کمالوندی

کمالوندی

 

Bulan Rajab adalah salah satu bulan yang mulia serta sarat dengan keutamaan dan berkah. Ia adalah musim semi penghambaan kepada Allah Swt, dan hembusan rahmat dan ampunan Ilahi di bulan ini ibarat kasturi yang menyegarkan jiwa. Rajab adalah bulan penyucian hati dan jiwa dari dosa dan kelalaian, bulan menghapus semua noda dan bergerak mendekatkan diri kepada Tuhan.

Di bulan mulia ini, manusia harus memanfaatkan kesempatan untuk beribadah dan menghambakan diri kepada Allah serta tidak lupa melaksanakan amal-ibadah seperti, berpuasa, berzikir, dan berdoa sehingga bisa merasakan pengaruh spiritual bulan ini.

Di antara amalan bulan Rajab adalah memperbanyak bacaan,  أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَ أَتُوبُ إِلَیهِ dan لا اله الا الله serta membaca surat al-Ikhlas. Bacaan-bacaan ini akan mendatangkan ampunan, rahmat, dan kebaikan.

Diriwayatkan dari Imam Jakfar Shadiq as bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Rajab adalah bulan istighfar umatku, oleh karena itu mintalah ampunan di bulan ini karena Allah Maha Yang Pengampun dan Maha Pengasih.”

Imam Musa al-Kazim as berkata, “Rajab adalah bulan yang agung di mana Allah melipatgandakan amal kebajikan di dalamnya dan menghapus dosa-dosa. Oleh karena itu, barang siapa berpuasa satu hari di bulan Rajab, niscaya neraka menjauh darinya sejauh jarak perjalanan satu tahun. Barang siapa berpuasa tiga hari, maka ia berhak mendapatkan surga.”

Orang yang ingin memperoleh rahmat Tuhan, ia akan menaruh perhatian khusus pada hari-hari dan momen-momen istimewa bulan Rajab demi mengumpulkan berkah bulan ini. Sebenarnya semua hari di bulan Rajab memiliki keutamaan di mata para auliya Allah, tapi momen tertentu di dalamnya punya keutamaan khusus.

Malam Jumat pertama di bulan Rajab memiliki keutamaan yang sangat besar. Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah kalian lalai dari malam Jumat pertama bulan Rajab yang dinamakan Lailatu al-Raghaib (malam pemberian yang sangat banyak atau malam yang diharapkan) oleh para malaikat. Karena ketika sepertiga dari malam ini berlalu, tidak akan tersisa malaikat di langit dan di bumi kecuali mereka berkumpul di sekitar Ka’bah. Kemudian Allah berfirman kepada para malaikat, ‘Mintalah dari-Ku apa yang kalian inginkan.’ Mereka berkata, ‘Keinginan kami adalah pemberian ampunan kepada orang-orang yang berpuasa di bulan Rajab.’ Allah menjawab, ‘Aku akan mengambulkannya.’”

Momen tersebut merupakan kesempatan terbaik untuk bertaubat, memperbanyak ibadah, dan kembali kepada Allah Swt.

Keutamaan lain bulan Rajab yang sangat dimuliakan dan terbukanya pintu-pintu rahmat kepada manusia pada hari itu adalah Ayyamul Bidh (hari-hari putih). Momen istimewa ini jatuh pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan Rajab. Sangat dianjurkan untuk berpuasa dan memperbanyak ibadah pada hari-hari tersebut.

Orang-orang ‘arif menghabiskan waktunya di masjid untuk beribadah. Para pesuluk mendatangi masjid-masjid – sebagai rumah Tuhan di muka bumi – untuk melakukan i’tikaf. I'tikaf adalah sebuah ibadah yang istimewa dan ibadah ini tidak dianjurkan untuk dilakukan di setiap masjid. I'tikaf biasanya dilaksanakan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Kufah, dan jika tidak berkesempatan melakukan di tempat-tempat tersebut, maka ia bisa dikerjakan di Masjid Jami' di setiap daerah.

I'tikaf merupakan salah satu ritual ibadah yang paling komplit dan indah, di mana dilakukan pada kondisi dan tempat khusus. Hukum i'tikaf adalah sunnah dan seseorang boleh memilih antara melakukannya atau tidak, namun statusnya bisa berubah menjadi wajib setelah seseorang memulai dan melanjutkan i'tikaf, di mana ia tidak bisa meninggalkannya di tengah jalan.

Selama tiga hari itu, para pesuluk memulai perjalanan menuju Allah Swt dan terbang ke alam malakut. Mereka memakai pakaian yang bersih dan suci serta menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia. Alangkah indahnya jika kita meninggalkan dunia ini untuk beberapa hari dan secara tulus menyeru Tuhan dan meminta ampunan-Nya.

Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang berpuasa tiga hari pada pertengahan bulan Rajab dan menghidupkan malam-malamnya dengan shalat tahajud, niscaya tidak akan meninggalkan dunia ini kecuali dalam keadaan taubat nasuha.”

Amalan-amalan Ayyamul Bidh antara lain: mendirikan shalat dua rakaat, di mana pada setiap rakaatnya membaca surah al-Fatihah, Yasin, al-Mulk, dan al-Ikhlas, berpuasa, dan menghidupkan malam tersebut dengan ibadah.

Malam 15 Rajab memiliki keutamaan yang sangat besar dibandingkan malam-malam lain di bulan itu. Di antara amalan malam 15 Rajab adalah mandi, menghidupkan malam dengan ibadah, membaca doa ziarah Imam Husein as, mendirikan shalat 30 rakaat di mana setiap rakaatnya membaca surah al-Fatihah sekali dan 10 kali membaca surah al-Ikhlas, serta memperbanyak istighfar dan amalan sunnah lainnya.


Mengenai keangungan bulan Rajab, Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt menempatkan seorang malaikat bernama “Penyeru” di langit ketujuh. Setiap tiba bulan Rajab, malaikat penyeru ini setiap malam hingga pagi berkata, ‘Alangkah beruntungnya orang yang sibuk berzikir kepada Allah, alangkah beruntungnya orang yang bergegas menuju Tuhan dengan penuh semangat,’ Allah kemudian berfirman, ‘Aku akan bersama dengan orang yang ia juga bersama dengan-Ku… Aku akan mengampuni orang yang memohon ampunan. Bulan Rajab adalah bulan rahmat-Ku. Barang siapa yang menyeruku di bulan ini, niscaya Aku kabulkan permintaannya, barang siapa yang meminta sesuatu kepada-Ku, niscaya Aku akan memberinya, dan barang siapa yang meminta petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberinya petunjuk. Aku jadikan bulan ini sebagai tali penghubung antara-Ku dan hamba-Ku, barang siapa yang memegang tali itu, niscaya ia akan sampai kepada-Ku.’”

Orang-orang yang memuliakan dan menghidupkan bulan Rajab dengan ibadah dinamakan “Rajabiyyun.” Dalam riwayat dari Rasulullah Saw dan para imam maksum as disebutkan, “Sesungguhnya pada hari kiamat, seorang malaikat berseru, ‘Dimana Rajabiyyun?’ Dari lautan manusia itu, bangkitlah sekelompok orang yang cahaya wajahnya menerangi Padang Mahsyar dan mahkota yang dihiasi dengan batu yakut berada di atas kepala mereka. Di sisi kanan Rajabiyyun ada seribu malaikat dan juga seribu malaikat di sisi kiri mereka yang mengucapkan selamat kepada mereka.

Lalu terdengar seruan dari Allah, ‘Wahai hamba-Ku, Aku bersumpah dengan kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku akan memberikan kalian kedudukan yang mulia dan anugerah yang banyak dan menempatkan kalian di tempat yang mengalir sungai di bawahnya, kalian akan kekal di dalamnya, karena kalian secara sukarela berpuasa dan beribadah untuk-Ku di bulan yang Aku muliakan. Allah kemudian berfirman kepada para malaikat, ‘Para malaikat-Ku, bawalah hamba-hamba Ku ini ke surga.’”


Rajabiyyun adalah orang-orang yang ikhlas dan memanfaatkan bulan Rajab untuk membersihkan dirinya dari segala noda sehingga rahmat Allah Swt turun kepada mereka.

Imam Khomeini ra mengenai bulan Rajab berkata, “Kemuliaan bulan Rajab tidak bisa dijelaskan dengan lisan dan tidak bisa dipahami oleh akal. Rajab adalah bulan doa dan istighfar, dan ada banyak anjuran untuk memohon ampunan di bulan ini.” 

 

Dinding Ka’bah terbelah dan Fatimah putri Asad masuk. Kemudian dinding tersebut kembai rapat. Orang-orang di sekitar Ka’bah berusaha membuka kunci pintu Baitullah untuk menjadi saksi yang terjadi di dalam Ka’bah, tapi mereka tidak bisa. Dengan demikian mereka manyadari keagungan dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Besar di balik dinding tersebut.

Hari ini tanggal 13 Rajab, hari kelahiran tokoh besar Islam setelah Rasulullah Saw, yakni Ali bin Abi Thalib.

Imam Ali putra Abu Thalib anak Abdul Muthalib. Ibunya Fatimah, putri Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf. Ketika Fatimah membawa bayinya kepada Muhammad, Rasulullah langsung mencintai bayi tersebut. Kecintaan Rasulullah kepada Ali kerap diperbicangkan banyak orang. Bertahun-tahun kemudian, Imam Ali mengenang kecintaan Rasul tersebut dan berkata, “Kalian wahai sahabat Nabi sepenuhnya mengetahui posisi khusus Saya di mata Rasulullah, dan kalian menyadari bahwa Aku tumbuh besar di bawah bimbingannya. Ketika aku bayi, Rasul selalu menggendongku dan melindungiku serta menyuapiku makanan.”


Imam Ali hidup bersama ayah dan ibunyak selama tiga tahun. Ia selalu dihormati dan dicintai kedua orang tunya, karena di samping ia adalah anaknya, Imam Ali juga memiliki kemuliaan karena dilahirkan di dalam Ka’bah. Dengan demikian Imam Ali sangat dihormati dan dicintai oleh masyarakat dan khususnya keluarganya.

Tak lama kemudian terjadi musim paceklik dan kekeringan berkepanjangan di Mekah. Abu Thalib, paman Nabi, bersama keluarganya menghadapi kondisi yang sulit. Nabi berunding dengan pamannya yang lain, Abbas yang lebih kaya dari Abu Thalib dan mencapai kesepakatan bahwa masing-masing akan membawa anak Abu Thalib ke rumahnya sehingga di hari-hari yang sulit tersebut beban Abu Thalib akan menjadi ringan.

Dengan demikian Abbas mengambil Jakfar, sementara Nabi mengambil Ali dan membawanya ke rumahnya. Untuk selanjutnya Ali di usia keenam secara penuh berada di bawah bimbingan dan asuhan Nabi. Imam Ali as di ucapanya ketika menyebutkan hari-hari tersebut berkata,”Saya seperti anak kecil yang mengikuti ibunya, saya terus mengikuti Nabi. Ia setiap hari mengajarkanku satu keutamaan akhlaknya dan menyuruhku untuk mengikutinya.”

Imam Ali as di urusan kebaikan adalah termasuk terdepan. Setelah Nabi menerima wahyu pertamanya dan Mohammad resmi diangkat sebagai Rasul, Ali adalah lelaki pertama yang beriman. Setelah tiga tahun dakwah rahasia, peringat untuk berdakwa secara terang-terangan diturunkan kepada Nabi. Untuk menyeru keluarganya memeluk Islam, nabi mengadakan perjamuan keluarga.

Selama perjamuan ini, Rasul bertanya kepada mereka yang hadir, siapakah di antara kalian yang bersedia membantuku di jalan ini serta menjadi saudara, washi dan wakilku di antara kalian. Ali adalah satu-satunya di antara yang hadir yang berdiri dan menjawab, Wahai Rasulullah, Aku bersedia membantumu di jalan ini. Setelah tiga kali mengulang pertanyaannya dan mendapat jawaban serupa dai Ali, Nabi bersabda, wahai keluargaku! Ketahuilah bahwa Ali adalah saudara, washi danh khalifahku di antara kalian.


Ali sejak kanak-kanak hingga detik-detik akhir usia Rasul senantiasa menyertai beliau dan paling banyak yang menerima ilmu dari Nabi. Ia mendapat kehormatan sebagai sahabat Nabi paling mengerti hakikat tersembunyi dan rahasia al-Quran. Ia senantiasa berdialog dan melakukan tanya jawab dengan Nabi. Setelah bertahun-tahun pasca meninggalnya Rasul, Imam Ali berkata, “Tidak seluruh sahabat yang bertanya kepada Nabi dan mencapai pemahaman, sebagian sahabat lebih suka mengirim utusan dan bangsa Arab untuk bertanya kepada nabi dan mendapat jawabannya. Tapi Aku setiap kali terlintas sesuatu di benakku langsung bertanya kepada nabi dan mengingat jawabannya.”

Ibnu Abil Hadid, sastrawan, teolog dan ahli fiqih dari mazhab Syafii di syarah ucapan Imam Ali menulis, “ketahuilah bahwa Amirul Mukmini memiliki posisi khusus di mata Nabi yang tidak dimiliki sahabat lain; Ia kerap berkhalwat bersama Nabi di mana tidak ada yang tahu apa yang terjadi saat itu di antara meraka. Ia selalu bertanya tentang makna al-Quran dan sabda Nabi, jika Ali tidak bertanya maka nabi akan mengajarinya. Sementara tidak ada satu pun sahabat nabi yang memilik kondisi seperti ini.”

Oleh karena itu, Ali memiliki pengetahuan luas dan tinggi, sama seperti yang berulang kali diungkapkan Amirul Mukmin di atas mimbar, “Bertanyalah kepadaku sebelum aku meninggalkan kalian. Aku bersumpah, tidak ada ayat al-Quran kecuali aku mengetahui untuk siapa, di mana diturunkannya di padang pasir atau gunung. Sesungguhnya Allah telah melimpahkanku hati yang bijaksana dan lidah yang fasih.”

Terkait hal ini Ibnu Abil Hadid menulis, “Seluruh masyarakat sepakat bahwa tidak ada sahabat nabi dan juga ilmuwan yang berani mengklaim (bertanyalah kepadaku apa yang ingin kalian tanyakan sebelum kalian kehilanganku), kecuali Ali bin Abi Thalib. Yang lebih penting Imam Ali adalah orang yang selalu mengamalkan ilmunya dan ia berkata, “Wahai manusia, aku bersumpah, aku tidak memaksa kalian untuk taat kecuali sebelum kalian aku telah mengamalkannya, dan aku tidak melarang kalian untuk melakukan maksiat kecuali sebelumnya aku telah menghindarinya.”

Imam Ali lahir di Baitullah dan tumbuh besar di rumah wahyu. Ia mencapai keyakinan penuh di keimanan kepada Tuhan. Ia meyakini bahwa Tuhan mengawasi setiap kondisi dan perilakunya dan meyaksikan Tuhan dengan mata hatinya. Dengan demikian ibadahnya adalah ibadah orang-orang merdeka dan bebas yang beribadah hanyak karena Tuhan bukan karena pahala.

Terkait dengan ini Imam Ali as bersabda, “Sekelompok orang beribadah kepada Allah karena mengharap surga, ini ibadah seorang pedagang dan pencari keuntungan. Sekelompok orang menyembah Tuhan karena takut dan ini ibadah budak. Sementara sekelompok lainnya meyakini Tuhan yang paling layak disembah  dan kemudian mereka menyembahnya, ini adalah ibadah orang yang merdeka.”

Terkait ibadahnya, Imam Ali as berkata, “Aku tidak pernah beribadah kepada Tuhan karena takut atau menghadap pahala., namun Aku menyembah Tuhan karea Ia paling layak untuk disembah.” Ali menilai shalat sebagai manifestasi ibadah terbesar dan paling mendasar simbol penghambaan kepada Tuhan. Oleh karena itu, di saat kondisi paling kritis dan sulit, ia tetap menunaikan shalat di awal waktu dan tidak menundanya.


Salah satu contohnya dalah ketika terjadi perang Sifin, ia sering memandang matahari dan berhati-hati supaya tidak kehilangan shalat awal waktu. Ibnu Abbas bertanya kepada Imam Ali as, Wahai Amirul Mukminin mengapa kamu terkadang menghentikan perang dan memandang langit. Imam menjawab, Aku memandang langit supaya tidak kehilangan shalat awal waktu. Dengan takjub Ibnu Abbas bertanya, apakah anda berpikir mengerjakan shalat awal waktu di tengah-tengah tebasan pedang? Imam berkata, Untuk apa kita memerangi mereka? Apakah kita tidak memerangi mereka untuk menunaikan shalat?

Putra Ka’bah ini senantiasa bergerak dengan poros kebenaran. Imam Ali dengan segenap wujudnya adalah taat hukum dan pelaksana hukum Ilahi serta tidak berat sebelah di masalah ini. Jika seseorang melanggar hukum, tanpa mengindahkan posisi dan jabatannya, ia akan melaksankaan hukum kepada pelaku dan ia tidak menerima mediator atau syafaat.


Di sisi lain, Imam Ali sangat teliti dan disiplin serta mencegah orang lain tidak disiplin. Di akhir umurnya, Imam Ali mewasiatkan pengikutnya untuk disiplin dan mengerjakan pekerjaan di waktunya. Imam Ali bersabda, “اوصیکُم بِتَقْوَی اللّه‏ وَ نَظمِ اَمْرِکُم”

Sabtu, 14 Maret 2020 12:21

Ketegaran Sayidah Zainab

 

Hari ini tepat tanggal 15 Rajab, kita memperingati wafatnya Sayidah Zainab al-Kubra binti Ali bin Abi Thalib as. Jejak sejarah Islam menorehkan catatan yang ditulis dengan tinta emas mengenai peran besar wanita agung ini dalam membela keadilan, kebenaran dan ajaran Allah dengan penuh cinta dan kesabaran.

Perkataan dan perilaku beliau telah menjadi hiasan bagi ayahnya. Dalam riwayat disebutkan bahwa martabat dan harga diri Sayidah Zainab as mirip dengan Sayidah Khadijah, kesucian dan kesederhanaan serta kesopanan beliau persis seperti Sayidah Fatimah, kefasihan dan retorika beliau dalam berpidato mirip dengan Imam Ali, kelembutan dan kesabaran beliau mirip Imam Hasan, sedangkan keberanian dan kekuatan hati beliau mirip dengan Imam Husein. Dapat dikatakan bahwa semua kebaikan Ahlul Bait seakan-akan ada dalam diri beliau.

Sejak kecil, Sayidah Zainab menghadapi beragam fitnah dan musibah. Meski demikian, beliau telah menyiapkan diri untuk menghadapi badai dahsyat yang dibuat oleh orang-orang zalim yang haus dengan kekuasaan. Di usia yang belum genap lima tahun, beliau telah kehilangan kakeknya, Rasulullah Saw, yang selalu memberikan kasih sayang. Wafatnya Rasulullah Saw adalah musibah pertama yang telah melukai jiwa lembut Sayidah Zainab. Musibah ini bagi beliau, terutama bagi ibunya, Sayidah Fatimah as, adalah ujian yang sangat berat.

Dari masa kanak-kanak, Sayidah Zainab telah menyaksikan penderitaan ibunya pasca wafatnya Rasulullah Saw, di mana kesedihan tersebut telah menyebabkan Sayidah Fatimah jatuh sakit, dan beberapa bulan kemudian Putri Rasulullah Saw itu meninggal dunia. Dengan demikian, Sayidah Zainab as menikmati kecintaan ibunya tidak lebih dari lima tahun.

Kenangan-kenangan pahit dan manis di masa singkat tersebut telah menjadikan beliau siap untuk terus bergerak dan berjuang di jalan Allah Swt dan menyambut segala bentuk musibah dan persoalan kehidupan. Suatu hari, Sayidah Fatimah menyampaikan pidato di masjid Rasulullah Saw untuk membela hak-hak Ahlul Bait as. Sayidah Zainab hadir dalam pidato ibunya tersebut dan beliau mencatat semua perkataan ibundanya sehingga beliau terhitung sebagai salah satu perawi khutbah terkenal Sayidah Fatimah.

Kesedihan Sayidah Fatimah pasca wafat ayahandanya, Rasulullah Saw, sangat berat di hati mungil Sayidah Zainab, namun semangat dan kemampuan beliau dengan cepat menempati hati Sayidah Fatimah dan bahkan memulihkan hati ayahnya yang dipenuhi dengan kesedihan.

Meski lebih muda dari kedua saudaranya, namun Sayidah Zainab as mewarisi sifat-sifat ibundanya. Ikatan emosional antara beliau dengan Imam Hasan dan Husein as sulit untuk digambarkan. Hubungan emosional tersebut berlanjut hingga akhir usia beliau. Sedetikpun Sayidah Zainab as tidak dapat menjauh dari kedua saudaranya, beliau selalu memberikan cinta dan kasih sayang kepada kedua saudara itu seperti seperti halnya yang dilakukan ibunya.

Setelah wafatnya Sayidah Fatimah, Sayidah Zainab menyaksikan sikap diam ayahnya selama 25 tahun. Imam Ali as di masa itu terpaksa diam ketika hak-haknya dirampas demi kepentingan dan maslahat kaum Muslimin. Sayidah Zainab juga melewati masa kekhalifahan ayahnya selama kurang lebih lima tahun hingga pada akhirnya Imam Ali pada malam 19 Ramadhan 40 H meneguk cawan kesyahidan di mihrab masjid Kufah.

Pasca wafatnya Rasulullah Saw dan Sayidah Fatimah, hati Sayidah Zainab bergantung pada Imam Ali. Kasih sayang ayahnya itu telah menjadi pelipur lara dalam kesedihan, namun setelah Imam Ali as tiada, maka tidak lagi seorang ayah yang menjadi tumpuannya, sehingga perpisahan dengan ayahnya itu sangat sulit bagi beliau.

Meski demikian, beliau tetap tegar dan sabar dalam menghadapi segala musibah. Beliau adalah teladan kesabaran dan ketegaran yang tidak akan runtuh hanya karena berpisah dengan orang-orang yang dicintainya. Beliau datang untuk membuat sebuah epik dan membuktikan hakikat dan kebenaran Ahlul Bait as. Beliau datang untuk memberikan pelajaran keteguhan dan ketegaran hingga mencapai kemuliaan dalam menghadapi semua fitnah dan musibah.

Setelah Imam Ali wafat, Sayidah Zainab menyaksikan kezaliman terhadap saudaranya, Imam Hasan. Penindasan yang dialami Imam Hasan as sama seperti kezaliman yang menimpa ayahnya. Sayidah Zainab menyaksikan pembelotan masyarakat dan konspirasi musuh serta propaganda luas Muawiyah bin Abu Sufyan terhadap saudaranya. Dalam kondisi tersebut, beliau selalu menyertai Imam Hasan as dan pada akhirnya menyaksikan kesyahidan saudaranya itu.

Sayidah Zainab tetap bersabar dalam menghadapi musibah besar tersebut. Pasca wafatnya Imam Hasan as, beliau menyertai saudaranya, Imam Husein as, pergi ke Karbala pada tahun 60 H. Peristiwa Karbala adalah puncak dari musibah yang dihadapi oleh Sayidah Zainab. Tidak lama setelah 18 orang dari keluarganya, termasuk anak-anak dan saudaranya, gugur syahid, beliau menyaksikan kesyahidan Imam Husein as, yaitu sebuah musibah yang langit dan bumi pun tidak mampu menahannya. Dalam kondisi tersebut dan bahkan ketika beliau dan keluarganya ditawan oleh musuh, Sayidah Zainab as tetap bersabar, dan meyakini bahwa beliau harus melaksanakan kewajiban agama, politik, dan sosial terbesar.

Setelah kesyahidan Imam Husein as di padang Karbala, Sayidah Zainab memikul sejumlah tugas penting: pertama, merawat dan melindungi Imam Sajjad, putra Imam Husein, dari serangan musuh. Kedua, melindungi para wanita dan anak-anak yang ditawan musuh. Ketiga, menyampaikan berita kesyahidan Imam Husein dan sahabat-sahabatnya, serta mengungkap skandal dan kezaliman Yazid di hadapan masyarakat.

Yazid dan pengikutnya menyebarkan propaganda luas supaya langkah Imam Husein dianggap sebagai gerakan anti-agama dan bertentangan dengan kepentingan umat Islam. Yazid menyebarkan fitnah bahwa Imam Husein sedang mengejar kekuasaan dan materi dalam revolusinya sehingga ia dengan mudah menumpas para penentangnya. Namun Sayidah Zainab telah menjadi penghalang propaganda itu, dan bahkan juga mengungkap kejahatan dan kebusukan Yazid dan pengikutnya.

Dalam pidatonya yang berapi-api, Sayidah Zainab telah mengguncang pemikiran keliru masyarakat di masa itu. Warga Kufah yang hampir 20 tahun tidak mendengar pidato Imam Ali, mereka terhentak dengan suara Zainab yang nadanya seperti perkataan Ali. Perkataan Sayidah Zainab yang begitu fasih dan keberanian beliau telah membuat takjub Ibnu Katsir, seorang ahli balaghah. Ia mengatakan, "Seakan-akan Zainab berbicara dengan bahasa Ali."

Selain kefasihan dalam berbicara, Sayidah Zainab juga menjaga kesuciannya sebagai seorang Muslimah. Salah satu perawi yang meriwayatkan pidato beliau mengatakan, "Aku bersumpah demi Allah, aku tidak melihat seorang perempuan pun yang lebih fasih dan lebih berilmu dari perempuan yang menjaga kesuciannya ini."

Dalam waktu yang singkat, Sayidah Zainab mampu menyampaikan suara kebenaran dan anti-penindasan kepada masyarakat. Beliau juga menyampaikan ketertindasan Imam Husein yang menuntut keadilan. Selain itu, tindakan beliau juga telah melindungi agama dari penyimpangan.

Dalam waktu singkat, kezaliman Yazid terungkap. Meski telah membantai Imam Husein as dan keluarganya serta menawan para wanita dan anak-anak Ahlul Bait, Yazid tidak mampu mencapai tujuannya, bahkan sebaliknya kejahatannya terungkap. Setelah kejahatannya terungkap, Yazid berusaha melemparkan kesalahannya kepada Ubaidillah bin Ziyad, penguasa Kufah, dan berlepas tangan dari dosa-dosanya. Namun Ahlul Bait Rasulullah Saw telah mengungkap semua kebusukan Yazid dan antek-anteknya.

 

Jumlah kasus orang yang teridentifikasi positif virus corona di wilayah Indonesia terus bertambah.

Juru bicara Pemerintah Indonesia untuk penanganan virus Corona, Achmad Yurianto, di Istana Kepresidenan, Jumat (13/3/2020) mengatakan ada penambahan kasus baru sebanyak 35 orang. Dengan demikian jumlah total ada 69 orang di Indonesia yang positif Corona. Dari jumlah tersebut dua di antaranya masih bayi.

Pada Jumat (13/3/2020), Achmad Yurianto juga menyebutkan ada tambahan tiga pasien Covid-19 yang meninggal dunia hingga total ada 4 pasien meninggal.

Menyikapi kondisi lonjakan jumlah kasus positif virus corona di Indonesia, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait penanganan Corona. WHO meminta Jokowi segera mengumumkan darurat nasional Corona.

Situs Detik hari Jumat melaporkan, surat WHO itu dikirim per 10 Maret 2020. Tedros dalam suratnya mengatakan WHO telah bekerja maksimal untuk menganalisis dan menyebarluaskan informasi tentang COVID-19. Untuk mengalahkan virus ini, setiap negara perlu mengambil langkah-langkah kuat yang dirancang untuk memperlambat penularan dan mencegah penyebaran.

 Dalam surat tersebut, WHO juga memberikan lima poin tindakan-tindakan yang harus segera dilakukan pemerintah Indonesia untuk mencegah virus terus menyebar.

Pertama, meningkatkan mekanisme tanggap darurat, termasuk deklarasi darurat nasional.

Kedua, mendidik dan berkomunikasi aktif dengan publik terkait risiko yang tepat dan keterlibatan masyarakat.

Ketiga, mengintensifkan penemuan kasus, pelacakan kontak, pemantauan, karantina kontak, dan isolasi kasus

Keempat, memperluas pengawasan COVID-19 menggunakan sistem pengawasan penyakit pernapasan yang ada dan pengawasan berbasis rumah sakit.

Kelima, uji kasus yang dicurigai per definisi kasus WHO, kontak kasus yang dikonfirmasi; menguji pasien yang diidentifikasi melalui pengawasan penyakit pernapasan.

Selain itu, WHO juga secara khusus meminta Jokowi membangun laboratorium dengan kapasitas yang cukup dan memungkinkan tim mengidentifikasi kelompok penularan sehingga bisa segera diambil spesimennya. Termasuk menguji yang bukan hanya kasus dengan kontak langsung pasien positif, tetapi kepada seluruh pasien yang menderita flu parah hingga sesak napas.

 

Selangor telah mencatat jumlah kasus Covid-19 tertinggi di negara ini, dengan total 105 kasus hingga saat ini, Departemen Kesehatan mengungkapkan hari ini Sabtu (14/03).

Ini diikuti oleh Kuala Lumpur dengan 26 kasus, Johor (16 kasus), Sabah (15 kasus), Negeri Sembilan (11 kasus), Penang (tujuh kasus), Kedah (lima kasus) dan Kelantan (tiga kasus).

Pahang, Perak, dan Labuan mencatat dua kasus di masing-masing negara bagian, sementara Putrajaya Melaka dan Perlis telah mengidentifikasi satu kasus Covid-19 di setiap negara bagian.

Pada hari Jumat, jumlah kasus di negara ini mencapai 197 dan dari jumlah ini, 33 telah sepenuhnya pulih dan telah dipulangkan.

Dari 197 kasus (123 perempuan dan 74 laki-laki), 177 adalah Malaysia, 15 Cina, dua Jepang, satu Italia, satu Indonesia, dan satu Amerika.

Lima puluh tiga pasien berusia antara 50 dan 59 tahun, 39 di antaranya berusia 30-an, 31 di 60-an, 28 di 40-an, 23 di 20-an, sembilan berusia 70 dan di atas, tujuh anak di bawah usia sembilan tahun , dan tujuh pasien berusia antara 10 dan 19 tahun.

Terkait masalah ini, direktur jenderal kesehatan Datuk Dr Noor Hisham Abdullah mengatakan kementerian sedang melakukan pengawasan Covid-19 untuk melacak kasus-kasus terisolasi atau sporadis di Malaysia melalui penyakit mirip influenza (ILI) dan infeksi saluran pernapasan akut (SARS), dengan tidak ada riwayat perjalanan ke negara-negara yang terkena dampak atau kontak dengan Covid-19 positif.

“Pada 13 Maret, 756 sampel telah diuji dalam putaran terakhir ini dan tiga sampel positif.

“Penyelidikan awal mengungkapkan bahwa kasus-kasus ini terkait dengan kelompok pertemuan tabligh (acara keagamaan).

"Kami masih mencari ke dalam kasus ini dan publik akan diberitahu dari waktu ke waktu," katanya.

Pada 7 Februari, Singapura menaikkan level Kondisi Sistem Penanggulangan Penyakit (Dorscon) dari “Kuning” menjadi “Oranye” setelah empat kasus virus sporadis di negara ini.

 

Penasihat media Presiden Suriah Bashar al-Assad menekankan bahwa hubungan antara Iran dan Suriah bersifat historis dan strategis dan bagi Tehran dan Moskow, kedaulatan dan kemerdekaan Suriah menjadi prioritas.

Bouthaina Shaaba, Penasihat Media Bashar al-Assad hari Rabu, 11 Maret, malam merujuk pada operasi militer Suriah selama beberapa pekan terakhir mengatakan, "Tentara Suriah telah membebaskan lebih dari dua ribu kilometer wilayah Suriah dan menyebabkan banyak korban bagi teroris."

Penasihat presiden Suriah menegaskan kembali dukungan Suriah untuk sekutu-sekutunya di front perlawanan, seraya menjelaskan bahwa pemerintah Suriah menginginkan pembebasan penuh kota Idlib dari teroris dan kembalinya pengungsi Suriah ke negara mereka.

Penasihat Assad menyebut tindakan Turki di wilayah itu untuk kepentingan rezim Zionis, dan menjelaskan bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperdagangkan isu Palestina dan bermimpi menduduki wilayah Suriah.

"Sebelumnya, Amerika Serikat mendukung kelompok-kelompok al-Qaeda dan Daesh (ISIS), dan sekarang mereka juga memberikan dukungan untuk teroris al-Nusra," ungkap Shaaba.

Penasihat presiden Suriah menambahkan bahwa warga Suriah di timur negara ini berjuang melawan pendudukan AS, dan bahwa pemerintah Suriah mendukung perlawanan dan militer Suriah akan segera mengeluarkan pasukan AS dari Suriah.

 

Juru bicara Otorita Ramallah Palestina, Nabil Abu Rudeineh mengatakan pemerintah AS sedang melakukan upaya sia-sia untuk menerapkan prakarsa yang sudah mati, Kesepakatan Abad.

Hal itu disampaikan menanggapi keputusan pemerintah AS yang mengubah sebutan untuk warga Palestina yang tinggal di Timur Quds dari penduduk Palestina menjadi "warga Arab" atau "warga non-Israel."

"Setiap upaya untuk mengubah sejarah dan kebenaran, tidak akan menghasilkan legitimasi apapun dan tidak akan mengubah sejarah rakyat Palestina," tegas Abu Rudeineh dalam sebuah pernyataan, Kamis (12/3/2020).

"Hukum dan resolusi internasional yang semuanya menekankan bahwa Quds adalah bagian integral dari wilayah Palestina yang diduduki, tidak boleh dilanggar," tambahnya.

Menurut Abu Rudeineh, upaya sia-sia yang dilakukan oleh pemerintah AS tidak akan membawa perdamaian, keamanan, dan stabilitas bagi siapa pun.

Yang jelas, lanjutnya, rakyat Palestina mampu mengalahkan konspirasi ini, sama seperti mereka menggagalkan konspirasi-konspirasi Amerika dan Israel sebelum ini.

Departemen Luar Negeri AS dalam laporan tahunan tentang situasi Hak Asasi Manusia menyatakan warga Palestina di Timur Quds tidak akan lagi disebut sebagai warga Palestina, tapi sebagai warga Arab atau warga non-Israel. (

 

Juru bicara Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) Hazem Qassem mengatakan, upaya Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel untuk mengubah identitas kota al-Quds tidak akan berhasil.

"Langkah Kementerian Luar Negeri AS untuk menerapkan istilah "warga negara non-Israel" bagi warga Palestina yang tinggal di al-Quds adalah kejahatan baru negara tersebut terhadap hak rakyat Palestina," kata Hazem Qassem seperti dilansir kantor berita Mehr, Jumat (13/3/2020).

Dia menambahkan, posisi dan kebijakan agresif AS yang tertuang dalam "Kesepakatan Abad" merupakan bagian kejahatan besar negara ini terhadap rakyat Palestina, di mana ini adalah pelayanan penuh kepada rezim Zionis.

Kemenlu AS dalam laporan tahunnya terkait situasi HAM di dunia yang disampaikan pada hari Rabu menyebutkan bahwa warga Palestina yang tinggal di al-Qud Timur akan disebut sebagai "penduduk non-Israel".

Berdasarkan Kesepakatan Abad, al-Quds akan diserahkan kepada rezim Zionis, pengungsi Palestina di luar negeri tidak berhak kembali ke tanah airnya, dan Palestina hanya terdiri dari wilayah yang tersisa di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Kesepakatan Abad merupakan prakarsa pemerintah AS untuk menghapus hak-hak rakyat Palestina. Prakarsa ini dibuat melalui kerja sama dengan sejumlah negara Arab seperti Arab Saudi, Bahrain dan Uni Emirat Arab.

Dalam kerangka Kesepakatan Abad, Trump pada 6 Desember 2017 mengumumkan al-Quds pendudukan sebagai ibu kota rezim Zionis.

AS kemudian memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke al-Quds pada Senin, 14 Mei 2018. Al-Quds diduduki rezim Zionis sejak tahun 1967. 

Sabtu, 14 Maret 2020 12:16

Irak Mengadukan AS ke PBB

 

Dalam sebuah pernyataan yang mengecam serangan udara AS pada hari Jumat, 13 Maret, atas posisi Irak, Kementerian Luar Negeri Irak mengatakan bahwa mereka akan segera mengadukan Amerika Serikat kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Dewan Keamanan PBB.

Menurut laporan IRNA, dalam sebuah pernyataan Jumat malam, Kementerian Luar Negeri Irak mengatakan bahwa tindakan AS untuk membom pangkalan pemerintah Irak adalah tindakan bermusuhan dan pelanggaran kedaulatan nasional, yang akan melemahkan upaya untuk melawan terorisme.

Serangan udara AS ke posisi al-Hashd al-Shaabi, Irak
Sebelumnya pada hari Jumat, jet-jet tempur AS membom pangkalan al-Hashd al-Shaabi Irak dan tentara negara ini di empat provinsi Salah al-Din, Babil, Basra dan Karbala.

Serangan itu menewaskan tiga pasukan keamanan Irak dan melukai 7 lainnya.

Para pejabat, tokoh dan kelompok Irak mengutuk serangan Jumat dan memperingatkan konsekuensi dari langkah AS.

Presiden Irak Barham Saleh menyebut tindakan itu sebagai pelanggaran kedaulatan negaranya, dan Kementerian Luar Negeri Irak memanggil duta besar Inggris dan AS ke Baghdad.

Parlemen Irak hari Minggu, 5 Januari, menyetujui rencana untuk mengeluarkan pasukan AS dari Irak setelah aksi teror terhadap Komandan Pasukan Pengawal Revolusi Islam Pasukan Quds dan wakil pemimpin Organisasi Mobilisasi Rakyat Irak al-Hashd al-Shaabi dekat bandara Baghdad.

Letjen Soleimani, Abu Mahdi al-Muhandis, dan sejumlah rekannya gugur syahid setelah diteror lewat serangan udara dini hari Jumat, 3 Januari 2020, di dekat bandara Baghdad, ibukota Irak.

Letjen Soleimani melakukan kunjungan ke Irak atas undangan pemerintah negara ini.

Banyak negara, organisasi dan kelompok mengecam tindakan teroris AS.

Letjen Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis adalah tokoh terkemuka dalam perang melawan Takfiri dan kelompok-kelompok teroris, termasuk Daesh (ISIS) di wilayah Asia Barat.

 

Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon hari Jumat, 13 Maret, malam dalam pidatonya menjelaskan, dalam perang melawan virus Corona, pembohong terbesar di dunia adalah Donald Trump dan timnya.

Menurut laporan FNA, Sayid Hassan Nasrallah menunjuk sikap pemerintah AS merahasiakan jumlah orang terinfeksi dan korban virus Corona, mengatakan bahwa Trump dan timnya berusaha untuk menunjukkan virus Corona tidak terlalu berbahaya dan begitu juga dengan konsekuensinya di Amerika Serikat.

Sekjen Hizbullah Lebanon juga mengutip pernyataan para pejabat AS bahwa Washington siap membantu Iran menangani virus Corona, dengan mengatakan bahwa Iran tidak memerlukan bantuan AS untuk memerangi virus Corona.

"Satu-satunya yang harus dilakukan AS adalah mencabut sanksi kejamnya terhadap Iran," ungkap Nasrullah.

Selanjutnya Sayid Hassan Nasrullah meminta semua orang untuk menggunakan pengalaman negara-negara yang berurusan dengan virus Corona, termasuk Iran dan Cina. Menurutnya, "Kewajiban agama setiap orang untuk melindungi jiwanya dan keluarganya dan setiap orang yang tidak patuh dengan kewajiban ini, berarti ia telah melakukan sebuah dosa besar."

Sekjen Hizbullah Lebanon juga merujuk pada serangan udara AS pada Jumat pagi, 13 Maret, menekankan bahwa kejahatan Amerika di Irak tidak akan dibiarkan tanpa balasan.

Sebelumnya pada hari Jumat, jet-jet tempur AS membom pangkalan al-Hashd al-Shaabi Irak dan militer negara ini di empat provinsi Salah al-Din, Babil, Basra dan Karbala.

Serangan itu menewaskan tiga pasukan keamanan Irak dan melukai 7 lainnya.

Para pejabat, tokoh dan kelompok Irak mengutuk serangan Jumat dan memperingatkan konsekuensi dari langkah AS.

Presiden Irak Barham Saleh menyebut tindakan itu sebagai pelanggaran kedaulatan negaranya, dan Kementerian Luar Negeri Irak memanggil duta besar Inggris dan AS ke Baghdad.