orang lain jatuh sakit, maka ia telah berdosa.
Ketika para dokter mengatakan bahwa kontak dengan orang lain bisa tertular virus Corona, maka seorang Muslim wajib mengamalkan anjuran ini demi keselamatan dirinya dan masyarakat.
Meskipun Islam sangat menganjurkan solidaritas dan perkumpulan di antara pengikutnya, namun jika perkumpulan ini bisa membahayakan keselamatan jiwa dan raga orang-orang, maka Islam merekomendasikan untuk membatalkannya.
Saat ini banyak dari negara Muslim telah meniadakan kegiatan di masjid-masjid seperti shalat Jumat, menutup tempat-tempat suci, dan meliburkan kegiatan agama lainnya demi mencegah penyebaran virus Corona. Rasulullah Saw juga menghindari kontak dengan orang yang terkena penyakit menular dan juga meminta orang lain mematuhinya.
Tentu saja segala sesuatu di alam ini tidak akan terjadi tanpa izin dari Allah Swt. Dia adalah pencipta dan pemilik alam semesta ini. Dengan melihat kaidah umum ini, satu-satunya dzat pemberi kesembuhan adalah Allah Yang Maka Kuasa dan Maka Bijaksana. Nabi Ibrahim as berkata, "Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku." (QS. Ash-Shu'ara, ayat 80)
Namun, Allah dalam banyak kasus memilih media tertentu untuk mewujudkan kehendak-Nya. Dalam hal penyakit, Dia mewujudkan kehendak-Nya melalui proses pengobatan oleh dokter. Oleh karena itu, Islam tidak bisa menerima jika ada orang yang sakit tidak berobat ke dokter dengan harapan memperoleh kesembuhan langsung dari Allah.
Rasulullah Saw dan para aulia selain berdoa kepada Allah untuk meminta kesembuhan, juga merujuk ke tabib dan menjalani proses pengobatan. Imam Shadiq as berkata, "Salah seorang nabi jatuh sakit. Dia pun berujar, aku tidak akan berobat dan menunggu kesembuhan dari Tuhan-ku. Allah kemudian berfirman, 'Aku tidak akan menyembuhkanmu sebelum engkau berobat, tapi kesembuhan berasal dari-Ku."
Islam membalas jasa dokter dan perawat yang telah merawat orang sakit. Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang berusaha untuk menyembuhkan orang sakit, baik ia sembuh ataupun tidak, maka ia telah dibersihkan dari dosa seperti hari ia dilahirkan dari rahim ibunya."
Dalam Islam, orang yang sakit harus berikhtiyar, berdoa, dan memohon kesembuhan dari Allah. Dewasa ini, para ilmuwan membuktikan bahwa iman memiliki pengaruh yang tak terbantahkan dalam kesembuhan pasien. Ketika seorang pasien berdoa, sebenarnya ia telah menjulurkan tangan penuh harap kepada rahmat, kekuatan, dan pertolongan Allah, sebagai pemberi kesembuhan yang hakiki. Dengan demikian, peluangnya untuk sembuh akan semakin besar.
Imam Ali Ridha as berkata, "Mintalah keselamatanmu di dunia dan akhirat kepada Allah." Jelas bahwa orang yang kuat imannya, maka doa-doanya akan cepat terkabul.
Alexis Carrel, ahli bedah dan pakar biologi Perancis dalam bukunya, "Man, the Unknown (1935)" menulis, "Doa dan munajat memiliki pengaruh unik terhadap anggota badan kita. Kondisi ini pada awalnya tidak begitu menyita perhatian, namun ketika proses itu berlanjut, maka tidak ada kenikmatan yang sebanding dengannya. Manusia pasrah di hadapan Tuhan ketika mereka larut dalam doa. Mereka memohon rahmat dan kasih sayang Tuhan...."
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei meminta masyarakat selain mematuhi protokol kesehatan agar terbebas dari infeksi wabah Corona, juga menganjurkan untuk membaca doa dari Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad yang biasa dibacakan ketika dalam masalah dan kesulitan.
Dalam ajaran Islam, kita dianjurkan untuk mendoakan orang lain yang sedang dalam masalah sebelum berdoa untuk kesembuhan kita sendiri sehingga Allah Swt mencurahkan rahmat-Nya kepada kita.
Imam Husein, Simbol Keberanian dan Pengorbanan
Pada 3 Sya'ban tahun keempat Hijriah, rumah Ali as dan Fatimah as diterangi cahaya dan hati Rasulullah Saw diliputi kegembiraan dan kesenangan. Pada hari itu, Husein bin Ali as dilahirkan ke dunia untuk melanjutkan jalan yang sudah dirintis oleh kakeknya.
Sebuah hadis Qudsi berkata, "Ketika Husein lahir, Allah berfirman kepada Rasulullah, 'Selamat atas kelahiran di mana shalawat dan rahmat-Ku menyertainya, selamat atas engkau dan seluruh kaum Muslim karena hari besar ini, hari ketika Husein dilahirkan dan ia membawa bersamanya kebebasan, kecintaan, dan pengorbanan.'"
Hari ini, para pecinta Ahlul Bait as di seluruh dunia bersuka cita atas kelahiran Husein as, karena mereka memperoleh pelajaran berharga dari kehidupan, pemikiran, dan kebangkitannya; sebuah kehidupan yang sarat dengan makrifat dan kesempurnaan.
Nilai hakiki setiap insan bergantung pada ilmu pengetahuan, kesempurnaan, keutamaan, dan sifat-sifat moral. Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dari segi fisik, tapi perbedaan ini tidak membuat mereka lebih utama dari yang lain. Hal yang membuat mereka istimewa adalah ilmu, keutamaan, dan akhlak mulia, dan Husein as memiliki semua sifat ini secara utuh.
Imam Husein adalah salah satu insan teladan dalam sejarah umat manusia. Pengorbanan luar biasa, ketahanan, tawakkal, tekad yang kuat, kesabaran, dan keberaniannya di Karbala, hanya memperlihatkan sebagian dari kepribadian mulia Husein dan sifat-sifat ini membuat semua hati bergerak ke arahnya.
Faktanya, sifat berani dan tangguh tidak akan muncul pada setiap individu, kecuali ia juga menyandang sifat-sifat moral lainnya secara utuh. Sosok seperti ini harus memiliki kesempurnaan iman, makrifat, keyakinan, dan tawakkal sehingga dapat menjadi salah satu dari menifestasi kebesaran Tuhan.
Banyak tokoh besar telah lahir dari rahim sejarah dan masing-masing dari ketokohan mereka dikenal karena keberanian, kepahlawanan, kezuhudan, pemaaf, dan siap berkorban. Akan tetapi, kebesaran dan keutamaan kemanusiaan yang dimiliki oleh Imam Husein as benar-benar sulit ditemukan padanannya dalam sejarah.
Setelah Imam Husein as gugur syahid, Bani Umayyah melaknat Husein dan ayahnya, Imam Ali bin Abi Thalib di mimbar-mimbar selama 60 tahun atas tuduhan melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Meski demikian, tidak satu orang pun dari penguasa mampu merusak nama harum mereka sebagai teladan ketakwaan dan kemuliaan.
Mengenai kepribadian luhur Imam Husein as, seorang ulama Sunni Lebanon, Syeikh Abdullah al-'Alayili berkata, "Apa yang ada dalam riwayat dan sejarah Husein di tangan kami, kami menemukan bahwa Husein memiliki kesempurnaan takwa yang diteladani dari kakeknya dan ia adalah teladan sempurna dari sosok Rasulullah dari segala sisi. Dalam jihad, ia mengayunkan pedang dengan penuh pengorbanan dan tidak ada pekerjaan yang mencegahnya untuk melakukan tugas lain."
Bagi para reformis dan pemuka agama, yakin akan tujuan merupakan faktor penentu untuk mencapai kemajuan. Pemimpin yang yakin akan tujuannya akan melangkah dengan optimis untuk meraih tujuan, ia tidak akan goyah dan keyakinan ini membuatnya kuat. Seperti yang disinggung dalam surat al-Anfal ayat 2, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhan-lah mereka bertawakkal."
Makam Imam Hussein as, Karbala, Irak
Rasulullah Saw – dengan keimanan dan keyakinan yang kuat – baik ketika menang atau pun ketika kalah secara lahiriyah, dengan penuh optimis dan yakin memajukan agenda-agendanya untuk meraih tujuan. Imam Husein as juga sama seperti kakeknya, dalam hal keimanan kepada tujuan dari kebangkitannya. Imam menilai satu-satunya cara untuk menyelamatkan Islam dan masyarakat Muslim adalah melawan skenario jahat Bani Umayyah dan tidak berbaiat dengan Yazid bin Mu'awiyah.
Oleh karena itu, Imam Husein as secara jujur dan tegas mengumumkan penentangannya terhadap kepemimpinan Yazid. Beliau tidak hanya mempelajari pelajaran iman dan keteguhan dalam agama dari kakek dan ayahnya, tapi dengan memikul beban ujian duniawi, telah mengantarkan dirinya ke puncak ifran dan makrifat Ilahi. Ia laksana gunung yang menjulang tinggi, kokoh dan tidak pernah goyah.
Imam Husein telah mencapai sebuah tahapan dari irfan dan makrifatullah sehingga peristiwa segetir apapun akan tampak indah di matanya. Menariknya, Sayidah Zainab as (saudari Imam Husein) juga menyaksikan keindahan yang sama. Ketika Gubernur Kufah, Ubaidillah bin Ziyad berkata kepadanya, "Lihatlah bagaimana perlakuan Tuhan terhadap saudaramu." Zainab menjawab, "Aku tidak melihat sesuatu kecuali keindahan."
Di mata Ahlul Bait, peristiwa Karbala meskipun perbuatan keji tentara Bani Umayyah, tetap terlihat indah karena kebesaran dan puncak kesabaran yang diperlihatkan oleh Imam Husein dalam menghadapi ujian.
Keberanian adalah salah satu sifat mulia kemanusiaan. Sebuah bangsa yang orang-orangnya tidak memiliki keberanian mental dan moral, maka dengan mudah akan ditaklukkan oleh musuh. Bahkan, kelangsungan hidup suatu negara, martabat dan wibawanya bergantung pada tingkat keberanian yang dimiliki oleh rakyatnya.
Seorang ulama besar Sunni, Ibn Abi al-Hadid ketika berbicara tentang keberanian Imam Husein as, menuturkan bahwa dalam hal keberanian, siapa sosok lain yang sama seperti Husein bin Ali as di Padang Karbala. Kami tidak menemukan seseorang di mana masyarakat telah menyerbunya dan ia telah terpisah dengan saudara, keluarga, dan sahabatnya, tetapi dengan keberanian bak singa, ia mematahkan pasukan berkuda. Apa yang anda pikirkan tentang sosok yang tidak tunduk pada kehinaan dan tidak berbaiat kepada mereka hingga gugur syahid.
Percaya diri adalah salah satu sifat utama manusia sukses. Para pemuka agama, semuanya telah mencapai puncak dari karakteristik ini, dan Imam Husein as sebagai pencetus Revolusi Asyura, memiliki karakteristik ini dalam bentuk yang sempurna. Kepercayaan dirinya sedemikian rupa sehingga kondisi apapun tidak merusak keputusan dan tekadnya, tetapi justru membuat Imam lebih tegas dalam mencapai tujuannya.
Di hari Asyura, Imam Husein as – saat kematian sudah di depan mata – tetap tidak gentar dan ia berdiri tegak di hadapan pasukan Umar ibn Sa'ad dan menyampaikan pesan kepada mereka. Beliau berkata, "Tidak, aku bersumpah demi Tuhan, aku tidak akan tunduk pada kehinaan dan tidak akan lari seperti para budak." Imam begitu teguh dalam membela tujuan dan keyakinannya, dan bahkan kondisi apapun tidak menghalangi dia untuk mencapai tujuannya.
Kedermawanan dan kemurahan hati Imam Husein as telah menjadi sebuah pepatah. Banyak ulama mengungkapkan fakta ini bahwa tidak ada yang bisa menandingi Imam Hasan dan Husein dalam kedermawanan dan kemurahan hati.
Dikisahkan bahwa suatu hari, Imam Husein as sedang shalat di rumahnya, seorang Arab Badui yang terjerat kemiskinan, tiba di kota Madinah dan mendatangi rumah beliau. Ia mengetuk pintu rumah sambil berkata, "Hari ini seseorang yang berharap kepadamu dan mengetuk pintu rumahmu, tidak akan berputus asa. Engkau adalah orang dermawan dan tambang kedermawanan. Wahai orang yang ayahnya adalah penghancur kezaliman!"
Imam Husein as mempersingkat shalatnya agar dapat memenuhi apa yang diinginkan orang itu. Ketika selesai shalat dan keluar melihat orang tersebut, Imam langsung memahami orang itu tidak punya apa-apa dan sangat miskin. Imam mendekatinya dan berkata, “Tetaplah di sini hingga aku kembali.”
Imam Husein as kemudian bertanya kepada pelayannya, “Berapa uang yang tersisa di tanganmu untuk pengeluaran sehari-hari kita?” Pelayan beliau menjawab, "Tinggal 200 dirham dan engkau telah berkata agar uang ini dibagikan kepada para kerabat.” Imam Husein berkata, “Bawa uang itu kepadaku! Karena ada seseorang di depan pintu yang lebih membutuhkannya.”
Pelayan kemudian pergi dan kembali ke hadapan Imam sambil membawa uang tersebut. Setelah menerimanya, Imam Husein as pergi ke depan pintu dan memberikan uang itu kepada orang miskin yang berdiri di sana. Imam berkata, “Ambillah uang ini dan terimalah permintaan maafku. Aku tidak punya uang lebih dari ini untuk diberikan kepadamu.”
Orang miskin itu menerima uang tersebut dan pergi dari rumah Imam. Ia tampak begitu gembira.
Perjuangan Pemikiran Imam Sajjad as
Di bulan Sya’ban, kota Madinah kembali bersuka cita atas kelahiran seorang manusia suci dari Ahlul Bait Nabi as. Rumah sederhana Imam Husein as memancarkan cahaya karena kelahiran seorang anak yang tampak jelas aura kewibawaan di wajahnya.
Ali Zainal Abidin as dilahirkan di Madinah pada 5 Sya’ban tahun 38 Hijriah dari seorang ayah yang mulia, Imam Husein as dan seorang ibu yang salehah, Shahrbanu. Karena memiliki orang tua seperti ini, Ali bin Husein as dipanggil dengan sebutan Ibn al-Khairatain (putra dari dua kebaikan).
Ali bin Husein as memiliki beberapa gelar dan yang paling populer adalah as-Sajjad. Imam Muhammad al-Baqir as berkata, “Ali bin Husein tidak mengingat sebuah nikmat Allah kecuali ia melakukan sujud. Ia tidak membaca ayat al-Quran yang mengandung ayat sajdah kecuali ia melakukan sujud. Allah tidak menyelamatkannya dari keburukan yang dikhawatirkannya kecuali ia melakukan sujud. Ketika usai mengerjakan shalat wajib, ia melakukan sujud. Bekas-bekas sujud terlihat pada seluruh anggota sujudnya. Oleh karena itu, ia diberi gelar al-Sajjad.”
Ali bin Husein kehilangan ibunya hanya beberapa hari dari kelahirannya dan ia kemudian diasuh oleh sang ayah. Ia sempat merasakan era kepemimpinan (imamah) kakeknya, Imam Ali bin Abi Thalib as selama dua tahun. Karena rasa cintanya yang besar kepada pamannya, Imam Hasan as, ia sering mendatangi beliau untuk mempelajari nilai-nilai moral dan spiritual.
Periode imamah ayahnya, Imam Husein as dimulai ketika ia berusia 12 tahun. Ia selalu mendapatkan bimbingan dan pengajaran dari ayahnya dan ia mulai bertugas memimpin umat pada tahun 61 Hijriah. Jadi, setelah ayahnya gugur syahid di Karbala, Imam Sajjad as secara praktis memainkan peran penting dan menentukan. Ia hidup selama 34 tahun setelah peristiwa itu dan memikul tugas sebagai pemimpin umat Islam. Selama periode ini, Imam Sajjad as aktif memerangi kezaliman dan kebodohan dengan berbagai cara.
Imam Sajjad as adalah sosok yang paling mirip dengan kakeknya, Ali bin Abi Thalib, dan dalam perkara ibadah, ia juga sama seperti kakeknya, membaca takbir 70 kali setiap malam dan sangat tekun membaca al-Quran.
Imam Sajjad as selalu berbagi makanan dengan orang-orang fakir miskin dan anak yatim. Kantong kulit yang penuh air selalu berada di pundaknya dan air itu ia didistribusikan ke rumah-rumah anak yatim dan orang miskin. Ia mengatur kebutuhan air dan roti untuk hampir 300 keluarga yang tidak mampu. Para penerima bantuan ini bahkan tidak mengetahui siapa sosok penyedia makanan untuk mereka.
Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as melewati hari-harinya dengan berpuasa dan memakan roti yang keras ketika berbuka. Doa dan zikir-zikir yang ia panjatkan mengandung banyak pelajaran dan nilai-nilai akhlak, dan nilai-nilai ini ia ajarkan kepada masyarakat di sepanjang hidupnya.
Mengenai ketakwaannya, Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Ali bin Husein tidak pernah makan satu suap pun dari barang haram selama hidupnya dan tidak pernah melangkah satu langkah pun ke arah perkara haram, tidak pernah berkata selain kebenaran walaupun satu kata dan tidak pernah melakukan sebuah pekerjaan untuk selain Allah Swt.”
Salah satu tugas utama seorang imam adalah menyampaikan pesan Ilahi dan ajaran murni agama kepada masyarakat. Imam Sajjad as mengemban tanggung jawab yang sama seperti yang dipikul oleh kakeknya, Amirul Mukminin as. Pada dasarnya, misi dan tugas para imam adalah sama secara prinsip, tetapi kondisi, tuntutan zaman, dan kebutuhan masyarakat selalu berbeda di setiap masa.
Perbedaan kondisi dan tuntutan ini tentu saja menuntut perubahan metode dan cara dalam menunaikan misi imamah. Sebagai contoh, Imam Ali as fokus memerangi kezaliman dan penyimpangan serta memberi pencerahan kepada umat tentang posisinya sebagai khalifah yang sah. Beliau membimbing masyarakat ke arah sistem akidah, politik, dan moral berdasarkan ajaran Islam murni. Misi yang sama juga dipikul oleh Imam Hasan dan Imam Husein as.
Sejarah mencatat bahwa para imam maksum masing-masing mengadopsi cara tertentu dalam menunaikan risalah dan tanggung jawabnya. Namun, misi, pesan, dan tujuan mereka sama sekali tidak ada perbedaan satu dengan yang lain. Pada periode imamah Imam Sajjad as, situasi sudah tidak memungkinkan untuk memulai sebuah perlawanan baru terhadap Dinasti Bani Umayyah. Pukulan berat dirasakan masyarakat sejak hari pertama perampasan posisi khalifah, pecahnya perang Siffin, Jamal, dan Nahrawan serta periode kelam kekuasaan Mu’awiyah dan Yazid, dan juga peristiwa syahidnya Imam Husein as dan para sahabatnya di Karbala.
Pesimisme dan keputusasaan telah menghantui masyarakat akibat tekanan masif para penguasa Bani Umayyah. Dalam situasi seperti ini, Imam Sajjad as tidak bisa terang-terangan – seperti yang dilakukan Imam Baqir dan Imam Shadiq – mengajari dan mendidik murid-muridnya, dan juga tidak memungkinkan untuk menyusun kekuatan terhadap penguasa zalim, seperti yang dilakukan Ali bin Abi Thalib as.
Dua persoalan ini bisa membuat pemikiran Syiah di bidang budaya, sosial, dan politik terlupakan untuk waktu yang lama. Di sini, diperlukan sebuah gerakan ijtihadi untuk memperluas ufuk pemikiran kaum Muslim dalam kerangka ajaran Islam dan inilah yang dilakukan oleh Imam Sajjad as ketika itu. Ia menyadari bahwa masyarakat telah menyimpang dan mereka terpasung oleh kemewahan dunia, kerusakan politik, moral, dan sosial, serta kondisi represif yang tidak mungkin untuk memulai sebuah gerakan baru.
Oleh karena itu, Imam Sajjad memanfaatkan media doa untuk menjelaskan sebagian dari akidahnya dan kembali membangunkan masyarakat agar mereka perhatian pada masalah makrifat, ibadah, dan penghambaan. Dalam situasi seperti ini, Imam Sajjad fokus pada masalah ibadah dan salah satu pengaruh sosial terpenting adalah terciptanya hubungan masyarakat dengan Allah Swt lewat doa.
Hubungan kontinyu dengan Tuhan dan munajat kepada-Nya akan membuka ruang untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia. Jelas bahwa dimensi spiritual ini muncul dari kebutuhan fitrah manusia kepada Allah Swt. Kegiatan ibadah ini akan mempengaruhi kehidupan manusia dan membawa manfaat bagi mereka. Orang-orang yang sujud dan ruku' di hadapan keagungan Tuhan, mereka akan memperoleh kemuliaan jiwa dan terhormat.
Di tengah situasi kritis ini, Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad melakukan upaya luas untuk mentansfer makrifat agama kepada masyarakat melalui untaian doa. Ia menjelaskan banyak tujuan dan misinya dalam format doa dan munajat. Doa-doa Imam Sajjad kemudian dikumpulkan dalam kitab Sahifah Sajjadiyah, yang dianggap sebagai khazanah makrifat Ilahi setelah al-Quran dan Nahjul Balaghah.
Banyak dari ulama dan perawi hadis menimba ilmu dari Imam Sajjad as. Sebut saja, Ibn Shihab al-Zuhri, meskipun ia loyalis Bani Umayyah dan ulama besar Sunni, tapi ia termasuk salah seorang ulama yang berguru kepada Imam Sajjad dan ia memuji Imam dalam banyak ucapannya.
Sahifah Sajjadiyah.
Doa-doa Imam Sajjad as menjelaskan tentang berbagai peristiwa yang terjadi masa itu. Sahifah Sajjadiyah adalah simbol irfan yang bersumber dari pemikiran epistemologi Imam Sajjad, yang dikenal sebagai Zabur Al Muhammad Saw. Dengan mempelajari kitab ini, seseorang dapat mengenali keagungan ibadah yang dilakukan dengan penuh makrifat oleh sang imam.
Sahifah Sajjadiyah adalah sebuah mahakarya yang selalu mendapat perhatian dari para ulama, peneliti, dan tokoh di Dunia Islam. Lewat kitab ini, Imam Sajjad mengajari semua orang di seluruh masa, dan setiap individu akan mencapai derajat tertentu sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya. Dari mihrab ibadah, Imam telah mendirikan sebuah madrasah pengajaran yang akan mengantarkan orang-orang mengenal hakikat.
Ilmuwan Amerika dan penerjemah kita Sahifah Sajjadiyah, Profesor William Chittick mengatakan, "Sahifah ini mengajarkan banyak pelajaran di berbagai bidang mulai dari tauhid sampai masalah sosial… Imam (dalam Sahifah) menyinggung perkara syariat dalam makna yang luas. Ia selalu menekankan pentingnya mengikuti perintah Allah yang terdapat dalam al-Quran dan hadis untuk kehidupan individu dan sosial. Sahifah juga memuat banyak pelajaran sosial yang khas dan juga perintah yang umum, termasuk urgensitas untuk menegakkan keadilan di masyarakat."
Dengan bait-bait doanya, Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad tidak hanya mengajarkan budaya Syiah kepada para pengikutnya pada masa itu, tapi juga mewariskan mutiara berharga ini kepada masyarakat Syiah setelahnya.
Ali Akbar, Teladan Pemuda Muslim
Setiap tanggal 11 Syaban, yang tahun ini bertepatan dengan 5 April diperingati sebagai hari pemuda dalam kalender nasional Iran. Momentum ini mengambil inspirasi dari kelahiran Ali Akbar bin Husein bin Ali bin Abu Thalib.
Manusia mulia dari keluarga suci Ahlul Bait Rasulullah Saw ini dibesarkan dan dididik oleh kakeknya, Imam Ali, dan ayahnya, Imam Husein hingga meraih derajat keilmuan dan makrifat yang tinggi. Hari kelahiran Ali Akbar di Iran dirayakan sebagai Hari Pemuda dan disambut dengan suka cita.
Beliau dilahirkan pada 11 Sya'ban 33 Hijriah (653 M) di kota Madinah, dan syahid pada 10 Muharram tahun 61 H (681) dalam peristiwa Asyura di Karbala. Sang ayah menuturkan tentang putranya ini, "Pemuda ini [Ali Akbar] dari sisi fisik, akhlak dan perilakunya mirip dengan Nabi Muhammad Saw dibandingkan orang lain. Oleh karena itu, ketika rindu bertemu Rasulullah kami memandanginya,".
Sheikh Abbas Qumi dalam kitab "Muntahi al-Amal" menulis tentang karakteristik Ali Akbar. Ulama besar Syiah ini dalam kitabnya menjelaskan, "Beliau pemuda yang tampan rupanya, baik tutur katanya. Dari sisi fisik dan perilaku mirip dengan Rasulullah Saw. Keberanian dan perjuangannya mewarisi kakeknya, Ali bin Abi Thalib. Beliau mengumpulkan seluruh kesempurnaan dan kemuliaan,".
Ali Akbar Ali Akbar adalah sebuah cabang dari pohon yang baik dan akar yang suci serta pewaris semua kebaikan keluarga Nabi Saw. Sifat dan perilakunya merupakan sebuah kebanggaan dan teladan untuk pemuda zaman sekarang, setiap orang yang merdeka akan terpanggil untuk meneladani Ali Akbar. Para pembenci sekali pun mengakui kemuliaan pemuda ini.
Bahkan, Muawiyah pun mengakui keagungan Ali Akbar, pemuda ksatria yang paling mirip dengan Rasulullah Saw. Dalam sebuah perjamuan di istana bersama orang-orang dekatnya, Muawiyah bertanya, "Siapa orang yang paling layak sebagai pemimpin masyarakat?" "Anda wahai tuan," jawab mereka. Tapi Muawiyah berkata, "Bukan, orang yang paling layak untuk memimpin pemerintah adalah Ali bin Husein bin Ali, kakeknya adalah Rasulullah. Terhimpun dalam dirinya keberanian Bani Hasyim, kedermawanan Bani Umayyah, dan ketampanan Kabilah Tsaqifa."
Lembaran sejarah mencatat peran besar Ali Akbar dalam membela ajaran Islam bersama keluarga Ahlul Bait, terutama ayahnya, Imam Husein. Meskipun usianya tidak lebih dari 28 tahun, tapi peran beliau begitu besar dalam membela ajaran Islam yang diselewengkan oleh penguasa ketika itu. Sebagai pemuda Muslim, Ali Akbar mempertaruhkan seluruh hidupnya demi membela Islam yang diperjuangkan bersama ayahnya, Imam Husein.
Dalam budaya Islam, pemuda merupakan aset yang bernilai dan memiliki kedudukan yang tinggi. Pemuda pantas mendapat penghormatan dan perhatian karena kesucian jiwa, ketulusan, dan keberanian. Berbagai riwayat Ahlul Bait menyebut pemuda lebih dekat dengan alam malakut dari orang lain dan menurut sabda Rasulullah Saw, "Keutamaan pemuda yang tumbuh dalam ibadah atas orang tua yang beribadah di masa tuanya, sama seperti keutamaan para nabi atas masyarakat lain."
Para sosiolog menilai pertumbuhan dan kemajuan sebuah masyarakat dari berbagai aspek budaya, sosial, dan ekonomi bergantung pada pemahaman mereka tentang generasi muda dan perhatian mereka terhadap kaum muda. Para sosiolog percaya bahwa jiwa yang lembut dan hati yang masih muda merupakan manifestasi dari semangat dan keceriaan. Jika semangat ini dibarengi dengan akhlak yang mulia dan ketaatan, maka kebahagiaan generasi muda akan hadir dan keselamatan masyarakat juga akan terjamin.
Generasi muda tentu saja ingin mencari sebuah teladan yang baik untuk mencapai kebahagiaan tersebut. Jika masih ada kontradiksi antara ucapan dan perbuatan pada diri seseorang, maka kaum muda tidak akan percaya padanya dan tidak akan mengikuti pemikiran dan ide orang tersebut.
Ali Akbar Dalam sejarah kebangkitan Islam, kita mengenal banyak tokoh dan suri tauladan yang layak dijadikan panutan. Sosok yang lebih bertakwa, lebih bersih, dan lebih sempurna tentu saja memiliki lentera hidayah yang lebih terang untuk generasi muda. Ali Akbar bin Husein adalah salah satu panutan yang abadi untuk hari ini dan masa depan.
Ia adalah pribadi pemberani dan pembela kebenaran, ia adalah pemuda yang mulia, cerdas dan pemaaf dan masih banyak sifat-sifat terpuji lain yang melekat padanya. Sifat-sifat mulianya sudah sangat populer di kalangan teman dan musuh dan bahkan jauh sebelum peristiwa Karbala terjadi.
Ali Akbar dikenal dermawan, lembut, dan ramah dalam kehidupan sehari-harinya. Ia berkumpul bersama kaum fakir-miskin ketika mereka dipandang sebelah mata oleh orang-orang kaya dan para pecinta dunia. Beliau makan bersama-sama orang miskin dan berbagi kenikmatan dengan mereka. Kematangan pikiran dan kekuatan jiwa membuatnya tidak pernah merasa takut terhadap penguasa.
Putra Imam Husein ini adalah simbol akhlak mulia, rendah hati, keceriaan, dan penuh semangat, dan ia tidak pernah meninggalkan adab terutama di hadapan orang tuanya. Ia telah mengajarkan kaum muda rahasia keabadiaan yaitu berpihak pada kebenaran, berakhlak mulia, dan rendah hati.
Kesantunannya di hadapan sang ayah bukan semata-mata karena ikatan emosional, tapi ia memandang ayahnya sebagai imam dan panutannya. Imam Husein as juga mencintai anaknya bukan hanya selaku ayah, tapi ia adalah seorang pemuda yang mulia, suci, dan bertakwa dan oleh sebab itu, Imam Husein memuliakannya.
Keberanian Ali Akbar dan kearifannya dalam beragama serta kematangan dalam berpolitik, termanifestasi selama perjalanan ke Karbala khususnya pada hari Asyura. Ia adalah pemuda pertama dari Bani Hasyim yang meminta izin dari Imam Husein untuk maju ke medan perang. Imam pun memberi izin kepadanya dan ia langsung menuju medan perang.
Perjuangan dan pengorbanan Ali Akbar hingga kini masih relevan dijadikan sebagai teladan para pemuda Muslim di era globalisasi ini. Para pemuda saat ini berada dalam kepungan informasi yang dengan mudah mereka akses. Tidak sedikit dari pemuda Muslim sibuk tenggelam dengan informasi keliru, tidak penting, bahkan menyesatkan di media sosial dan melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga dan bagian dari masyarakat.
Kini saatnya para pemuda meneladani jejak Ali Akbar di hari pemuda ini dengan memperbaiki akhlaknya dan mempersembahkan karya terbaiknya untuk keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.
Wajah Dunia Setelah Pandemi Corona (2-Habis)
Umat manusia sedang menghadapi sebuah krisis besar setelah wabah virus Corona (COVID-19) menyebar secara cepat di dunia. Wabah ini bisa disebut sebagai sebuah tragedi global.
Mayoritas warga dunia percaya atau beranggapan bahwa virus Corona akan bertahan untuk waktu yang lama dan ini menjadi sebuah mimpi buruk bagi masyarakat dunia.
Di setiap krisis dan konflik bersenjata di dunia, sebagian dari masyarakat dunia terpukul secara ekonomi, tapi belum pernah merasakan dampak seperti yang diciptakan oleh wabah Corona, setidaknya dalam tujuh dekade terakhir (setelah Perang Dunia II).
Dalam satu bulan terakhir dan setelah jutaan orang berada dalam karantina, ekonomi global secara perlahan bergerak menuju resesi. Meskipun negara-negara mengambil langkah antisipasi, namun para pakar ekonomi memperkirakan resesi ekonomi terburuk akan terjadi dalam sejarah modern dan bahkan lebih buruk dari era resesi besar 2009.
Di samping dampak politik dan sosial akibat pandemi Corona, hal yang tak kalah penting adalah prospek ekonomi global setelah berakhirnya wabah ini. Banyak pakar dan analis percaya bahwa dengan melihat dampak buruk Corona terhadap ekonomi dunia terutama kelompok G20 – bahkan setelah berakhirnya wabah ini – maka ekonomi negara-negara serta sistem perekonomian dan perdagangan internasional akan mengalami perubahan fundamental, dan hal ini mulai terlihat dari sekarang.
Pandemi global COVID-19 diperkirakan berdampak jauh lebih buruk bagi investasi langsung di seluruh dunia daripada yang dikhawatirkan selama ini. PBB memperingatkan bahwa penyebaran cepat virus Corona akan memicu penurunan dramatis dalam investasi langsung secara global.
Konferensi PBB tentang Perdagangan, Investasi, dan Pembangunan (UNCTAD) dalam laporannya menyatakan investasi langsung global diperkirakan 40 persen lebih rendah dari proyeksi pada Januari 2020, di mana sebelumnya diharapkan tumbuh hingga lima persen tahun ini.
"Sekarang terbukti bahwa upaya mitigasi pandemi dan lockdown di seluruh dunia berdampak buruk pada semua sektor ekonomi, terlepas dari hubungan mereka dengan jaringan pasokan global. Konsensus mengatakan bahwa kebanyakan – jika tidak kita katakan semua – ekonomi utama akan mengalami resesi yang parah," kata laporan UNCTAD.
Penyebaran cepat virus Corona di Eropa dan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa proses ini akan memberikan pukulan yang sangat besar terhadap struktur politik, sosial, ekonomi, industri, dan perdagangan Barat.
Ilustrasi pasar saham.
AS – sebagai pemimpin Barat – akan menderita lebih parah dari yang lain, terlebih penyebaran COVID-19 di negara itu, telah menyingkap kelemahan kinerja pemerintahan Trump dalam mengelola krisis, kerentanan ekonomi AS, dan ketidakefektivan sistem kesehatan mereka.
Ekonomi AS akan menghadapi tekanan jangka panjang di tengah pandemi Corona dan mendorong lonjakan angka pengangguran hingga 20 persen. Negara-negara Barat – meskipun menguasai banyak kekayaan serta menikmati kemajuan ilmiah dan keamanan – sepertinya akan takluk di hadapan sebuah musuh yang tak pernah terbayangkan yaitu virus Corona.
Pandemi ini mendorong negara-negara bahkan Uni Eropa – sebagai salah satu pelopor perbatasan terbuka antar-anggota – untuk menutup perbatasannya. Namun, sebagian pakar percaya penutupan perbatasan tidak boleh berlangsung lama.
Jika negara-negara berhasil mengontrol virus Corona di dalam wilayahnya dan kemudian menerapkan protokol baru untuk mencegah masuknya kembali Corona, maka langkah ini secara praktis akan menciptakan banyak hambatan bagi perdagangan bebas.
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyatakan bahwa dunia akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih dari pandemi virus Corona, dan banyak ekonomi besar dunia akan jatuh ke dalam resesi selama beberapa bulan mendatang.
Sekretaris Jenderal OECD, Angel Gurria mengatakan, "Goncangan ekonomi yang diciptakan oleh wabah Corona tercatat lebih besar daripada krisis keuangan 2008. Bahkan jika kita tidak menyaksikan resesi di seluruh dunia, kita akan melihat tidak adanya pertumbuhan atau pertumbuhan negatif di banyak negara, termasuk beberapa ekonomi besar. Jadi, tahun ini kita tidak hanya mencatat pertumbuhan yang rendah, tetapi juga membutuhkan waktu lebih lama untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi di masa depan."
Pada dasarnya, kekhawatiran terbesar masyarakat dunia adalah efek jangka panjang dari pandemi Corona. Sebagian besar analis ekonomi memperkirakan bahwa upaya pengendalian wabah Corona termasuk social distancing akan mengurangi banyak kegiatan ekonomi.
Jadi, ekonomi dunia pasti akan mengalami resesi yang belum pernah terjadi sebelumnya, tentu saja sekarang sedang menimpa Amerika. Situasi yang lebih buruk akan terjadi di negara-negara berkembang.
Laporan internasional menunjukkan bahwa pasar negara-negara berkembang membutuhkan sekitar 2,5 triliun dolar. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), sejauh ini 80 negara telah mengajukan permintaan pinjaman darurat dari lembaga ini.
Mantan Wakil Menteri Luar Negeri AS dan dosen Universitas Harvard, Nicholas Burns menuturkan, "Pandemi COVID-19 merupakan krisis global terbesar abad ini. Tingkat keparahan dan skala krisis ini sangat luas. Krisis finansial dan ekonomi saat ini bisa melampaui resesi besar 2008-2009. Setiap krisis dapat menciptakan goncangan yang secara permanen mengubah sistem internasional dan perimbangan kekuasaan."
Sebagian analis dan pakar ekonomi dunia berspekulasi tentang kondisi ekonomi global dan ekonomi negara-negara pada periode setelah berakhirnya wabah Corona, yang mencakup berbagai masalah.
Dunia akan menyaksikan terbentuknya beberapa aliansi dan organisasi perdagangan dan ekonomi baru. Di sisi lain, dunia juga menyaksikan bubarnya beberapa organisasi perdagangan yang ada saat ini.
Peran ekonomi pemerintah diprediksi akan meningkat dengan alasan memanajemen dan mengontrol dampak buruk dari pandemi Corona di dunia. Negara-negara dunia akan lebih fokus untuk menata ekonomi di dalam negeri dan mengembangkan ekonomi nasional.
Evakuasi pasien Corona di Amerika.
Berbagai sektor ekonomi di tingkat nasional dan dunia diperkirakan akan sangat terpukul, termasuk industri transportasi, industri pariwisata, dan industri konsumen, di mana akan menghadapi tantangan serius untuk mempertahankan bisnisnya.
Resesi ekonomi yang dialami dunia akan memukul sektor energi termasuk minyak, gas, dan industri terkait dalam waktu dekat. Saat ini harga minyak mencatat penurunan tajam yang dipicu oleh lesunya permintaan di pasar dunia, karena pandemi Corona dan lumpuhnya kegiatan ekonomi di berbagai belahan dunia, terutama Cina, Eropa, dan Amerika.
Tentu saja, penurunan tajam harga juga dipicu oleh perseteruan antara negara produsen besar minyak yaitu Arab Saudi dan Rusia. Prospek permintaan minyak telah anjlok di banyak negara karena merebaknya virus Corona dan kebijakan lockdown. Beberapa pihak memperkirakan bahwa permintaan minyak akan turun antara 10 hingga 20 juta barel per hari.
Seiring mewabahnya Corona, sebagian industri besar mengalami penurunan produksi atau berhenti total, sementara industri kecil akan memiliki lebih banyak peluang untuk tumbuh. Meski demikian, para pekerja paruh waktu dan buruh telah kehilangan pekerjaan mereka untuk sementara waktu, dan ini akan meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk memenuhi setidaknya sebagian dari kebutuhan mereka.
Kebijakan lockdown dan pembatasan pergerakan telah mendorong pertumbuhan bisnis online dan kegiatan ini pada akhirnya akan menjadi sebuah budaya bisnis. Pembatasan lalu lintas dan himbauan untuk tetap di rumah, secara drastis telah meningkatkan pemakaian internet di dunia dan ini akan berubah menjadi sebuah perilaku permanen bagi banyak orang.
Mengingat pandemi Corona masih berlanjut dan dengan tujuan memangkas biaya ekonomi, politik dan sosial, pemerintah perlu memperkuat infrastruktur komunikasi untuk kegiatan ekonomi, perkantoran, pendidikan, jasa, keuangan, perbankan, dan asuransi.
Pemerintah harus berusaha mengubah ancaman virus Corona menjadi peluang untuk meningkatkan produktivitas, melakukan desentralisasi dari kota-kota padat, mendesentralisasi industri, merampingkan birokrasi, dan memperkuat e-government.



























