کمالوندی
Cina Tuntut AS Transparan terkait Penarikan Pasukan dari Afghanistan
Kementerian Luar Negeri Cina menuntut Amerika Serikat untuk memberikan agenda yang transparan tentang penarikan pasukannya dari Afghanistan.
 
Juru bicara Kemenlu Cina, Qin Gang kepada wartawan di Beijingmengatakan, Cina menghormati Kedaulatan, keamanan dan integritas teritorial Afghanistan, dan berharap AS akan memberikan agenda transparan terkait penarikan pasukannya dari negara itu. Demikian dilaporkan IRNA, Jumat (30/5).
 
Ia juga menyinggung kebijakan baru Pentagon untuk memperpanjang penempatan pasukan AS di Afghanistan dan penarikan militer negara itu pada tahun 2016.
 
Qin Gang mengatakan, selama kurun waktu tersebut, AS harus memulihkan keamanan, perdamaian, dan stabilitas di Afghanistan.
 
Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama pada Selasa mengumumkan bahwa misi militer AS di Afghanistan akan berakhir pada tahun depan, dan jika kesepakatan keamanan dengan pemerintah Kabul ditandatangani, maka 9.800 pasukan AS akan tetap berada di Afghanistan hingga tahun 2015.
 
Ia menambahkan, pasca tahun 2016, kurang dari 1000 pasukan AS akan tetap di Afghanistan dengan tujuan untuk menjaga keamanan Kedutaan Besar dan Konsulat AS di negara itu.
Puluhan Ribu Warga Palestina Tidak Bisa Mengakses Air Minum
Rezim Zionis Israel memutus saluran air bersih dan menyebabkan sekitar 80.000 warga Palestina tidak bisa mengakses air minum.
 
Berdasarkan laporan organisasi HAM Israel,  B'Tselem, para pejabat Zionis telah memutus air di sejumlah wilayah Palestina di kota al-Quds (Yerusalem) yang diduduki dan menyebabkan banyak warga Palestina yang tidak dapat mengakses air minum. Demikian dilaporkan kantor berita Qodsna, Jumat (30/5).
 
Menurut laporan tersebut, penduduk di kamp Shuafat,  Ras Khamis, Ras Shahade, dan Dahiyat al-Salam belum bisa mengakses air meski telah meminta kepada walikota al-Quds untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tampaknya permintaan mereka tidak diperhatikan.
Sebelumnya, rezim Zionis juga menghalangi puluhan ribu warga Palestina untuk memperoleh kebutuhan mendasar mereka seperti pengobatan, pendidikan dan pekerjaan.
 
Pemutusan air minum tersebut telah menambah kesulitan dan penderitaan bagi warga Palestina.
Bentrokan Antar Kelompok Teroris di Suriah Meningkat
Bentrokan internal antara anasir-anasir kelompok teroris terus berkecamuk bersamaan dengan meningkatnya proses rekonsiliasi nasional di berbagai wilayah Suriah.
 
Setelah diumumkannya kompromi dan rekonsiliasi nasional antara militer Suriah dan orang-orang bersenjata, dan pembersihan sejumlah wilayah Damaskus, anasir-anasir kelompok teroris DIIS (Daulah Islam fi Iraq wa Syam) menyerang wilayah Babbila. Namun setelah militan FSA (Free Syrian Army) mencegah masuknya anasir DIIS, terjadilah bentrokan sengit di antara mereka. Demikian dilaporkan jaringan televisi al-Mayadeen Lebanon.
 
Sehari sebelumnya, jaringan televisi Suriah melaporkan bahwa 266 teroris di kota Homs menyerahkan diri kepada pemerintah.
Konspirasi Barat Gagalkan Pilpres Suriah
Wakil tetap Suriah di PBB mengkritik kinerja Dewan Keamanan PBB mengenai teroris yang beroperasi di Suriah dan negara pendukungnya.Bashar Jafari mengatakan bahwa dukungan sejumlah negara anggota Dewan Keamanan PBB terhadap kelompok teroris menyebabkan mereka terus melanjutkan kejahatannya di Suriah. Negara-negara ini menghalalkan segala cara untuk mewujudkan tujuannya, termasuk mendukung teroris, meskipun harus menumpahkan darah rakyat Suriah yang tak berdosa.
 
Wakil tetap Suriah di PBB memberikan berbagai bukti seperti pemutusan saluran air bersih yang menyebabkan lebih dari tiga juta warga kota Halab, penembakan roket ke sekolah, universitas dan sarana publik di provinsi Daraa, sebagai akibat destruktif dukungan sejumlah negara anggota Dewan Keamanan PBB terhadap teroris yang beroperasi di Suriah.
 
Statemen Bashar Jafari mengemuka di saat negara-negara Barat, bahkan Uni Eropa sendiri tidak mendukung upaya demokratis yang diperjuangkan pemerintah dan rakyat Suriah melalui pemilihan umum. Faktanya Uni Eropa memperpanjang sanksi terhadap pemerintah Suriah hingga Juni 2015 di tengah kesibukan rakyat dan pemerintah Suriah menyambut pemilu presiden mendatang.Sejumlah analis politik menilai aksi sejumlah negara anggota Dewan keamanan PBB dan Uni Eropa untuk mempengaruhi hasil pemilu mendatang demi kepentingannya menjegal Assad.
 
Perang yang berkobar di Suriah selama tiga tahun lalu hingga kini hasil dari propaganda sejumlah negara Barat dan AS yang didukung beberapa negara di kawasan. Situs Hurriyet menulis, "Demi mendukung doktrin baru "Pemberantasan Terorisme" yang dicanangkan Obama, kelompok oposisi Suriah mendapat pelatihan militer di Turki yang bertetangga dengan Suriah.
 
Hurriyet menyinggung statemen Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu yang menyatakan bahwa di Suriah akan terjadi peristiwa penting dalam waktu dekat, dan statemen Obama sebagai bentuk kerjasama baru antara AS dan Turki mengenai Suriah.
 
Dilaporkan, AS menggelontorkan bantuan senilai 300 juta dolar kepada kelompok teroris di Suriah. Selain itu, Washington juga menegaskan urgensi berlanjutnya bantuan finansial bagi milisi teroris yang beroperasi di negara Arab itu. Sikap terbaru pemerintah Obama mengenai Suriah mendapat sambutan dari Arab Saudi. Selain Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar bersama Turki menjadi negara yang terus menerus menggelontorkan bantuan besar bagi kelompok teroris yang beroperasi di Suriah.
 
Kini mereka berupaya menggiring opini publik dunia untuk mempersoalkan hasil pemilu presiden di Suriah. Tapi, tampaknya rakyat dan pemerintah Suriah akan berhasil menangkal konspirasi musuh. Sambutan besar warga Suriah di luar negeri terhadap pemilu presiden kali ini membuktikannya.
Tiga Negara Anggota DK-PBB Usulkan Draf Resolusi terkait Krisis Suriah
Menyusul memburuknya situasi kemanusiaan di Suriah, tiga negara anggota Dewan Keamanan PBB (DK-PBB) mengajukan draf resolusi di bawah Bab VII PiagamPBB untuk mempercepat proses bantuan kemanusiaan ke Suriah.
 
Draf resolusi tersebut diusulkan oleh Australia, Luksemburg dan Yordania kepada DK-PBB dan menurut rencana akan diambil voting pada awal bulan depan. Demikian dilaporkan kantor berita Qodsna, Jumat (30/5).
 
Menurut keterangan diplomat yang hadir di Dewan Keamanan, draf resolusi tersebut menuntut dilaksanakannya isi resolusi yang didasarkan pada Bab VII Piagam PBB, di mana diizinkan menggunakan kekuatan militer untuk menghilangkan hambatan yang menghalangi pelaksanaan resolusi itu.
 
Resolusi tersebut menegaskan bahwa jika ada negara atau kelompok yang menghalangi masuknya bahan-bahan makanan dan bantuan darurat ke Suriah, maka DK-PBB dapat menggunakan wewenangnya termasuk opsi militer.
 
Draf resolusi yang telah diusulkan itu telah diserahkan kepada lima anggota tetap DK-PBB untuk dievaluasi dan diambil pemungutan suara resmi pada pekan depan.
 
Sebelumnya pada bulan Februari, DK-PBB telah mengesahkan resolusi 2139 untuk mengirim bantuan ke Suriah, namun menurut para pejabat PBB, resolusi tersebut tidak sesuai yang diharapkan dan bahkan tidak begitu mampu membantu situasi krisis para pengungsi Suriah.
Imam Hadi, Pelita Penerang Umat
Sejarah Islam menunjukkan kehadiran orang-orang besar dan mulia yang begitu berjasa bagi umat manusia. Mereka adalah para penerus risalah para Nabi dan Rasul yang mengenalkan jalan kebahagiaan sejati dan keselamatan bagi umat manusia. Ahlul Bait Rasulullah Saw menjadi pelita penerang umat dari kegelapan. Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw mencurahkan hidupnya untuk membimbing manusia dengan ketinggian ilmu dan keutamaan akhlaknya. Salah satu dari Ahlul Bait Rasulullah saw adalah Imam Hadi yang telah menunjukkan keagungannya sejak kecil hingga akhir hayatnya.
 
Imam Hadi lahir tanggal 15 Dzulhijjah 212 Hq di Madinah. Ketika ayahnya Imam Jawad syahid, Imam Hadi memegang tanggung jawab kepemimpinan umat Islam. Beliau memberikan petunjuk dan bimbingan kepada masyarakat selama 33 tahun. Kepemimpinan Imam Hadi semasa dengan enam orang penguasa dari dinasti Abbasiah. Di masa kepemimpinan beliau inilah Ahlul Bait Rasulullah Saw banyak mengalami tekanan dari pihak penguasa lalim. Salah satu dari enam khalifah yang sezaman dengan beliau dan paling membenci Ahlul Bait adalah Mutawakkil.
 
Keimamahan Imam Hadi menjadi ancaman bagi musuh-musuh Ahlul Bait, terutama penguasa lalim. Untuk itulah, mereka berupaya memisahkan Imam dari umat Islam. Bahkan sejak kecil, para imam mendapat tekanan dari penguasa lalim. Tapi tekanan tersebut tidak menghalangi para Imam dalam membimbing masyarakat bahkan sejak usia beliau. Dengan alasan mengajar, ulama terkemuka Madinah saat itu, Abdullah Junaidi diminta untuk mengajar Imam Hadi yang masih berusia delapan tahun. Keagungan ilmu dan ketinggian akhlak Imam Hadi membuat Abdullah Junaidi terpesona.
 
Suatu hari seseorang bernama Muhammad bin Said bercerita, "Hari Jumat aku melihat Junaid, lalu aku bertanya tentang sesuatu kepadanya. Bagaimana pendapatmu tentang anak yang sedang engkau ajar. Junaid memandangku, lalu menjawab, "Anak itu adalah sheikh besar dari Bani Hasyim. Demi Tuhan, apakah engkau melihat orang yang lebih berilmu dariku di Madinah ini ?". "Tidak", jawabku singkat. Junaid kembali berkata, "Demi Tuhan, ketika aku membahas sebuah masalah dengan bersandar pada ilmuku, ia (Imam Hadi) membukakan pintu hakikat mengenai masalah tersebut untukku. Terkadang aku memintanya untuk membaca sebuah ayat al-Quran. Lalu dengan suaranya yang merdu, anak itu membaca al-Quran yang membuatku begitu terpesona. Subhanallah, maha suci Allah swt, dari mana ia mendapatkan pengetahuan itu ? Masyarakat mengiranya akulah yang mengajari anak itu, padahal sebaliknya akulah yang belajar darinya. Demi Tuhan  ia adalah manusia terbaik di muka bumi dan ia adalah manusia terbaik yang diciptakan oleh Allah swt."  Sejarah juga mencatat berbagai keutamaan Imam Hadi sejak usianya yang masih beliauhingga akhir hayat.
 
Imam Hadi as memulai perjuangannya melawan para penguasa Abbasiah secara tidak langsung dengan penyadaran sosial, budaya dan pendidikan. Ahlul Bait Rasulullah Saw mengajarkan pondasi pemikiran dan keyakinan yang kokoh dan logis  kepada masyarakat yang berada di bawah tekanan politik penguasa lalim.
Tekanan berat dari sisi politik dan menyebarnya kerancuan pemikiran dan keyakinan merupakan dua fenomena yang muncul di zaman Imam Hadi as.
Tanpa Imam Hadi as, dasar keyakinan dan pemikiran Islam bakal terancam.
 
Sebelum Imam Hadi as dipindahkan ke Samara oleh pasukan Abbasiah, beliau tinggal di Madinah yang menjadi pusat keilmuan dan fikih dunia Islam. Aktifitas Imam Hadi as di Madinah memicu kekhawatiran dari para penguasa zalim. Oleh karena itulah mereka memaksa Imam Hadi as untuk meninggalkan Madinah dan selama 10 tahun beliau hidup dalam tekanan berat di masa kekuasaan Bani Abbasiah. Tekanan berat politik para penguasa Abbasiah terhadap Imam Hadi as menyulitkan masyarakat untuk bisa menemui beliau. Hal ini dilakukan mereka dengan harapan bahwa ketidakhadiran Imam Hadi as di tengah-tengah masyarakat bakal memunculkan masalah keyakinan.
 
Situasi dan kondisi demikian secara perlahan-lahan memunculkan aliran-aliran sesat di tubuh umat Islam. Hal ini membuat agama Islam betul-betul berada dalam bahaya. Untuk menghadapi kondisi sulit ini, Imam Hadi as memperkuat "Lembaga Perwakilan" dan menyebarkannya ke daerah-daerah guna menciptakan koordinasi antara sesama pengikut Ahlul Bait yang tersebar di daerah-daerah.
 
Sebenarnya sebelum Imam Hadi as, telah ada lembaga perwakilan yang dibentuk oleh para Imam sebelumnya. Tapi kelebihan Imam Hadi as adalah menjadikan badan ini resmi perwakilan dirinya, sehingga masyarakat tetap dapat berkomunikasi dengan beliau lewat wakil-wakilnya. Dengan demikian, tuntunan beliau juga dapat sampai ke masyarakat, tanpa kehadirannya. Metode ini mampu melanggengkan sistem Imamah di tengah tekanan kuat penguasa.
 
Manajemen Imam Hadi di masa itu sangat berpengaruh dan efektif untuk bisa keluar dari krisis-krisis selanjutnya yang lebih sulit. Karena kondisi politik saat itu berkembang sedemikian rupa sehingga Ahlul Bait pasca Imam Hadi as yakni di masa Imam Hasan Askari as, semakin tertekan. Badan perwakilan sangat penting pengaruhnya dalam mengkoordinasi dan mengatur keilmuan, sosial dan keamanan para pengikut Ahlul Bait as. Dalam lembaga ini, pesan Imam akan sampai kepada para pengikutnya dengan cepat dan sistematik melalui satu kanal yang terpercaya dan resmi. Sehingga dari sisi keamanan tidak sampai menyulitkan para pengikut Ahlul Bait dan tempatnya tidak sampai diketahui oleh orang lain.
 
Jaringan penting ini dari sisi keilmuan dan fikih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dari sumber aslinya dan hasil pertamanya secara nyata adalah menjawab shubhah-shubhah keyakinan dan pemikiran. Mengambil jawaban  atas masalah-masalah fikih dan teologi dari kanal yang bisa dipercaya bak payung perlindungan yang besar bagi para pengikut Ahlul Bait yang bisa juga dipakai untuk menghadapi pelbagai serangan budaya. Jaringan perwakilan pada hakikatnya berposisi sebagai sebuah jaringan besar universitas yang menghubungkan para pengikut Ahlul Bait dengan pusat penyebaran pemikiran-pemikiran Ahlul Bait.
 
Imam Hadi as mengenalkan Bani Abbasiah sebagai penguasa yang tidak sah dan melarang umat Islam untuk bekerjasama dengan mereka kecuali pada masalah-masalah darurat. Dengan usaha ini kedok pengasa lalim itu semakin jelas bagi masyarakat. Imam Hadi as menyadarkan masyarakat bahwa jangan sampai mereka mengorbankan ideologinya hanya karena kelezatan dunia yang sementara.
 
Akhirnya para penguasa zalim itu berusaha menyingkirkan Imam Hadi as karena mereka tidak tahan melihat pribadi agung ini. Akibatnya pada tanggal 3 Rajab tahun 254 Hq, Imam Hadi as dibunuh. Berita kesyahidan beliau ini membuat masyarakat bersedih. Di hari syahadahnya Imam Hadi as, masyarakat berkumpul di rumah beliau dan semua orang di kota itu tenggelam dalam kesedihan dan tangisan.
 
Kami ucapkan belasungkawa di hari syahadahnya Imam Hadi as dan mengakhiri pembahasan ini dengan nasihat beliau, "Perbanyaklah istighfar dan bersyukur kepada Allah swt, dengan demikian seluruh kebahagian dunia dan akhirat akan engkau raih,".(
HAM dan Pemerintahan Imam Ali as
Dalam tulisan singkat ini, akan dijelaskan mengenai sirah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib assebagai pelaku dan pelaksana terbaik Hak Asasi Manusia (HAM). Tanggal 13 Rajab adalah hari kelahiran Imam Ali as. Sejarawan sepakat bahwa beliau lahir di dalam Ka`bah yang suci. Tak seorang pun di dunia ini yang lahir di dalam Ka`bah. Hal itu adalah pertanda keagungan dan ketinggian kedudukan Imam Ali as di sisi Allah Swt. Allah Swt telah menjadikan beliau sebagai teladan yang sempurna bagi umat manusia. Keberadaan Imam Ali as merupakan hujjah bagi manusia dan telah membuka pintu-pintu rahmat Allah Swt bagi hamba-hamba-Nya.
 
Ketika mendengar berita kelahiran Imam Ali as, Nabi Muhammad Saw bersabda, "Berkat kelahiran ini, Allah Swt akan membukakan pintu-pintu rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya." Sementara itu, Allamah Syahid Murtadha Muthahhari, cendekiawan terkemuka Iran mengatakan, "Jika kita menjadikan Ali sebagai teladan dan Imam bagi kita, maka kita telah menjadikan seorang manusia sempurna, seimbang dan seorang yang telah menumbuhkan semua nilai kemanusiaan secara konsisten dalam dirinya, sebagai pemimpin bagi kita."
 
Salah satu tema yang sangat ditegaskan oleh Imam Ali as dalam kehidupan beliau terutama di masa pemerintahan singkatnya adalah perhatian dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Dewasa ini, dunia dilanda berbagai konflik, perang dan pertumpahan darah sehingga masyarakat kemudian berpikir untuk menemukan cara bagaimana melindungi hak-hak dan martabat manusia.
 
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusiaadalah salah satu bentuk upaya untuk melindungi dan menjaga hak-hak setiap manusia. Namun deklarasi tersebut belum sempurna mengingat keterbatasan dan kemungkinan kesalahan dan kekeliruan pemikiran oleh para perumusnya. Selain itu, deklarasi tersebut selama ini belum dilaksanakan dengan benar.
 
Jelas bahwa Tuhan mengetahui segala hal dan rahasia manusia serta mengetahui semua kebutuhan dan kemampuannya. Allah Swt tentunya juga lebih tahu bagaimana dan dengan metode apa untuk melindungi martabat manusia, sebab Dia sendiri yang memberi kehidupan dan martabat itu kepada manusia. Allah Swt telah menurunkan hak-hak dasar manusia dalam bentuk yang sempurna melalui wahyu kepada Rasulullah Saw. Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Bait as juga telah menjelaskan hak-hak tersebut kepada masyarakat.
 
Periode singkat pemerintahan Imam Ali as dan sistem pemerintahan yang beliau terapkan dapat dijadikan sebagai model praktis bagi penerapan HAM. Sebab, di masa pemerintahan beliau, masyarakat sangat majemuk dan terdiri dari berbagai etnis, bahasa, warna kulit dan agama. Namun beliau mampu mengendalikan pemerintahan dengan adil tanpa adanya pelanggaran HAM. Pada dasarnya, cara praktis yang diterapkan oleh Imam Ali as tersebut telah menggambarkan Piagam HAM yang sebenarnya.
Menurut pandangan HAM Islam, untuk menjamin martabat manusia tidak mungkin dilakukan tanpa memperhatikan dua prinsip, yaitu "keabadian dan pencarian Tuhan." Fitrah manusia selalu mencari Tuhan, dan Allah Swt memperhatikan dan bahkan memberikan rahmat kepada hamba-Nya. Oleh karena itu, manusia dalam pandangan Islam adalah wujud yang memiliki tujuan dan bukan wujud yang tak berguna.
 
Manusia adalah wujud yang senantiasa ingin menuju kepada Tuhan. Dengan demikian, segala bentuk deklarasi dan kesepakatan HAM harus sepenuhnya sejalan dan sesuai dengan ruh dan fitrah manusia. Namun sayangnya, kita melihat bahwa HAM Barat justru menempatkan manusia sebagai makhluk independen dari segala sesuatu, termasuk Tuhan. Pandangan itu sangat bertolak belakang dengan pandangan Islam, karena agama Samawi ini menempatkan Tuhan sebagai poros.
 
Dasar HAM lainnya dalam Islam adalah manusia tidak berakhir dengan kehancuran atau ketiadaan. Dalam wasiatnya kepada Imam Hasan as, Imam Ali as berkata, "Ketahuilah bahwa kamu diciptakan untuk dunia itu, bukan untuk dunia ini kamu akan meninggalkan rumah yang kamu tinggali sekarang, dan kamu berada di sebuah rumah di mana kamu tidak bisa duduk meski hanya beberapa hari, serta kamu berada di jalan di mana akhirnya adalah akhirat, maka berusahalah untuk memperbaiki tempat tinggalmu dan janganlah kamu jual akhiratmu dengan dunia."
 
Ketidakabadian dunia dan kekekalan kehidupan akhirat telah disinggung dalam banyak ayat al-Quran. Ayat-ayat al-Quran juga memperingatkan manusia bahwa perilaku mereka di dunia ini akan menentukan kebahagiaan atau kesengsaraan mereka di akhirat. Dengan demikian, ketika kita berbicara tentang HAM, maka hak-hak itu selain menjamin martabat manusia di dunia juga harus memperhatikan kebahagiaan abadi dan akhirat manusia. Hal itu tidak akan terwujud tanpa ketaatan dan pelaksanaan ajaran wahyu serta tunduk kepada Tuhan. Sementara HAM yang saat ini diterapkan tidak memiliki keistimewaan itu, dan bahkan cenderung dijadikan dalih bagi para arogan dunia untuk menggapai kepentingan mereka.
 
Hak paling dasar setiap manusia adalah hak hidup, di mana semua pemerintah, masyarakat dan individu harus menghormati hak itu. Dalam hal ini, Imam Ali as tidak hanya cukup menganggap penting hak hidup, tetapi beliau juga mendidik masyarakat untuk menjaga hak tersebut serta melaksanakan aturan dan hukum-hukumnya.
 
Pengtingnya hak hidup dalam pandangan Imam Ali as dapat dilihat dari surat perintah beliau kepada Malik Ashtar yang berbunyi, "Hindarilah pertumpahan darah yang tidak semestinya,. " Dalam kasus tersebut, Imam Ali as telah mengisyaratkan hal penting bahwa penguasa tidak boleh memperkuat pemerintahannya dengan cara menumpahkan darah, di mana masalah itu selalu mewarnai sejarah kehidupan manusia.
 
Imam Ali as berkata, "Janganlah kamu memperkuat pemerintahanmu dengan menumpahkan darah yang tidak sah, di mana penumpahan darah akan melemahkan kekuatan dan bahkan merampas pemerintahan dari pemiliknya kepada orang lain." Dalam pandangan Islam sejati, manusia mukmin adalah terhormat karena keimanannya, namun selain orang-orang non-Muslim, juga memiliki martabat dan hak untuk hidup bila dipandang dari sisi kemanusiaannya.
 
Kebebasan adalah hak penting lainnya yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Namun kadang-kadang karena kesimpulan salah tentang kebebasan dan penyalahgunaannya, alih-alih melindungi martabat manusia, kebebasan itu justru digunakan untuk merendahkan martabat orang lain. Menurut para pemikir, kebebasan bukan berarti bahwa manusia terlepas dari segala belenggu dan pembatasan, di mana ia setiap saat mampu mengikuti keinginan dan hawa nafsunya. Dengan demikian, kebebasan masih terikat dengan aturan-aturan tertentu dan tidak mutlak, dan dalam Islam, pembatasan-pembatasan itu telah ditetapkan oleh Tuhan.
 
Imam Ali as dalam pemerintahannya telah memberikan kebebasan kepada masyarakat, bahkan ketika beliau menyampaikan pidato, para penentangnya melontarkan protes paling pedas kepada beliau sehingga acara pidato beliau terganggu. Imam Ali as tidak hanya menyampaikan slogan kebebasan saja, tetapi beliau juga melaksanakannya dalam perkataan dan perilaku beliau. Selain itu, putra paman Rasulullah Saw tersebut telah memberikan prasarana sosial kepada masyarakat untuk mengunakan kebebasan yang sebenarnya. Selain menerapkan kebebasan itu, Imam Ali as juga telah membimbing masyarakat dan menjelaskan kebenaran kepada mereka untuk mencegah penyalahgunaan kebebasan.
 
Dasar lainnya tentang HAM adalah kesetaraan. Namun dalam Islam, dasar itu dapat diterima jika tidak melanggar dasar utamanya yaitu keadilan, sebab, keadilan adalah memberikan hak kepada setiap orang sesuai dengan kelayakannya, sementara kesetaraan terkadang tidak adil.
 
Dalam sirah Imam Ali as dan pemerintahan beliau, terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa beliau selalu melindungi prinsip kesetaraan yang tidak  melanggar keadilan meskipun dalam kondisi sulit, bahkan beliau mengorbankan nyawanya untuk merealisasikan keadilan dan keseteraan. Hal itu dapat kita lihat dalam perintah Imam Ali as kepada Malik Ashtar. Beliau tidak membedakan ras, etnis, warna kulit dan lainnya dalam menjalankan keadilan. Beliau selalu menjalankan pemerintahan dengan adil termasuk dalam distribusi Baitul Mal, pelaksanaan undang-undang dan pengadilan.
 
Suatu ketika, ada orang-orang yang meminta jatah lebih dari Baitul Mal kepada Imam Ali as karena menganggap diri mereka lebih mulia dari yang lain, karena mereka adalah sahabat Rasulullah Saw. Kepada mereka, Imam Ali as berkata, "Ketahuilah bahwa barang siapa dari Muhajirin dan Anshar sahabat Rasulullah Saw mengganggap dirinya memiliki keunggulan, maka ia harus mengetahui bahwa kemuliaan nyata di sisi Allah Swt di hari kiamat, dan pahalanya ada di sisi-Nya. Dengan demikian, kalian adalah hamba Allah dan harta adalah harta Allah yang aku bagikan kepada kalian dengan setara, dan tak seorang pun lebih unggul di hadapan lainnya. Baik Arab maupun ajam dan orang-orang yang bertakwa akan memperoleh pahala di hari kiamat. Apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang baik. "
Imam Musa Kazim, Muara Kebaikan
Para Imam Maksum dan Ahlul Bait Rasulullah Saw merupakan manusia mulia terbaik yang mengajarkan akhlak dan prinsip-prinsip kemanusiaan. Mereka meletakkan prinsip pendidikan dan pengajaran yang terbaik kepada masyarakat. Seluruh pelajaran yang mereka sampaikan berasal dari satu sumber yaitu Nabi Muhammad Saw yang diutus oleh Allah swt untuk menyempurnakan akhlak manusia.
 
Peran Ahlul Bait dalam membimbing dan memberi petunjuk bagi umat manusia sepanjang sejarah diakui bukan hanya oleh kalangan Syiah, tapi juga Sunni. Berbagai literatur Sunni menunjukkan pengakuan terhadap ketinggian kedudukan Ahlul Bait Rasulullah Saw. Salah satu dari Ahlul Bait itu adalah Imam Musa Kazim. Beliau dilahirkan pada tahun 128 H di desa Abwa, antara Mekah dan Madinah. Di usia 20 tahun, setelah kesyahidan ayahnya, Imam Sadiq as, beliau memimpin umat Islam selama 35 tahun.
 
Komitmen dan kegigihan Imam Musa Kazim dalam menegakkan kebenaran dan melawan kezaliman menyebabkan beliau harus menjalani kehidupan yang sulit di era dinasti Abbasiah. Sejarah mengungkapkan bahwa Imam Musa Kazim mendekam di penjara selama 14 tahun. Penguasa lalim saat itu menghendaki Imam Musa menghentikan perlawanannya atas kezaliman. Bahkan Dinasti Abbasiah menjanjikan akan memberikan harta yang melimpah setiap bulannya kepada Imam Musa. Namun beliau menolak usulan tersebut dengan menyebutkan ayat 33 surat Yusuf, "Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku."
 
Fase kehidupan Imam Kazim di era pemerintahan dinasti Abbasiyah dipenuhi berbagai tekanan dari pemerintah zalim. Akhirnya beliau gugur syahid akibat diracun rezim lalim. Imam Kazim dimakamkan di Kazimain, dekat kota Baghdad Irak, dan kini menjadi salah satu tempat ziarah umat Islam yang termashur di negara ini.
 
Imam Kazim menjadi muara segala kebaikan. Untuk itulah seluruh mazhab Islam bahkan non-muslim sekalipun sangat menghormati dan memuliakannya. Muhyidin Ibnu Arabi, Sufi terkemuka Sunni menjelaskan mengenai keutamaan Imam Kazim. Sufi besar dunia Islam ini menjelaskan implementasi lima ayat pertama Surat At-Thur dalam karakter Imam Kazim. Ibnu Arabi mengibaratkan Imam Musa Kazim seperti Nabi Musa. Tapi bedanya, Nabi Musa memiliki kedudukan Nubuwah sedangkan Imam Musa Kazim tidak. Selain itu, Ibnu Arabi menilai Imam Musa Kazim sebagai pencerah dunia.
 
Ibnu Arab menulis, "Demi Tuhan dan malaikat, penunggu arash-Nya serta seluruh makhluk di bumi dan langit di bukit Thur. Demi  kitab yang diturunkan di bukit Thur. Salam atas rumah yang menjadi tempat ziarah para malaikat. Salam bagi langit yang megah, salam bagi rahasia yang tersembunyi, salam bagi samudera, salam bagi cermin cahaya, dia adalah Musa Kalim di lembah iman Imamah... cahaya yang berkilau, yaitu Abu Ibrahim Musa Bin Jafar yang diberkahi Allah swt."
 
Sejarah mengungkapkan lebih dari 200 perawi hadis dan ulama saat itu yang berguru kepada Imam Musa Kazim. Imam Musa menghidupkan tradisi intelektualitas masyarakat saat itu. Beliau juga menganjurkan masyarakat supaya menimba ilmu dari sumber yang terpercaya dan meningkatkan keilmuan mereka sehingga tidak terjebak dalam kebodohan dan kepicikan.
 
Ibnu Hajar Haitsami, salah satu pemuka Ahlu Sunnah berkata, Musa Kazim pewaris ilmu-ilmu dari ayahnya dan memiliki keutamaan serta kesempurnaan. Beliau mendapat gelar Kazim karena kesabaran beliau menghadapi cacian dan kelapangan beliau memaafkan orang yang bersalah kepadanya. Di zamannya, tidak ada orang yang menandinginya baik dari sisi keilmuan maupun ketakwaan.
 
Imam Kazim dengan berbagai cara menjelaskan kepada umat sistem politik dan sosial ideal berdasarkan ajaran Islam. Di sisi lain, masyarakat pun akhirnya memahami bahwa kinerja pemerintahan Bani Abbasiyah bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sementara itu, Harun al-Rashid menempuh berbagai strategi untuk menjauhkan Imam dari umat. Misalnya, dengan berbagai alasan, ia menjebloskan Imam Kazim ke penjara dengan harapan masyarakat terputus komunikasinya dengan beliau.
 
Berkenaan dengan para penguasa zalim Imam Kazim berkata, "Barang siapa yang menghendaki mereka tetap hidup, maka ia termasuk golongan mereka. Dan barang siapa yang termasuk golongan mereka, maka ia akan masuk neraka". Dengan demikian, Imam telah menentukan sikap tegas terhadap pemerintahan lalim, mengharamkan kerja sama dengannya dan melarang para pengikutnya untuk bergantung kepada pemerintahannya.
 
Sementara itu, Harun terus berupaya bagaimana caranya membunuh Imam Musa. Suatu hari, dia mengutus Yahya bin Khalik ke penjara. Tugas yang diemban Yahya adalah meminta Imam untuk tidak menentang Khalifah dan menawarkan pengampunan serta pembebasan kepada beliau. Namun, Imam menolak semua tawaran itu.
 
Imam Musa menulis sepucuk surat kepada Harun yang berbunyi, "Setiap hari kulalui dengan kesusahan, sementara kau lalui hari-harimu dengan kesenangan. Lalu, kita akan sama-sama mati. Hingga di suatu hari yang tiada akhirnya, kelak kita diberdirikan di hadapan Mahkamah Ilahi, ketika orang-orang licik hanya akan menjadi pecundang dan terhinakan."
 
Alasan Harun memindahkan Imam Musa as dari satu penjara ke penjara lain tidak ada lain adalah karena permintaannya kepada setiap kepala penjara untuk membunuh Imam, namun mereka tidak bersedia untuk memenuhi permintaan tersebut. Hingga akhirnya Sindi yang berhati keras itu bersedia untuk meracun Imam as. Maka, di dalam penjaralah beliau meninggal akibat racun yang dibubuhkan ke dalam makanannya pada 25 Rajab tahun 183 H.
Kisah Ushul Kafi: Syarat Dikabulkannya Doa
Syarat Dikabulkannya Doa
 
Muhammad bin Muslim mengatakan:
 
"Saya menyampaikan kepada Imam Baqir atau Imam Shadiq, ÔÇÿKami menyaksikan seseorang yang sangat serius salam beribadah dan beragama, tapi tidak menerima keimamahan Anda. Apakah segala usaha dan ibadahnya bermanfaat baginya?'
 
Imam menjawab, ÔÇÿWahai Muhammad! Perumpamaan Ahlul Bait as sama seperti keluarga yang hidup di masa Bani Israil, dimana selama 40 hari ia beribadah dan kemudian berdoa, maka doanya pasti dikabulkan. Tapi seorang dari mereka selama 40 hari melakukan hal yang sama dan setelah itu berdoa, tapi doanya tidak dikabulkan. Ia kemudian menemui Nabi Isa as dan meminta agar mendoakannya. Nabi Isa as segera mengambil wudu, melakukan salat dan setelah itu berdoa. Allah Swt mewahyukan kepada beliau, ÔÇÿHamba-Ku itu mendatangiku lewat pintu yang tidak kusiapkan untuk itu. Ia berdoa kepadaku, tapi hatinya meragukan kenabianmu. Dengan demikian, seandainya ia berdoa kepada-Ku sampai tenggorokannya pecah dan jari-jarinya putus, Aku tetap tidak akan mengabulkan doanya!'
 
Nabi Isa as kemudian berkata kepada orang itu, ÔÇÿApakah engkau berdoa kepada Allah dan pada saat yang sama meragukan kenabianku?'
 
Orang itu menjawab, "Benar, wahai Ruh Allah! Demi Allah, apa yang engkau katakan itu benar adanya. Kini berdoalah kepada Allah agar menghilangkan keraguan ini dari hatiku!'
 
Nabi Isa as kemudian berdoa dan Allah menerima taubatnya. Ia kemudian sama seperti keluarganya yang setelah 40 malam beribadah, maka doanya terkabulkan."[1]
Nasihat Imam Husein as: Tidak Mencari Aib Orang Lain
Tidak Mencari Aib Orang Lain
 
Imam Husein as berkata:
 
"Seseorang yang tidak mencari aib orang lain berarti ia tidak perlu meminta maaf." (Nuzhah an-Nazhir wa Tanbih al-Khathir, hal 80)
 
Tidak ada manusia yang tidak memiliki aib dan kekurangan baik dalam akhlak maupun perilakunya, bahkan mungkin saja kesalahan itu terjadi pada diri kita sendiri. Karena kita tidak maksum dan tidak terjaga dari kesalahan. Dari sini, manusia berakal dan beriman tidak boleh mencari tahu aib orang lain. Terlebih lagi bila ia telah mengetahuinya lalu menceritakannya kepada orang lain. Hal itu akan membuatnya terhina di tengah masyarakat dan menyedihkannya. Seseorang yang melakukan perbuatan ini pada akhirnya meminta maaf kepada orang tersebut.
 
Seorang mukmin setiap kali menyaksikan aib atau kekurangan pada perilaku orang lain, hendaknya ia tidak menyampaikannya kepada orang lain, tapi yang perlu dilakukannya adalah secara baik mengucapkannya langsung kepada orang tersebut. Bila perlu ia harus membimbingnya agar dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kekurangannya.
 
Sumber: Pandha-ye Emam Hossein.



























