کمالوندی
Hizbullah Menentang Bergabungnya Lebanon dengan IMF
Wakil Sekjen Hizbullah menyinggung kemenangan kubu perlawanan dari Iran hingga Palesitna, Suriah sampai Lebanon, dan Irak hingga Yaman, dan terkait perekonomian Lebanon menuturkan, Hizbullah menentang ketergantungan Lebanon ke Dana Moneter Internasional, IMF.
Fars News (26/2/2020) melaporkan, Syeikh Naim Qassem mengatakan, hari ini banyak bantuan Ilahi yang kita saksikan dalam kemenangan-kemenangan yang diraih poros perlawanan. Kemenangan dari Palestina hingga Lebanon, Suriah, Irak, Yaman, Iran, dan seluruh kawasan.
Stasiun televisi Al Manar mengabarkan, Wakil Sekjen Hizbullah menjelaskan, Iran berhasil bertahan dalam perang mematikan melawan rezim Irak, dan sekarang Republik Islam Iran masih tetap berdiri kokoh, dan membangun untuk generasi mendatang.
Syeikh Naim Qassem menerangkan, Hizbullah di Lebanon berhasil meraih prestasi besar yang tidak pernah dicapai sejak pendudukan Israel di kawasan. Di tahun 2000 Israel keluar dari Lebanon secara memalukan, dan kemenangan besar diraih Lebanon. Setelah itu Israel kalah dalam perang tahun 2006, dan hari ini kekuatan senjata serta tekad Hizbullah telah menjadi instrumen pencegahan bagi Israel.
Daftar Hitam FATF; Memandang Iran dengan Tendensi Politik
Pemerintah Iran telah menyerukan keputusan Financial Action Task Force (FATF) untuk menempatkan Republik Islam Iran dalam kelompok negara-negara yang tidak bekerja sama (daftar hitam) dengan motif politik bagi beberapa negara yang menginginkan keburukan bagi Iran.
Pemerintah Iran mengeluarkan pernyataan pada hari Rabu, 26 Februari, mengatakan bahwa kebijakan anti-terorisme Iran didasarkan pada inti pencarian keadilan dan sifat damai dari rezim Republik Islam Iran dan ini sedang dilaksanakan di semua bidang, termasuk kontra-pendanaan terorisme.
Gugus Tugas Aksi Keuangan (FATF) pada 21 Februari 2020 memasukkan Iran ke dalam daftar hitam dengan mengklaim bahwa tindakan Tehran tidak sesuai dengan norma-norma internasional terhadap pendanaan terorisme.
FATF memasukkan kembali Iran ke daftar hitam
Lembaga keuangan ini mengklaim sebagai anti-Iran dalam kondisi ketika Republik Islam Iran adalah satu-satunya negara yang secara faktual dan efektif memerangi berbagai kelompok teroris di wilayah Asia Barat.
Iran berkewajiban untuk mematuhi prinsip dan aturan nasional dan internasional sesuai risalah dan substansi perdamaian dan pencarian keadilan yang berdasarkan slam dan agama yang telah didefinisikan berasaskan keadilan.
Dalam kerangka kerja ini, Iran telah mengimplementasikan agenda nasional tentang pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Sebagai badan legislatif di Iran, Majelis Syura Islami telah menetapkan hukum dan peraturan domestik tentang pencucian uang dan pendanaan terorisme, yang memiliki dampak tidak kalah dengan norma dan hukum internasional.
Mengingat bahwa mekanisme internasional memiliki kelebihan dan kekurangan dan lebih dipengaruhi oleh pandangan politik para kekuatan dunia, sementara tekanan pada negara-negara seperti Iran yang sensitif terkait implementasi aturan soal pencucian uang dan pendanaan terorisme itu hanya pendekatan politik, bukan masalah hukum dan undang-undang.
Selain itu, pada dasarnya tidak ada hubungan internasional antara sistem moneter dan perbankan Iran ketika Amerika Serikat menerapkan sanksi yang komprehensif terhadap Iran, dan dalam keadaan seperti itu, menerima dan melaksanakan peraturan keuangan FATF tidak bermanfaat bagi Iran.
Mengingat situasi saat ini, yang berarti bahwa penerapan sanksi AS yang ada dan sistem moneter dan keuangan Iran yang tidak memiliki hubungan dengan luar negeri, memasukan kembali Iran ke daftar hitam FATF tidak banyak berpengaruh pada ekonomi Republik Islam Iran.
Dalam hal ini, Abdolnaser Hemmati, Gubernur Bank Sentral Republik Islam Iran berpendapat bahwa, pada periode sanksi berat dan tekanan maksimum AS, sistem moneter dan keuangan Iran telah mampu membangun hubungan yang tidak dapat disanksi dengan sistem moneter dan keuangan dunia di luar kerangka FATF.
Abdolnaser Hemmati, Gubernur Bank Sentral Republik Islam Iran
Pergeseran prioritas perdagangan luar negeri Iran dari emas hitam (minyak) ke produk-produk turunan minyak bumi, jasa teknik dan barang-barang berbasis pengetahuan telah menyebabkan ancaman dan kendala yang berusaha diciptakan AS serta pendekatan politik terhadap mekanisme internasional seperti FATF tidak dapat mengganggu proses perdagangan Iran.
Bahkan adopsi dan persetujuan dari aturan FATFtidak akan berdampak pada sanksi AS terhadap negara Iran, dan Iran sampai pada kesimpulan saat ini bahwa kepatuhan terhadap aturan FATF bukanlah kebutuhan mendesak.
Hitung Mundur Produksi Obat Corona di Iran
Rektor Universitas Ilmu Kedokteran Baqiatollah Iran mengatakan, pelaksanaan tiga proyek sains oleh para peneliti, dokter dan ilmuwan Iran untuk menciptakan obat ampuh Virus Corona sudah dimulai, dan kami berharap dalam waktu cepat proyek ini segera membuahkan hasil.
Fars News (27/2/2020) melaporkan, Dr. Alireza Jalali menuturkan, sejak minggu lalu komisi-komisi sains Universitas Ilmu Kedokteran Baqiatollah sudah diaktifkan untuk menciptakan obat ampuh Corona, dan metode terbaru penanganan pasien tertular virus ini.
Ia menambahkan, minggu lalu tiga proyek baru untuk menciptakan vaksin, dan obat ampuh Corona sudah dimulai, kami memperkirakan ketiga proyek ini akan membawa hasil yang serius.
Dr. Jalali juga menyinggung pengalaman sukses Iran memproduksi vaksin influenza, dan berharap kesuksesan yang sama akan terulang dalam produksi vaksin Corona.
"Saat ini kami belum bisa menjelaskan secara detail proyek-proyek penanganan Virus Corona ini, tapi proyek pertama terkait dengan produksi obat penyembuh infeksi Virus Corona berbasis ilmu genetika, yang tahap-tahap implementasinya dilakukan dengan kerja sama kementerian kesehatan, dan departemen riset-industri Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC, di Pusat Genetika, Universitas Ilmu Kedokteran Baqiatollah," paparnya.
Menurutnya, proyek berikutnya adalah produksi obat herbal untuk menyembuhkan infeksi Virus Corona yang dilakukan oleh para peneliti Iran.
Corona; Iranphobia dan Asia Barat
Virus Corona dilaporkan telah menyebar ke lebiih dari 40 negara dunia termasuk negara-negara Arab Asia Barat, namun sejumlah negara berusaha memanfaatkan virus ini sebagai alat balas dendam politik kepada Republik Islam Iran.
Virus Corona pertama kali ditemukan di Cina dan mengambil korban jiwa. Salah satu indeks penting virus ini adalah kekuatan penyebarannya. Dengan kata lain, virus Corona cepat menular melalui interaksi dengan penderita virus ini.
Oleh karena itu, virus Corona dengan cepat menyebar ke negara-negara lain di dunia. Musuh dan rival Iran, tanpa mengindahkan karakteristik virus Corona dan bahwa lebih dari 40 negara lain juga tertular virus ini, memanfaatkan virus Corona sebagai sarana balas dendam politik dengan Tehran.
Tudingan pertama musuh dan rival Iran adalah Iran sengaja menyembunyikan kasus ini. Meski setiap negara termasuk Iran berusaha mencegah penyebaran kekhawatiran dan ketakutan ke masyarakatnya melalui manajemen media, namun tudingan bahwa Iran sengaja merahasiakan kasus ini ketika pejabat Tehran bahkan mengetahui kasus penyebaran virus ini di Iran menjelang peristiwa penting seperti pemilu parlemen.
Corona di Iran
Sejatinya bahkan penyelenggaraan pemilu parlemen tidak mendorong pejabat Iran menyembunyikan kasus Corona dan sebelum pemilu mereka telah menginformasikan kasus ini.
Ketika Iran menginformasikan kasus virus Corona sebelum penyelenggaraan pemilu parlemen, Arab Saudi yang melancarkan propaganda besar-besaran anti Iran melalui Iranphobia, karena menjadi tuan rumah pertemuan menteri keuangan dan Bank Sentral kelompok G20 menolak memberi informasi terkait virus ini dan menepis penyebarannya di Saudi.
Padahal di antara negara-negara kawasan Asia Barat, desas desus penyebaran pertama kali virus Corona terjadi Arab Saudi.
Departemen Kesehatan Arab Saudi setelah ratusan orang di negara ini terinfeksi virus Corona, terpaksa mengumumkan jumlah penderita Corona dan korban meninggal akibat virus ini.
Tudingan lain musuh anti Iran adalah Tehran memberi informasi tak benar mengenai jumlah warganya yang terinfeksi virus ini.
Tudingan ini disebarkan ketika Departemen Kesehatan Iran mengumumkan data yang dimilikinya. Di antara karakteristik virus ini adalah mayoritas penderita virus Corona tidak memiliki informasi mengeni penyakit ini dan bahkan mereka tidak merujuk ke balai kesehatan dan rumah sakit selama kondisi fisik mereka belum parah.
Sekaitan dengan ini tudingan anti Iran dirilis ketika Presiden AS Donald Trump menolak memberi informasi sejati penderita virus Corona di negaranya dan mengumumkan data seminimal mungkin.
Sepertinya musuh dan rival Ian berusaha memanfaatkan Corona sebagai alat strategi untuk menekan Tehran secara maksimum.
Negara-negara ini dengan membesar-besarkan kasus Corona berusaha merusak perekonomian Iran dan meningkatkan represi politik kepada Tehran.
Poin penting adalah negara-negara Arab seperti Arab Saudi, Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) ketika menuding Iran sebagai pentransfer virus Corona ke negara-negara kawasan, justru mayoritas penduduk negara-negara tersebut adalah warga asing khususnya warga negara-negara Asia Timur.
Buruh dan pekerja berkewarganegaraan Asia Timur merupakan mayoritas penduduk Uni Emirat Arab (UEA), Qatar dan Bahrain serta mayoritas buruh di Arab Saudi. Negara-negara ini juga memiliki hubungan perdagangan yang besar dengan Asia Timur.
Poin penting lain adalah berbeda dengan mayoritas negara kawasan di mana kapasitas dan kemampuan kedokteranya adalah impor, Iran termasuk kutub kedokteran di kawasan dan bahkan di tingkat dunia.
Sekaitan dengan ini, utusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di pertemuannya yang digelar hari Rabu (26/02) di Tehran menyebut kemampuan dan kinerja Iran di bidang kesehatan dan kedokteran sebuah contoh sukses dan unggul di dunia dan kawasan.
Kunjungan Presiden AS ke India Diwarnai Kekerasan
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan istri, Melania mengunjungi India pada hari Selasa, 25 Febaruari 2020. Lawatan Trump ke New Delhi diwarnai dengan bentrokan dan kekerasan.
Bentrokan antara dua kubu pro dan kontra undang-undang kewarganegaraan baru di New Delhi telah menyebabkan 15 orang tewas dan ratusan lainnya terluka.
Kerusuhan terkait undang-undang kewarganegaraan baru itu telah dimulai pada bulan Desember tahun lalu.
Kondisi memburuk di New Delhi berlangsung pada akhir pekan dan semakin mencekam pada hari Senin, 24 Februari 2020.
Kekerasan meletus di berbagai wilayah di timur laut Delhi pada hari Selasa, yaitu hanya beberapa kilometer jauhnya dari tempat Trump dan Perdana Menteri India Narendra Modi bertemu.
New Delhi telah menjadi pusat kerusuhan terhadap Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan, yang memudahkan non-Muslim dari tiga negara tetangga yang didominasi Muslim untuk mendapatkan kewarganegaraan India.
Menurut TV lokal, asap besar mengepul dari pasar ban yang telah dibakar dan para saksi mata menyaksikan kelompok massa menggunakan tongkat dan batu berjalan di jalan-jalan di bagian timur laut New Delhi, di tengah insiden pelemparan batu.
Menteri Dalam Negeri India G. Kishan Reddy mengklaim kekerasan yang terjadi adalah konspirasi untuk mencemarkan nama baik India saat kunjungan Trump.
Para pengunjuk rasa mengatakan bahwa Modi dan partainya, Partai Bharatiya Janata (BJP), menargetkan Muslim dan memicu kekerasan.
Beberapa korban di kedua kubu telah menderita luka tembak, dan banyak yang terlihat terluka di kepala dan tubuh mereka.
Turki Putus Pasokan Air di Kota Hasakah, Suriah
Pasukan pemerintah Turki dikabarkan telah memutus pasokan air di kota Hasakah, timur laut Suriah.
Kantor berita Xinhua (26/2/2020) melaporkan, pasukan pemerintah Turki menyerang para penjaga pusat persediaan air di sekitar kota Hasakah, kemudian menutup aliran pasokan air bersih untuk warga setempat.
Aksi pasukan Turki itu menyebabkan ratusan warga kota Hasakah tidak bisa lagi mendapatkan pasokan air bersih.
Ketegangan Turki dan Suriah dalam beberapa hari terakhir terus mengalami peningkatan, dipicu langkah militer dan campur tangan Turki di Idlib untuk melindungi teroris.
Sejak dua bulan lalu pasukan Suriah melancarkan operasi pembersihan teroris di Provinsi Idlib, namun Turki menentangnya.
Filipina Tolak Bantuan Militer dari Amerika
Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan Manila tidak membutuhkan bantuan militer dari Washington.
Duterte, seperti dilansir Associated Press, Rabu (26/2/2020) menuturkan Angkatan Bersenjata Filipina mampu memerangi terorisme dan ekstremisme di negaranya tanpa memerlukan bantuan militer AS.
Pemerintah Filipina sebelum ini membatalkan pakta militer yang mengizinkan kehadiran pasukan AS di wilayahnya dan menyampaikan keputusan tersebut kepada Washington.
Berdasarkan pakta militer itu, pasukan Amerika akan melatih tentara Filipina dan ini memungkinkan kehadiran pasukan Amerika di negara tersebut.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper menyampaikan kekecewaan atas pembatalan pakta militer itu.
Lagi, Dua Tentara Turki Tewas di Idlib, Suriah
Kementerian Pertahanan Turki, Kamis (27/2/2020) dinihari mengabarkan tewasnya dua tentara negara itu dalam serangan udara di Idlib, Suriah.
Fars News (27/2) mengutip surat kabar Daily Sabah melaporkan, Kemenhan Turki mengumumkan, dalam serangan udara di Idlib, Suriah, dua tentara Turki tewas, dan dua lainnya terluka.
Tiga hari lalu, media yang dekat dengan pemberontak Suriah mengabarkan tewas dan terlukanya 10 tentara Turki dalam serangan jet tempur Rusia dan Suriah di pos militer Turki di distrik Kansafra, selatan Idlib.
Baru-baru ini setelah pasukan pemerintah Suriah meraih sejumlah kemenangan atas teroris, pejabat Turki termasuk Presiden Recep Tayyip Erdogan terus melanjutkan propaganda operasi militer melawan pasukan Suriah di Idlib.
Jubir Taliban: 5000 Anggota Kami akan Dibebaskan
Juru bicara kantor politik Taliban di Qatar mengatakan, kesepakatan damai Amerika Serikat dan Taliban, Sabtu (29/2/2020) akan ditandatangani, dan setelah itu pemerintah Afghanistan akan membebaskan 5000 anggota Taliban.
Fars News (27/2) melaporkan, dua hari menjelang penandatanganan kesepakatan damai Amerika-Taliban, para pemimpin kelompok itu mengabarkan rencana pembebasan ribuan anggotanya oleh pemerintah Kabul.
Jubir kantor politik Taliban di Qatar, Suhail Shaheen, Kamis (27/2) kepada wartawan menuturkan, kesepakatan damai Amerika dan Taliban akan ditandatangani hari Sabtu, setelah itu pemerintah Afghanistan akan membebaskan 5000 anggota Taliban.
Ia menambahkan, hingga kini tidak ada perubahan apapun soal waktu penandatanganan kesepakatan, dan rencananya setelah itu akan dimulai perundingan internal Afghanistan pada 10 Maret 2020.
Shaheen menegaskan, pembebasan 5000 anggota Taliban oleh pemerintah Afghanistan merupakan salah satu langkah penting dalam upaya membangun kepercayaan dua pihak guna memulai dialog.
Lima hari sebelumnya Amerika mengabarkan dimulainya program deeskalasi ketegangan di Afghanistan selama 7 hari. Washington mengumumkan, setelah program ini berakhir, kesepakatan Amerika dan Taliban akan ditandatangani.
4 Ulama Kontemporer Pelopor Persatuan Dunia Islam
Perpecahan antar Sunni – Syiah sengaja didesain agar umat Islam selalu ribut dan melupakan urusan yang lebih penting, kerukunan Suni dan Syiah akan menguatkan umat Islam. Sebaliknya, perpecahan di antara kedua mazhab Islam ini akan semakin melemahkan Islam. Persatuan Sunni dan Syiah sudah lama digagas oleh para ulama beasar di berbagai negara.
Di kondisi saat ini, kembali pada ajaran Islam dan sirah Rasulullah Saw menjadi kebutuhan sangat penting, karena musuh umat Islam paling diuntungkan dari perpecahan di antara pengikut Nabi Muhammad. Padahal cahaya gemilang nabi akhir zaman ini bukan saja pelita hidayah bagi umat manusia, bahkan sandaran bagi pengokohan persatuan seluruh umat Islam di dunia.
Di berbagai ayat Alquran, Allah Swt menyeru umat Muslim bersatu dan Rasulullah beserta para Imam Maksum dengan mengikuti ajaran Alquran, baik di perkataan maupun perilaku senantiasa membela persatuan umat Islam. Misalnya di awal ayat 103 surat Al Imran, Allah menyeru umat Islam berpegang teguh pada Hablullah (tali Allah) dan menyebut persatuan sebagai salah satu nikmat besar.
Allah Swt berfirman di surat Al Imran ayat 103 yang artinya, ” Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara…”
Sejarah permulaan Islam membuktikan bahwa Rasulullah dengan prinsip La Ila ha Illa Allah, telah mencegah perpecahan dan kembalinya nilai-nilai perpecahan di era jahilihah di antara umat Islam melalui sabda dan sunnah beliau. Meski Muhammad Saw diutus di tengah kaum Arab dan Alquran turun dengan bahasa Arab, namun risalah dan seruan beliau tidak mengenal batas teritorial dan etnis atau bahasa. Namun begitu sangat disayangkan meski ada pesan dan ajaran Rasulullah yang menekankan untuk menjaga kehormatan dan keagungan umat Muslim, setelah beliau meninggal benih-benih perpecahan mulai tumbuh di tubuh umat Islam.
Benih perpecahan ini bermula di peristiwa Saqifah. Api perpecahan yang sebelumnya terpendam kini mulai bangkit, namun berkat kewaspadaan dan pemikiran jangka panjang Imam Ali bin Abi Talib, perpecahan ini dapat diredam dan persatuan umat Islam tetap terjaga. Di fase penting sejarah ini, Imam Ali rela melepas haknya sebagai Amirul Mukmin umat Islam yang telah dikukuhkan oleh Rasulullah di Ghadir Khum dan hal ini dilakukan Imam Ali untuk menjaga persatuan dan solidaritas umat Islam. Selama pemerintahan para khulafa, Imam Ali juga tidak menunjukkan sikap menentang terhadap penguasa.
Tapi setelah gugurnya Imam Ali bin Abi Thalib, benih-benih perpecahan dan pemikiran jahiliyah kembali terkuak dan para pengobar perpecahan mulai berkoar dan menghidupkan gaya aristokrasi dan fanatisme etnis. Mereka pun mulai merusak sendi-sendi persatuan dunia Islam. Di era ini, pada awalnya penunjukan menjadi sistem pemilihan khalifah dan kemudian sistem ini berubah menjadi warisan.
Selama periode pemerintahan Bani Umayah, penguasa ini menerapkan strategi memecah belah antar etnis dan kebijakan ini menjadi peluangbagi aktifnya perpecahan sosial di tengah umat Islam. Oleh karena itu, penguasa terakhir bani Umayah menghadapi pemberotakan warga yang tak puas. Ketidakpuasan ini muncul dalam bentuk beragam pemberontakan, namun di antara pemberontakan ini yang mampu menggoyang kekuasaan penguasa adalah kebangkitan Allawi dan Abbasi.
Kubu Allawi dan Abbasi bergabung dan mampu menumbangkan pemerintahan Bani Umayah. Namun begitu yang menggantikan pemerintahan ini adalah kelompok Abbasiah bukannya Allawi. Penguasa baru ini mengklaim akan menciptakan era baru penuh keadilan, ketakwaan dan kemakmuran. Berbeda dengan yang dijanjikan Bani Abbasiyah, di periode ini bukan saja tidak ada era baru keadilan, ketakwaan dan kemakmuran di masyarakat Islam, bahkan peluang perpecahan semakin besar.
Di tengah-tengah berkecamuknya perpecahan ini, dunia Islam sempat mengalami masa gemilang dan kekuasaan Islam merambah ke Eropa. Namun tak lama kondisi ini berbalik dan era kolonialisme dunia Islam oleh Barat dimulai. Di sisi lain, meski masuknya negara-negara Barat dan Eropa ke negara Islam membuat perpecahan semakin besar, tapi hal ini juga menciptakan peluang bagi sejumlah reaksi positif yang menyeru persatuan. Kebangkitan tersebut serta kebangkitan politik dan sosial di tengah umat Islam dunia tersebut adalah terhadap penguasa despotik di dalam negeri dan kolonialisme asing.
Banyak tokoh yang muncul memberi pencerahan dan menyeru persatuan kepada umat Islam. Di antara mereka adalah Sayid Jamaluddin Asadabadi, Abd al-Rahman al-Kawakibi, Iqbal Lahore dan banyak tokoh lainnya menyadari bahwa akar ketertinggalan umat Islam adalah perpecahan dan perpecahan dunia Islam akibat kinerja para penguasa despotik dan imperalis asing yang terkadang saling bekerja sama. Kebangkitan Islam menentang despotisme dan kolonialisme tidak terbatas pada ideologi, dan muncul dalam pentas politik dan sosial, meski hal ini tidak berhasil menciptakan persatuan sejati di tengah masyarakat Islam.
Jamaluddin Asadabadi
Jamaluddin Asadabadi adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah dari satu negara Islam ke negara Islam lain, serta pengaruhnya terbesar ditinggalkannya di Mesir. Dia dikenal sebagai seorang pembaharu politik di dunia Islam pada abad sembilan belas. Ia juga perintis modernisme Islam, khususnya aktivisme anti imperialis. Dia terkenal karena kehidupan dan pemikirannya yang luas, dan juga karena menganjurkan dan mempertahankan sejak 1883, bahwa persatuan Islam merupakan sarana untuk memperkuat dunia muslim menghadapi Barat.
Dia juga tokoh yang pertama kali menganjurkan untuk kembali pada tradisi muslim dengan cara yang sesuai dengan berbagai problem, mengusik Timur Tengah di abad sembilan belas. Dengan menolak tradisionalisme murni yang mempertahankan Islam secara tidak kritis disatu pihak, dan peniruan membabi buta terhadap Barat di pihak lain. Asadabadi menjadi perintis penafsiran ulang Islam yang menekankan kualitas yang diperlukan di dunia modern, seperti penggunaan akal, aktivitas politik, serta kekuatan militer dan politik.
Sheikh Shaltut
Ia merupakan sosok yang selalu menggeluti dunianya dengan aktivitas keagamaan, ilmu pengetahuan, kemasyarakatan dan juga perjuangan politik. Tidak mengherankan ketika masih muda, ia sudah dikenal dan dianggap sebagai seorang ahli fikih besar, pembaharu masyarakat, penulis yang hebat, seorang khatib yang hebat dengan penyampaian bahasa yang mudah dipahami, argumentasi yang rasional dan pemikiran yang bijak.
Hal ini dibuktikan ketika pada tahun 1937, saat Shaltut diutus Majelis Tertinggi Al-Azhar untuk mengikuti muktamar tentang Al-Qanûn Ad-Dauli Al-Muqaran (Perbandingan Hukum Internasional) di Belanda. Dalam muktamar itu, ia sempat mempresentasikan pemikirannya, tentang relevansi syariah Islam yang mampu berdinamika dengan perkembangan zaman. Sontak, pandangannya ini mendapat sambutan peserta.
Dalam upaya kontekstualitas Islam, Shaltut mencoba merumuskan suatu konsep yang memudahkan umat Islam. Formulasi itu secara ringkas dapat dijelaskan dalam pandangannya, bahwa Islam sebagai sebuah ajaran tidak pernah tertinggal oleh dinamika zaman dan karenanya akan selalu kontekstual dengan masa. Baginya, Islam adalah syariah dan akidah yang karena keduanya manusia akan menemukan kedamaian dan kesejahteraan hidup.
Berkaitan dengan perbedaan pendapat, Shaltut menilai hal itu sebagai sesuatu yang wajar. Perbedaan pendapat, jelasnya, disebabkan oleh metodologi yang berbeda pada seorang mujtahid dalam memahami nash syar’i, juga cara pandang yang berbeda dalam sebuah masalah, sehingga hasil ijtihadnya pun berbeda. Perbedaan yang muncul akhirnya menjadi sekte atau aliran dan merupakan proses menyejarah. Hal demikian pun terjadi pada zaman nabi dan sahabat. Namun perbedaan itu pada hakikatnya memiliki sasaran yang sama yaitu, upaya pribumisasi Islam.
Karena antara satu mazhab dengan mazhab lainnya, khususnya Sunni dan Syiah, berbeda pandangan dalam memahami nash-nash, Syaltut melontarkan gagasan jalan tengah yang dikenal sebagai Taqrîb Al-Madzâhib (rekonsiliasi mazhab-mazhab). Artinya, kita berusaha mempersatukan visi dan persepsi pemahaman keagamaan tanpa melihat simbol-simbol aliran yang kita yakini, dan dengan meminimalisir fanatisme mazhab yang selama ini membekas dalam perilaku keagamaan.
Ayatullah Boroujerdi
Ayatullah Boroujerdi, salah satu pelopor persatuan di dunia Islam. Beliau adalah salah satu marji besar Syiah dan penggagas dibentuknya Majelis Pendekatan Antar Mazhab Islam, khususnya antara Syiah dan Sunni. Ide persatuan dunia Islam dan mengabaikan friksi sejarah Sunni-Syiah oleh ulama dan marji besar seperti Imam Khomeini bukan saja sekedar teori, tapi juga dalam praktek dijalankan.
Imam Khomeini
Bertahun-tahun lalu, Imam Khomeini, pendiri Republik Islam Iran memanfaatkan rentang waktu perbedaan keyakinan dua mazhab Islam ini untuk menggalang persatuan dan mendekatkan mazhab-mazhab Islam.
Imam Khomeini menetapkan rentang waktu tersebut sebagai pekan persatuan. Dengan demikian untuk selanjutkan, pekan persatuan menjadi moment penting untuk memperkokoh solidaritas dan persatuan di antara umat Islam. Ajaran Islam sendiri sangat menekankan persatuan, tapi sayangnya saat ini kita menyaksikan bentrokan dan konfrontasi serius antar umat Islam.



























